cover
Contact Name
ARI HAYATI
Contact Email
ari.hayati@unisma.ac.id
Phone
+62341- 551932
Journal Mail Official
biosaintropis@unisma.ac.id
Editorial Address
Tata Usaha FMIPA Unisma Gedung Usman bin Affan Kompleks Unisma Jl. MT Haryono 193 Malang 65144
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Jurnal Ilmiah Biosaintropis (Bioscience-Tropic)
ISSN : 23382805     EISSN : 24609455     DOI : https://doi.org/10.33474/e-jbst.v7i2.305
Core Subject : Agriculture, Social,
Jurnal ini mengkaji fenomena dan temuan penelitian di bidang biologi dan ilmu-ilmu dasar (sains) lainnya serta bidang studi di wilayah tropis. Jurnal ini ditujukan untuk menemukan solusi alternatif dalam perkembangan ilmu biologi demi kesejahteraan masyarakat Indonesia dan Dunia.
Articles 15 Documents
Search results for , issue "Vol 5 No 2 (2020): Fase Pembentukan Tubuh dan Sebaran Makhluk" : 15 Documents clear
Distribusi Serangga Hama pada Lahan Pertanaman Kedelai (Glicyne max) Fase Generatif di Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Benih Palawija Singosari, Malang Siti Marirotuz Zahro'; Ari Hayati; Hasan Zayadi
Jurnal Ilmiah Biosaintropis (Bioscience -Tropic) Vol 5 No 2 (2020): Fase Pembentukan Tubuh dan Sebaran Makhluk
Publisher : Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam - Universitas Islam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (306.187 KB)

Abstract

Pest insects are a term used to refer to insects that potentially as pests, which have the potential activity to cause harm in an agro-ecosystem, either because its activity is damaging directly or indirectly. The purpose of this research is to know the type, distribution, and abiotic factors that affect the distribution of pest insects found in soybean plants of generative phase at technical implementation of Palawija (crops) Seeds Development unit, Singosari, Malang. This research uses descriptive method. Observation of pest insects on soybean plants is conducted directly (visual), based on the presence of pest insects that are considered to represent the soybean plant. The sample taking technique of pest insects uses direct technique per habitat. The results showed that pest insect species are found in generative phase of soybean plants were Spodoptera litura, Chrysodeixis chalcites, Lamprosema indicata, and Phaedonia inclusa. The pest insects were uniform distributing pattern which the average values ​​of all species per week of S. litura, L. indicate, C. chalcites, and P. inclusa, in soybean plants are 0.15, 0.2, 0.17, and 0.19. Based on the results of correlation data analysis, abiotic factors measured temperature and humidity did not affect to the pattern of individual pest insect distribution on soybean plants. Keywords: Distribution pattern, Pest insect, and Soybean. ABSTRAK Serangga hama merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan serangga-serangga yang berpotensi sebagai hama yang memiliki aktivitas yang berpotensi menimbulkan kerugian secara ekonomis dalam suatu agroekosistem, baik karena aktivitasnya merusak secara langsung ataupun tidak langsung. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui jenis, distribusi, dan faktor abiotik yang mempengaruhi distribusi serangga hama yang ditemukan pada tanaman kedelai di Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Benih Palawija Singosari, Malang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan melakukan pengamatan serangga hama pada tanaman kedelai secara langsung (visual). Teknik pengambilan sampel serangga hama yang digunakan adalah teknik langsung perhabitat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa serangga hama yang ditemukan pada tanaman kedelai fase generatif ada 4 spesies yaitu Spodoptera litura, Chrysodeixis chalcites, Lamprosema indicata, dan Phaedonia inclusa. Keempat spesies tersebut pada pertanaman kedelai berdistribusi dengan pola seragam (uniform) berdasarkan nilai hasil perhitungan Indeks Morishita pada tiap spesies menunjukkan angka di bawah 1 yaitu dengan nilai rata-rata tiap spesies mulai dari yang tertinggi ke yang terendah adalah 0,2 (L. indicata); 0,19 (P. inclusa); 0,17 (C. chalcites); dan 0,15 (S. litura). Berdasarkan hasil analisis data korelasi, faktor abiotik yang diukur (suhu dan kelembaban) tidak berpengaruh terhadap pola sebaran individu serangga hama pada tanaman kedelai. Kata kunci: Pola sebaran, Serangga hama, dan Kedelai.
Analisis Karakter Fenotip Beberapa Spesies Dendrobium Nur Ainiah; Tintrim Rahayu; Ari Hayati
Jurnal Ilmiah Biosaintropis (Bioscience -Tropic) Vol 5 No 2 (2020): Fase Pembentukan Tubuh dan Sebaran Makhluk
Publisher : Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam - Universitas Islam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (267.956 KB)

Abstract

Phenotype character of orchid Dendrobium is known necessarily for the effective conservation to enhance the utilization of genetic resources. The phenotype kinship relationship is able benefit using in the crosses and orchid breeding program of Dendrobium. This research aims to know the phenotype character and kinship relationship some of Dendrobium orchid based on the phenotype character and stomata leaves in the orchid plantations, Batu, Malang East Java. The method of this research is descriptive by direct observation towards 10 species of Dendrobium orchid and refers to the guidebook of ornamental plants characterization of orchid then processed to be binary data and computed into program of PAST.3.5.1. The result of phenotype characteristic analysis obtained the big group, each of group or sub-group that can be elders as crosses sample those are D. strepsiceras, D. laxiflorum, D. liniale, D. secundum, D. sylvnum. The stomata are round and oval while epidermal cells are pentagon and hexagon shaped. Keywords: Dendrobium, stomata, phenotype character, kinship analysis ABSTRAK Karakter Fenotip anggrek Dendrobium perlu diketahui untuk melakukan konservasi yang efektif guna meningkatkan pemanfaatan sumber daya genetik. Hubungan kekerabatan fenotip bisa digunakan sebagai dasar keberhasilan dalam persilangan dan sebagai program pemuliaan spesies anggrek Dendrobium. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kekerabatan karakter fenotip beberapa spesies anggrek Dendrobium berdasarkan karakter fenotip dan sel epidermis. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pengamatan secara langsung terhadap 10 spesies anggrek Dendrobium dengan mengacu pada buku panduan karakterisasi tanaman hias anggrek kemudian diolah menjadi data biner dan dikomputasikan dalam program PAST. 3.15. Hasil analisis karakter fenotip mendapatkan kelompok besar, masing-masing dalam satu kelompok maupun sub kelompok yang dapat di jadikan tetua sebagai bahan persilangan yaitu pada spesies D. Strepsiceras, D.laxiflorum, D. Liniale, D, secundum, D. Sylvanum. Sedangkan cirri khas dari masing-masing spesies dapat diamati dari waran bunga, aroma bunga, bentuk petala, bentuk labellum, bentuk bunga, bentuk stomata dan sel epidermis. Stomata berbentuk bulat dan oval sedangkan sel epidermis berbentuk segi lima dan segi enam. Kata kunci: Dendrobium, stomata, karakter fenotip , analisis kekerabatan
Profil Sebaran Burung Di Pohon Peneduh Sepanjang Jalan MT. Haryono dan Tlogomas Kecamatan Lowokwaru Kota Malang Muhammad Bachri; Hasan Zayadi; Ari Hayati
Jurnal Ilmiah Biosaintropis (Bioscience -Tropic) Vol 5 No 2 (2020): Fase Pembentukan Tubuh dan Sebaran Makhluk
Publisher : Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam - Universitas Islam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (503.354 KB)

Abstract

The bird is a wildlife that is easily found in almost area vegetation. In this case the bird is one of the bioindikator an area to know a change an environment and reflect the stability of the habitat. This research aims was to know the type and spread of the distribution of birds on a shade tree in the M.T. Haryono road and Tlogomas Malang. Research used the method of cruising or descriptive-explorative directly in the field with the recorded data coordinates the types of birds that are found in shade trees along the road by using GPS. The study found four types of bird i.e. emprit/Javan Munia (Lunchura leucogastroides) as much as 102 points of distribution, sparrows (Passer domesticus) as many as 18 point spread, bird cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster) a total of 11 points distribution and species of birds spotted Dove (Streptopelia chinensis) 8 point spread. With the number of whole namely 139 point distribution of all trees shade. Based on studies generated frequency in the morning is 66, 2% and in the afternoon is 25, 9%. The shade tree most frequently was found by the bird are the trees of Trembesi and Mahoni. Keywords: spatial distribution of birds, shade trees, road ABSTRAK Burung merupakan satwa liar yang mudah ditemukan hampir di daerah yang memiliki vegetasi. Dalam hal ini burung merupakan salah satu bioindikator suatu daerah untuk mengetahui suatu perubahan suatu lingkungan dan mencerminkan stabilitas habitat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan persebaran distribusi burung pada pohon peneduh di jalan M.T. Haryono dan Tlogomas Kota Malang. Penelitian menggunakan metode jelajah atau deskriptif-ekploratif secara langsung di lapangan dengan mencatat data koordinat jenis-jenis burung yang ditemukan di pohon peneduh sepanjang jalan raya dengan menggunakan GPS. Ditemukan empat jenis burung yaitu emprit/ bondol jawa (Lunchura leucogastroides) sebanyak 102 titik persebaran, burung gereja (Passer domesticus) sebanyak 18 titik persebaran, burung cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster) sebanyak 11 titik persebaran dan spesies burung tekukur biasa (Streptopelia chinensis) 8 titik persebaran. Dengan jumlah keseluruhan yaitu 139 titik persebaran dari semua pohon peneduh yang ada. Berdasarkan penelitian dihasilkan frekuensi pada pagi hari yaitu 66, 2 % dan pada sore hari diketahui 25, 9%. Pohon peneduh yang paling sering ditemukan oleh burung adalah pohon Trembesi dan Mahoni. Kata kunci: Distribusi spasial burung, pohon peneduh, jalan raya
Identifikasi Serangga Pada Lahan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Benih Palawija Singosari Kabupaten Malang Yuliana Musrifatul Maula; Ari Hayati; Hasan Zayadi
Jurnal Ilmiah Biosaintropis (Bioscience -Tropic) Vol 5 No 2 (2020): Fase Pembentukan Tubuh dan Sebaran Makhluk
Publisher : Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam - Universitas Islam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (286.509 KB)

Abstract

Corn is a seasonal plant. Corn is one of the crop commodities that has an important role in agriculture and the economy in Indonesia. Problems that often occur in the cultivation of corn (Zea mays) are such as water availability, land area, weather, disease and pest attacks. Insects are animals which include an important role in the agricultural ecosystem, but not all insects are beneficial for these plants. Insects also consist of several types of Orders, namely the Order of Coleoptera, Order of Diptera, Order of Lepidoptera, Order of Homoptera, Order of Hemiptera, and Order of Thysanoptera. Insects also have their respective statuses as predators, pests, pollinators, and suckers. This study aims to identify the types of insects on cornfields and determine the effect of abiotic factor correlations on the number of insects on cornfields. This research uses quantitative descriptive method, the retrieval of insects with the absolute method and this study makes direct observations (visual) and the determination of plots using purposive sampling. The results showed 5 orders (Odonata, Lepidoptera, Orthoptera, Coleoptera, and Hemiptera), 6 families (Libellulidae, Nymphalidae, Pieridae, Acrididae, Coccinellidae, and Pentatomidae) and 9 kinds of insects. The most common insects are found in the Odonata Order, as many as 51 birds and the least insects found were found in the order of 2 Lepidoptera Familia Acrididae. Abiotic factors measured are temperature, humidity, wind speed and light intensity. Wind speed is related to the arrival of insects that come on cornfields. Keywords:corn plant (Zea mays),Insects, abiotic factor. ABSTRAK Jagung merupakan tanaman musiman. Jagung termasuk salah satu komoditas tanaman yang mempunyai peranan penting dalam pertanian dan juga perekonomian di Indonesia. Masalah yang sering terjadi dalam budidaya tanaman jagung (Zea mays) yaitu seperti ketersediaan air, luas lahan, cuaca, serangan penyakit dan hama. Serangga merupakan hewan yang termasuk memegang peranan penting dalam ekosistem pertanian, tetapi tidak semua serangga menguntungkan untuk tanaman tersebut. Serangga juga terdiri dari beberapa jenis Ordo yaitu Ordo Coleoptera, Ordo Diptera, Ordo Lepidoptera, Ordo Homoptera, Ordo Hemiptera, dan Ordo Thysanoptera. Serangga juga memiliki status masing-masing yaitu sebagai predator, hama, penyerbuk, dan penghisap. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi macam-macam serangga pada lahan tanaman jagung dan mengetahui pengaruh korelasi faktor abiotik terhadap jumlah serangga pada lahan tanaman jagung. penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, pengambilan serangga dengan metode mutlak dan penelitian ini melakukan pengamatan secara langsung (visual) dan penentuan plot menggunakan Purposive Sampling. Hasil penelitian menunjukkan 5 ordo (Odonata, Lepidoptera, Orthoptera, Coleoptera, dan Hemiptera), 6 familia (Libellulidae, Nymphalidae, Pieridae, Acrididae, Coccinellidae, dan Pentatomidae) dan 9 macam serangga. Serangga yang paling banyak ditemukan yaitu terdapat pada Ordo Odonata yaitu sebanyak 51 ekor dan serangga yang paling sedikit ditemukan yaitu terdapat pada Ordo Lepidoptera Familia Acrididae sebanyak 2 ekor. Faktor abiotik yang diukur yaitu suhu, kelembaban, kecepatan angin dan intensitas cahaya. Kecepatan angin berhubungan terhadap kedatangan serangga yang datang pada lahan tanaman jagung. Kata kunci: tanaman jagung (Zea mays), Serangga, faktor abiotik
Eksplorasi Pengetahuan Masyarakat Pandalungan Terhadap Tanaman Kelor (Moringa oleifera) Di Kecamatan Prigen Kabupaten Pasuruan Khamidatul Ula; Ari Hayati; Hasan Zayadi
Jurnal Ilmiah Biosaintropis (Bioscience -Tropic) Vol 5 No 2 (2020): Fase Pembentukan Tubuh dan Sebaran Makhluk
Publisher : Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam - Universitas Islam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (229.413 KB)

Abstract

Moringa oleifera is the traditional medicinal plant in Indonesia and it has a complete source of nutrition and it is beneficial to human health from its roots, stems, leaves and fruit. The utility of plants in life is a part of Botany that can be studied through the branch of Biology, Ethnobotany. The aims of this study was to determine the benefits, description and distribution of Moringa plants in Jatiarjo and Dayurejo Village in Prigen District, Pasuruan. This study uses descriptive methods which include: literature study, field observations, structural interviews and open manner, data analysis and documentation of the distribution of Moringa oleifera villages. The results of this study indicate the potential of Moringa oleifera plant in Dayurejo Village as a traditional medicine of 28%, a food ingredient of 30%, a hedgerow of 20%, traditional ritual of 10%, and an additional economic value of 12%. Whereas in Jatiarjo Village as food of 40%, traditional rituals of 10%, additional economic value of 6%, a hedgerow of 12% and a traditional medicine of 32%. The organ plant of Moringa oleifera which are leaves utilizing are 54% in Dayurejo and 60% in Jatiarjo Village. The number of Moringa oleifera was found 79 individuals in hamlet of Klataan and 35 in Tonggowah. Keywords: Ethnobotany, Prigen Pasuruan Moringa oleifera. ABSTRAK Kelor (Moringa oleifera) merupakan tanaman obat tradisional di Indonesia dan ia memiliki sumber nutrisi yang lengkap dan bermanfaat bagi kesehatan manusia baik akar, batang, daun dan buah. Pemanfaatan tumbuhan dalam kehidupan manusia adalah bagian dari Botani yang dapat di kaji melalui cabang ilmu Biologi yaitu Etnobotani. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui manfaat, deskripsi dan distribusi tanaman Moringa oleifera di Desa Jatiarjo dan Desa Dayurejo Kecamatan Prigen Kabupaten Pasuruan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang meliputi: studi pustaka, pengamatan di lapangan, wawancara dilakukan secara terstruktur dan terbuka, analisis data, dan dokumentasi persebaran tanaman Moringa oleifera. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya potensi tanaman Moringa oleifera di Desa Dayurejo sebagai obat tradisional 28 %, sebagai bahan pangan 30 %, sebagai tanaman pagar 20 %, ritual adat 10 %, dan tambahan nilai ekonomi 12 %, pada Desa Jatiarjo 40 % sebagai bahan pangan, 10 % ritual adat, 6 % sebagai tambahan nilai ekonomi, 12 % sebagai pagar dan 32 % sebagai obat tradisonal. Bagian organ tanaman Moringa oleifera yang di manfaatkan daun 54 % pada Desa Dayurejo dan 60 % Desa Jatiarjo. Jumlah Moringa oleifera yang ditemukan sebanyak 79 individu di Dusun Klataan dan 35 individu di Dusun Tonggowah. Kata kunci: Etnobotani, Prigen Pasuruan, Moringa oleifera.
Distribusi Temporal Populasi Serangga pada Tanaman Padi (Oryza sativa) di Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Benih Palawija Singosari Malang alfira khullatun ni'am; Ari Hayati; Hasan Zayadi
Jurnal Ilmiah Biosaintropis (Bioscience -Tropic) Vol 5 No 2 (2020): Fase Pembentukan Tubuh dan Sebaran Makhluk
Publisher : Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam - Universitas Islam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (347.267 KB)

Abstract

The rice plant (Oryza sativa.) is an important food crop which is a staple food for more than half of the world's population because it contains nutrients that the body needs. Rice production in East Java in 2011 experienced a significant decline in production i.e. 9.2% and declined again in 2013 (1.2%) with an average productivity (5.9) 1. Problems in agriculture are inseparable from the role of insects as pests. Decrease in production can occur due to insect pests. The purpose of this study was to identify the types of insects on rice fields, to find out the number of insects found based on the temporal distribution of rice fields in Technical implementation unit of Palawija Seed Development of Singosari, Malang, Research has been conducted on the temporal distribution of insect populations on rice plants by using temporal replication or time in three time periods, namely morning period (06.00-09.00), morning-noon (09.00-12.00), and afternoon (13.00-16.00). The observation parameters were done to measure abiotic factors including: temperature, humidity, wind speed, and light intensity and biotic factor measurements; insect identification, insect status determination, and insect distribution. The results of the identification of insects found there were nine species, seven kinds of families, and five orders of insects that had different statuses including predators and pests. The nine insects species include Agriocnemis pygmae, Diplacodes trivialis, Crocothermis servilia, Menochilus sexmaculata, Oxya chinensis, Valanga nigricornis, Schirpophaga innotata, Junonia almana, Zelus luridus. There are the effect of abiotic factors on the number of insects. Keywords: rice (Oryza sativa), insect population, insect status. ABSTRAK Tanaman padi (Oryza sativa) merupakan tanaman penting yang menjadi makanan pokok lebih dari setengah penduduk dunia karena mengandung nutrisi yang diperlukan tubuh. Produksi padi di Jawa Timur pada tahun 2011 terjadi penurunan produksi yang cukup signifikan yaitu 9,2% dan kembali menurun pada tahun 2013 (1,2%) dengan rata-rata produktivitas (5,9)-1. Permasalahan di bidang pertanian tidak terlepas dari peran serangga sebagai hama. Penurunan produksi dapat terjadi karena serangga hama. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi macam-macam serangga pada lahan tanaman padi, mengetahui jumlah serangga yang ditemukan berdasarkan distribusi temporal pada lahan tanaman padi di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengembangan Benih Palawija Singosari Malang. Ulangan waktu pada tiga periode waktu yaitu Periode pagi (06.00-09.00), Siang (09.00-12.00), dan sore (13.00-16.00). Parameter pengamatan dilakukan pengukuran factor abiotik meliputi suhu, kelembaban, kecepatan angin, dan intensitas cahaya dan pengukuran factor biotik meliputi identifikasi serangga, penentuan status serangga, dan distribusi serangga. Hasil identifikasi serangga ditemukan ada sembilan macam spesies serangga, tujuh macam familia, dan lima ordo serangga yang memiliki status yang berbeda meliputi predator dan hama. Sembilan species serangga tersebut meliputi Agriocnemis pygmae, Diplocodes trivialis, Crocothermis servilia, Menochilus sexmaculata, Oxya chinensis, Valanga nigricornis, Schirpophaga innotata, Junonia almana, Zelus luridus. Terdapat hubungan antara factor abiotik kecepatan angin terhadap jumlah serangga. Kata Kunci: padi (Oryza sativa), populasi serangga, status serangga.
Studi Osifikasi Anggota Tubuh Embrio Ayam Buras dengan Pewarnaan Alizarin Red Fatimatuz Zahrotul Husna; Hari Santoso; Ratna Djuniwati Lisminingsih
Jurnal Ilmiah Biosaintropis (Bioscience -Tropic) Vol 5 No 2 (2020): Fase Pembentukan Tubuh dan Sebaran Makhluk
Publisher : Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam - Universitas Islam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (374.558 KB)

Abstract

Free-range chicken is a germplasm whose existence needs to be preserved. The quality of the skeleton (skeleton) in livestock is one of the important factors in determining the quality of livestock chickens, to know the ossification of the wing and leg chicken embryo in the stained area of ​​the bone marked with a change of color to dark red. The results of the observation showed that in the part of 9-days-old embryo wing, the bone that had calcified is carpometacarpo, ulna, radius and humerus at the 13-days-old embryo, in the 2nd digiti, carpometacarpo, pollex, ulna, radius and humerus. At the 17-days-old, 1st digiti, 2nd digiti, carpometacarpo, pollex, ulna, radius and humerus. At the chickens aged 1-day-old 1st digiti, 2nd digiti, 3rd digiti, carpometacarpo, pollex, radius, ulna and humerus. And in the part of the 9-days-old leg embryo found calcified bones were femur bone, tibia and tarsometatarso, at the age of 13-days the femur, tibia, tarsometatarso, digiti 1, digiti 2 and digiti 3, at the age of 17 femur, tibia, tarsometatarso, 1st digiti, 2nd digiti, 3rd digiti, and 4th digiti. And at the chicken aged 1-day-old femur, tibia, tarsometatarso, 1st digiti, 2nd digiti, 3rd digiti, and 4th digiti. The conclusion can be taken is that in wing and leg chicken embryo 9-days-old, 13-days-old, 17-days-old dan the chicken aged 1-day-old is humerus, radius, ulna, carpometacarp, femur, tibiotarsus and tarsometatarsus had osification which differentiation is digiti. Keywords: Chicken, calcification, ossification, alizarin red. ABSTRAK Ayam buras adalah turunan dari proses penyilangan ayam hutan dengan ayam pedaging, yang didomestikasi dan dikembang-biakan. Osifikasi anggota tubuh embrio ayam diawali dari tulang rawan dan berkembang menjadi tulang keras. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui osifikasi embrio ayam umur 9, 13, 17 dan 21 hari. Metode penelitian digunakan deskriptif kuantitatif dengan purposive sampling, dengan pewarna alizarin red. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan warna tulang embrio ayam dari merah muda sampai merah keunguan. Bagian tulang yang terosifikasi meliputi humerus, radius, ulna, carpometacarpo, femur, tibiotarsus, tarsometatarsus dan digiti. Tulang yang berwarna merah keunguan pada embrio umur 9 hari adalah carpometacarpo, ulna, radius, humerus, femur, tibia dan tarsometatarso, yang berwarna merah muda yakni pada seluruh tulang digiti dan pollex. Pada embrio umur 13 hari adalah digiti ke 2, carpometacarpo, pollex, ulna, radius, humeru, femur, tibia, tarsometatarso,digiti ke 1, digiti ke 2 dan digiti ke 3, yang berwarna merah muda yakni digiti ke 1 dan ke 3 pada sayap dan digiti ke 4 pada kaki . Pada umur 17 hari digiti ke 1, digiti ke 2, carpometacarpo, pollex, ulna, radius, humerus, femur, tibia, tarsometatarso,digiti ke 1, digiti ke 2, digiti ke 3 dan digiti ke 4 dan yang berwarna merah muda digiti ke 4 pada kaki. Pada umur 21 hari digiti ke 1, digiti 2, digiti 3, carpometacarpo, pollex,radius, ulna, humerus, femur, tibia, tarsometatarso, digiti ke 1, digiti ke 2, digiti ke 3 dan digiti ke 4. Tulang yang berwarna merah keunguan telah mengalami osifikasi sedangkan tulang yang berwarna merah muda belum mengalami osifikasi. Kata kunci: embrio, osifikasi, alizarin red.
Analisis Struktur Skeleton Embrio Kadal (Mabouya multifasciata) dengan Pewarnaan Alizarin Red Nur Khasanah; Hari Santoso; Ratna Djuniwati Lisminingsih
Jurnal Ilmiah Biosaintropis (Bioscience -Tropic) Vol 5 No 2 (2020): Fase Pembentukan Tubuh dan Sebaran Makhluk
Publisher : Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam - Universitas Islam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (350.761 KB)

Abstract

The bone growth on any organisms have different patterns and equity. In the embryo of ossification lizards happened it during the eggs in the body of the parent before was born. The research aim is to find a bone structure of the embryo that was 48 days old. The method used qualitative with the technique of purposive sampling and alizarin red staining. Using the six embryos of lizards (mabouya multifasciata) and it was taken directly from the mother. The analysis used is counting the long of vertebrae and extremitie. The obtained results were the red colur on limb and vertebrae. Sections of the anterior extremity which undergoes ossification is the humerus, radius, the ulna, phalanges and claws. The posterior extremity which ossification is the femur, the fibula, the tibia, phalanges and claws. The vertebrae bone that it hapened ossification was cervical vertebrae , vertebrae thoracic, lumbar vertebrae , sacralis vertebrae and caudalis vertebrae. Whereas a bone in the part of the limb posterior ones which are not hapened ossification is the carpal and metacarpal. Keywords : lizard, alizarin red, bone structure ABSTRAK Struktur pertumbuhan tulang pada setiap masing-masing organisme mempunyai pola berbeda dan persamaan. Pada embrio kadal osifikasi terjadi semasa fase telur dalam tubuh induk sebelum dilahirkan. Tujuan penelitian untuk mengetahui struktur tulang embrio berumur 48 hari. Metode penelitian menggunakan kualitatif dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling dan pewarnaan alizarin red. Menggunakan embrio kadal (Mabouya multifasciata) sebanyak enam ekor diambil langsung dari perut induknya. Analisis adalah menghitung panjang tulang vertebrae dan ekstremitas. Hasil yang telah didapat adalah tulang ekstremitas dan vertebrae yang telah berwarna merah. Bagian tulang ekstremitas anterior yang telah terosifikasi adalah humerus, radius, ulna, falang dan cakar. Pada tulang ekstremitas posterior yang sudah mengalami osifikasi adalah femur, fibula, tibia, falang dan cakar. Tulang vertebrae yang sudah mengalami osifikasi adalah vertebrae servikalis, vertebrae torakalis, vertebrae lumbalis, vertebrae sacralis dan vertebrae caudalis. Sedangkan tulang di bagian ekstremitas posterior yang belum mengalami osifikasi yaitu carpal dan metacarpal. Kata Kunci : kadal, alizarin red, struktur tulang
Studi Osifikasi dan Morfokinetik Berudu Katak Rana catesbeiana Shaw. dengan Alizarin Red Suryanti Suryanti; Hari Santoso; Ratna Djuniwati Lisminingsih
Jurnal Ilmiah Biosaintropis (Bioscience -Tropic) Vol 5 No 2 (2020): Fase Pembentukan Tubuh dan Sebaran Makhluk
Publisher : Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam - Universitas Islam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (331.952 KB)

Abstract

Tadpole is a phase of frog metamorphosis. The frog tadpoles live in water, before the anterior extremities and posterior extremities are formed. Posterior limb growth is accompanied by calcifications and the anterior extremity followed by shortening of the tadpole tail. The aim research was to determine the ossification and morphokinetics of tadpoles in the posterior extremities, anterior limbs and tadpole tail shrinkage. The frog tadpoles do not have legs and move using tails. The research method uses descriptive quantitative techniques. The tadpoles were used a 4-month-old metamorphosis result. The bones have happened ossification that are marked by a change in the color of the bone to purplish red. The frog tadpoles develop in two phases, including the embryonic phase and the larval phase. The formation of hind limbs occurs in stages of 26-30, followed by toe development in stages of 31-37. The anterior extremities are corroded: the humerus os, the radio –ulna os, the os metacarpal and the falangs os, the posterior limb: the femoral os, the tibio-fibular os, the tarsal os and the metatarsal os. Keywords: Tadpoles, Ossification, extremities ABSTRAK Berudu merupakan salah satu fase dari metamorfosis katak. Berudu katak hidup di air, sebelum ekstremitas anterior dan ekstremitas posterior terbentuk. Pertumbuhan ekstremitas posterior dibarengi dengan kalsifikasi dan ekstremitas anterior diikuti dengan memendeknya ekor berudu. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui osifikasi dan morfokinetik berudu bagian ekstremitas posterior, ekstremitas anterior dan penyusutan ekor berudu. Berudu katak tidak memiliki kaki dan bergerak menggunakan ekor. Metoda penelitian menggunakan Teknik kuantitatif deskriptif. Berudu yang digunakan adalah hasil metamorfosis usia 4 bulan. Tulang yang telah mengalami osifikasi ditandai dengan adanya perubahan warna pada tulang menjadi merah keunguan. Berudu katak mengalami perkembangan dalam dua fase, meliputi fase embrio dan fase larva. Terbentuknya kaki belakang terjadi pada tahap 26-30, dilanjutkan dengan terbentuknya jari kaki (toe development) pada tahap 31-37. Ekstremitas anterior yang terosifikasi : os humerus, os radio-ulna, os metacarpal dan os falangs, ekstremitas posterior : os femur, os tibio-fibula, os tarsal dan os metatarsal. Kata Kunci : Berudu, Osifikasi, Ekstremitas
Kepadatan Populasi Ikan Gelodok Di Hutan Mangrove Desa Penunggul Kecamatan Nguling Kabupaten Pasuruan Moch. Chasan Basri; Hari Santoso; Saimul Laili
Jurnal Ilmiah Biosaintropis (Bioscience -Tropic) Vol 5 No 2 (2020): Fase Pembentukan Tubuh dan Sebaran Makhluk
Publisher : Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam - Universitas Islam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (269.457 KB)

Abstract

Mangrove forests are the one of the coastal ecosystems; especially the northern coast and many are founded in the surrounding fish ecosystems. That organism is the one of the fauna which mangrove ecosystem constituent. The aim of this study was to determine the density and abundance of the population of Gelodok fish at mangrove areas in Penunggul Village, Nguling District. This study used a purposive sampling method from three stations and each station has three plots and three replications in each plot. The results showed that the density of frog fish in the mangrove forest area of ​​Nguling village at station 1 was 3 as well as at station 2 and 3 respectively 2 and 1. At station 1 there were three species, namely Baleopthalmus boddarti, Periopthalmus dipus, Periophthalmus Gracilis, station 2, there were two species; Baleopthalmus boddarti, Periophthalmus Gracilis, and station 3 there were three species namely Baleopthalmus boddarti, Periopthalmodon schlosseri, Periopthalmus dipus. The differences in the results of the study, environmental conditions and abiotic factors influence the density of fish in the mangrove area and at the station 1 the density is highe. Keywords: Gelodok fish, mangrove forest, population ABSTRAK Hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem daerah pantai terutama pantai utara dan banyak di temui ikan Gelodok di sekitar ekositem ini. Organisme tersebut merupakan salah satu fauna penyusun ekositem mangrove. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kepadatan dan kemelimpahan populasi ikan Gelodok kawasan mangrove desa Penunggul Kecamatan Nguling. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dari tiga stasiun dan setiap stasiun terdapat tiga plot dengan ulangan tiga kali dalam setiap plot. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepadatan ikan gelodok di kawasan hutan mangrove desa Nguling rata-rata pada stasiun 1 adalah 3, di satsiun 2; 2 dan 3; 1. Pada stasiun 1 terdapat tiga spesies yaitu Baleopthalmus boddarti, Periopthalmus dipus, Periophthalmus Gracilis , stasiun 2 terdapat dua spesies yaitu Baleopthalmus boddarti, Periophthalmus Gracilis dan stasiun 3 terdapat tiga spesies yaitu Baleopthalmus boddarti, Periopthalmodon schlosseri, Periopthalmus dipus. Perbedaan hasil penelitian, kondisi lingkungan dan faktor abiotik mempengaruhi kepadatan ikan Gelodok di kawasan mangrove, sehingga pada stasiun 1 diperoleh kepadatan lebih tinggi. Kata kunci: ikan Gelodok, hutan mangrove, kepadatan populasi

Page 1 of 2 | Total Record : 15