Claim Missing Document
Check
Articles

UJI KUALITAS AIR SUMUR KELURAHAN MERJOSARI KECAMATAN LOWOKWARU KOTA MALANG Saroh, Istipsaroh; Laili, Saimul; Zayadi, Hasan
BIOSAINTROPIS (BIOSCIENCE-TROPIC) Vol 2, No 1 (2016): Sumberdaya Lingkungan
Publisher : FMIPA - UNIVERSITY ISLAM OF MALANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (481.363 KB)

Abstract

The purpose of this research is to know the value of well water quality with quality testing in terms of physics, chemistry and biology, as well as compare the test results with the drinking water quality of No. 492/MENKES/PER/1V/2010. The method used in this study is a Qualitative Descriptive method for the parameters: temperature, TDS, TSS, salinity, pH, DO, CO2 and Coli form bacteria, whereas Quantitative Descriptive for parameters: color, odor, and taste. The result parameter of the physics, chemistry and biology showed the quality of well water is still feasible because of the low level of pollution. TDS results mostly dissolved ionic material, high TSS value because of waste organic or non-organic and high levels of mud due to annihilation. The temperature of the well water is still at maximum temperature range (24.3-27.3 ° c) belongs to the normal water temperature. Values of  dissolve oxygen (DO) shows all the samples are in the normal range of good raw water quality.  Result of CO2  53,3-42.3 mg/L, well water pH range 6.5 to 8.5 which means normal. The salinity of the water wells are at standard quality raw fresh water. Biological parameters a total of coli from are high of 7. Potential components can contaminate well water is liquid waste penetrate of organic and inorganic fertilizer, domestic waste, and the distance of making the well with septic tank but are still at normal thresholds according to the quality of drinking water No. 492/MENKES/PER/IV/2010.Tujuan penelitian adalah mengetahui nilai kualitas air sumur ditinjau dari uji kualitas fisika, kimia dan biologi serta membandingkan hasil uji dengan kualitas air minum No.492/MENKES/PER/1V/2010. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif Kualitatif yang digunakan untuk parameter: Suhu, TDS, TSS, Salinitas, pH, DO, CO2 dan bakteri Coliform, sedangkan Deskriptif Kuantitatif untuk parameter: Warna, Bau, dan Rasa. Hasil parameter fisika, kimia dan biologi menunjukan kualitas air sumur masih layak karena tingkat pencemaran yang rendah. Hasil TDS sebagian besar material terlarut yang tinggi ion, Nilai TSS yang tinggi disebabkan karena limbah organik maupun non-organik dan tingkat lumpur yang tinggi akibat pengikisan. Suhu air sumur masih berada pada kisaran suhu maksimum (24,3-27,3 oC) tergolong suhu air normal. Nilai DO menunjukkan semua sampel berada pada kisaran normal baku mutu air yang baik, hasil CO2 53,3-42,3 mg/L, pH air sumur berkisar 6,5-8,5 yang berarti normal. Salinitas air sumur berada pada standar baku mutu air tawar. Hasil parameter biologi dengan total Coliforom tertinggi 7. Komponen berpotensi mencemari air sumur adalah limbah cair resapan pupuk organik dan anorganik, limbah domestik, dan jarak pembuatan sumur dengan saptitenk, tetapi masih berada pada ambang batas normal menurut kualitas air Minum No. 492/MENKES/PER/IV/2010.  
Studi Etnobotani Tanaman Kelor (Moringa oleifera) di Desa Somber Kecamatan Tambelangan Kabupaten Sampang Madura Bahriyah, Izzatul; Hayati, Ari; Zayadi, Hasan
BIOSAINTROPIS (BIOSCIENCE-TROPIC) Vol 1, No 1 (2015): Kearifan Lokal dan Biologi pada Usaha Perbaikan Kualitas Habitat
Publisher : FMIPA - UNIVERSITY ISLAM OF MALANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1186.635 KB)

Abstract

Kelor (Moringa oleifera) merupakan tumbuhan obat tradisional yang memiliki sumber nutrisi yang lengkap bagi kesehatan manusia baik dari akar, batang, daun, buah dan biji. Penelitian mengenai etnobotani tanaman kelor (Moringa oleifera) belum pernah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui persepsi masyarakat dan potensi tanaman kelor di Desa Somber Kecamatan Tembelangan Kabupaten Sampang Madura, serta mendeskripsikan populasi tanaman kelor (Moringa oleifera Lmk.) yang ada di Desa Somber tersebut, Penelitian ini menggunakan metode survey secara deskriptif yang meliputi: studi pustaka, observasi (pengamatan) di lapangan. Untuk mengetahui persepsi Masyarakat mengenai kelor dilakukan wawancara dengan responden kunci (key person) dan masyarakat desa Somber menggunakan panduan kuesioner, Untuk mengetahui penyebaran tanaman kelor, digunakan peta umum (Google Earth), dan GPS untuk penandaan kelor diatas peta. Hasil penelitian ini menujukkan adanya potensi tanaman kelor di desa Somber sebagai bahan pangan (38%), ritual adat (22%), pengobatan (32%, ) pagar (6%), nilai ekonomi (aksesoris) (2%), Bagian organ tanaman kelor yang digunakan daun yaitu sebesar 55%, buah (21%) akar (10%) batang kelor (14%). Jumlah tanaman kelor diketahui 88 individu, persebaran bervariasi, yaitu Dusun Jemgelis 53% (47) individu, Dusun Pelan 24% (21) individu, Dusun Somber 23% (20) individu.
PERSEPSI MASYARAKAT TRADISIONAL PULAU MANDANGIN KABUPATEN SAMPANG TERHADAP TANAMAN MIMBA (Azadirachta indica Juss) Shodirun, Faizah; Hayati, Ari; Zayadi, Hasan
BIOSAINTROPIS (BIOSCIENCE-TROPIC) Vol 2, No 1 (2016): Sumberdaya Lingkungan
Publisher : FMIPA - UNIVERSITY ISLAM OF MALANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (240.933 KB)

Abstract

Plant of neem (Azadirachta indica Juss) is one kind of plant that is quite known by the people of Indonesia. Neem is a multipurpose plant, among other things wood for building materials and home furnishings, ornamental plants, fodder or protective curbs and soil conservation. Ethnobotany is the science of botany that studies on the use of herbs in everyday use and indigenous tribes. This study aims to determine the public perception Mandangin in utilizing plants Neem in the area of traditional societies Mandangin. Research method use descriptive method (qualitative) by jumping directly to the field or community Mandangin for data retrieval. Qualitative research aims to obtain a full picture about something humanly studied. The results showed in the community based on community respondents who once planted a neem plant in the neighborhood of 5% the percentage obtained frequently and tend intensive, 13.3% often, 35% rarely and 46% never and based on interviews with respondents note that the use of plants that used as medicine by people Mandangin done in two categories, namely as a drug outside and inside. Regarding how the use of plants as medicines classified into threes, namely: Boiled drinking water with a percentage of 65%; pounded, affixed with a percentage of 23%; warmed, affixed with a percentage of 12%.Tanaman mimba (Azadirachta indica  juss) merupakan salah satu jenis tanaman yang cukup di kenal oleh masyarakat Indonesia. Mimba merupakan tanaman serbaguna, anatara lain kayunya untuk bahan bangunan dan perabot  rumah  tangga sebagai tanaman hias, pakan ternak atau pelindung di tepi jalan dan untuk konservasi tanah. Etnobotani merupakan ilmu botani yang mempelajari tentang pemanfaatan tumbuh-tumbuhan dalam keperluan sehari-hari dan adat suku bangsa. Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui persepsi masyarakat Mandangin dalam memanfaatkan tanaman mimba (Azadirachta Juss) pada daerah masyarakat tradisional Mandangin Metode penelitian ini menggunakan Metode deskriptif (kualitatif) dengan cara terjun langsung ke lapangan atau masyarakat Mandangin untuk pengambilan data. Penelitian kualitatif bertujuan memperoleh gambaran seutuhnya mengenai suatu hal menurut pandangan manusia  yang  diteliti. Hasil penelitian menunjukkan pada masyarakat berdasar responden masyarakat yang pernah menanam tanaman mimba di lingkungan didapatkan presentase 5% sering dan cenderung intensif, 13,3% Sering, 35% Jarang dan 46% tidak pernah dan berdasarkan hasil wawancara dengan responden diketahui bahwa dalam pemanfaatan tumbuhan yang digunakan sebagai obat oleh masyarakat Mandangin dilakukan dengan dua kategori yaitu sebagai obat luar dan dalam. terkait cara pemanfaatan tumbuhan sebagai obat digolongkan menjadi tiga, yaitu: Direbus, dimimun airnya dengan presentase 65%;ditumbuk, ditempelkan dengan presentase 23%; dihangatkan, ditempelkan dengan presentase 12%.
DIVERSITAS DAN POLA DISTRIBUSI BIVALVIA DI ZONA INTERTIDAL DAERAH PESISIR KECAMATAN UJUNG PANGKAH KABUPATEN GRESIK Zarkasyi, Mohammad Mualif; Zayadi, Hasan; Laili, Saimul
BIOSAINTROPIS (BIOSCIENCE-TROPIC) Vol 2, No 1 (2016): Sumberdaya Lingkungan
Publisher : FMIPA - UNIVERSITY ISLAM OF MALANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (495.941 KB)

Abstract

This study aims to determine the distribution and diversity patterns bivalves in the intertidal zone and the influence of various parameters of salinity, pH, water and soil, temperature, brightness, depth, strong currents, CO2, DO, TDS and TSS toward diversity and distribution patterns bivalves. Study use quantitative descriptive method. Sampling use systematic random sampling method by means of explorative using observation stations. Analysis of the data used is the analysis of the data by the value of density, species diversity index, uniformity index, dominance index, principal component analysis (PCA), the analysis of CA (correspondence Analysis), and the distribution pattern types. The research found as many as nine species of bivalves from 4 Order dominated Meretrix meretrix yellow at station 1 with value H = 1.104, D = 0.382, E = 0.380, Meretrix meretrix yellow at station 2; H = 1.510, D = 0.263, E = 0.261, and Perna viridis at station 3; H = 0.779, D = 0.544, E = 0.535. Morisita dispersion analysis results showed bivalvesdistribution patterns tend to cluster with low diversity, but showed uniformity with the medium category. The content of CO2, depth, brightness, water temperature, and salinity is a major factor that greatly affects the pattern of distribution and density of bivalves in the intertidal zone of coastal area districts Edge Pangkah Gresik. Penelitian ini bertujuan mengetahui diversitas dan pola distribusi Bivalvia di zona intertidal dan pengaruh salinitas, pH air & tanah, Suhu, kecerahan, kedalaman, kuat arus, CO2, DO, TDS, dan TSS terhadap diversitas  dan pola distribusi bivalvia. Penelitian menggunakan metode Deskriptif kuantitatif dengan melakukan observasi, identifikasi, dan dokumentasi. Pengambilan sampel menggunakan metode acak sistematik dengan cara Ekploratif menggunakan stasiun pengamatan. Analisis data yang digunakan adalah analisis data menurut nilai kepadatan, indeks keanekaragaman jenis, indeks keseragaman, indeks dominansi, analisis komponen utama (PCA), analisis CA (Correspondence Analysis), dan pola sebaran jenis. Ditemukan sebanyak 9 spesies Bivalvia dari 4 Ordo yang didominasi Meretrix meretrix yellow pada stasiun 1 dengan nilai H=1,104, D=0,382, E=0,380, Meretrix meretrix yellow pada stasiun 2;  H=1,510, D=0,263, E=0,261, dan Perna viridis pada stasiun 3;  H=0,779, D=0,544, E=0,535. Hasil analisis dispersi morisita menunjukkan Pola sebaran Bivalvia cenderung mengelompok dengan keanekaragaman yang rendah, namun menunjukkan keseragaman dengan kategori sedang. Kandungan CO₂, kuat arus, TSS, suhu, dan salinitas merupakan faktor utama yang sangat mempengaruhi pola distribusi dan kepadatan Bivalvia di zona intertidal kawasan pesisir kecamatan Ujung pangkah Kabupaten Gresik.
Model Inovasi Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Hayat, Hayat; Zayadi, Hasan
JU-ke: Jurnal Ketahanan Pangan Vol 2, No 2 (2018): JU-Ke
Publisher : Universitas Islam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (81.336 KB)

Abstract

Waste problems are endless in peoples lives. Increasing community consumptiveness towards household needs is an obstacle in handling household waste. Household waste can reach 500 ounces in one day. While the landfill (TPA) is increasingly ineffective in accommodating waste from various regions. Waste management in RW 01, Cemorokandang Urban Village, Malang City has not been handled properly and each of them does garbage disposal by transporting garbage cars with self-sufficiency in the community by paying contributions every month. A framework for organizational and management conception models is needed to provide an understanding of the community of housewives in handling the problem of waste into organic fertilizer through the separation of organic and non-organic waste. Organic waste has high economic value into organic liquid fertilizer if it is managed and handled applicatively. This, can increase public awareness in maintaining the environment and increase economic independence for the community groups RT 03 and RT 04 RW 01 Cemorokandang Village, and the people of Malang City in general. So that it can be used as a reference for the government to provide understanding and handling of waste nationally to improve the lives of social communities in safeguarding and preserving the environment and economic prosperity.
Composition and Diversity of Soil Arthropods of Rajegwesi Meru Betiri National Park Zayadi, Hasan; Hakim, Luchman; Leksono, Amin Setyo
Journal of Tropical Life Science Vol 3, No 3 (2013)
Publisher : Journal of Tropical Life Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Meru Betiri National Park (MBNP) is one of the nature conservation area thathas the potential of flora, fauna, and ecosystems that could develop as a nature-based tourism attraction. The existence of certain indicator species was related to estimation of stress level and disturbance on ecosystem stability for making strategic decisions about the restoration in this area. One of the important indicator species at forest ecosystem were soil arthropods. Aim this research were analyzed composition and diversity of soil arthropods at Rajegwesi, MBNP areas. The methods in this research used pitfall trap, measurement of distribution structure and soil arthropods composition based on the Shannon - Wiener index, Morisita similarity index and Importance Value Index (IVI). The number of families and individuals of soil arthropods found in the coastal area of Rajegwesi consists of 10 order with 21 families (702 individual). The number of individuals of the order Hymenoptera, Coleoptera, Collembola and Araneida was more widely found. Soil arthropods diversity index on each land use indicated that soil arthropod diversity in these areas were moderate. Soil arthropod community of orchards and forest had a similarity of species composition, whereas soil arthropod community of savanna had a similarity of species composition with paddy fields.
Studi Etnobotani Kelapa (Cocos nucifera) di Desa Tambi, Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu Solechah, Imah; Hayati, Ari; Zayadi, Hasan
SCISCITATIO Vol. 2 No. 2 (2021): Volume 2, Number 2, Juli 2021
Publisher : Universitas Kristen Duta Wacana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21460/sciscitatio.2021.22.71

Abstract

Etnobotani adalah studi tentang hubungan antara manusia dan penggunaan tumbuhan secara tradisional. Kelapa (Cocos nucifera) merupakan salah satu tanaman yang memiliki nilai pemanfaatan yang tinggi dalam masyarakat. Berdasarkan survei awal, tanaman kelapa banyak dimanfaatkan sebagai obat, sumber pangan, bahan kerajinan dan lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik, potensi, distribusi dan pemanfaatan tanaman kelapa di Desa Tambi dan Desa Tambi Lor, Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu. Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang karakteristik dan pemanfaatan tanaman kelapa serta pentingnya konservasi tanaman kelapa. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif melalui eksplorasi pengamatan langsung di lapangan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Hasil penelitian mendapatkan 3 varietas kelapa yang tumbuh di lokasi penelitian yaitu varietas kelapa dalam hijau, kelapa genjah kuning (gading) dan kelapa genjah hijau. Tanaman kelapa di Desa Tambi dan Desa Tambi Lor dimanfaatkan sebagai bahan pangan dan kerajinan sebesar 20%, adat istiadat sebesar 10%, obat 14 %, bahan bakar sebesar 16%, bahan bangunan sebesar 17% dan jamu sebesar 1%. Distribusi tanaman kelapa Desa Tambi ditemukan pada 18 titik, sedangkan pada Desa Tambi Lor ditemukan 22 titik tumbuh tanaman kelapa. Penyebaran tanaman kelapa berdasarkan tata guna lahan Desa Tambi hanya dijumpai pada pekarangan dan tepi sawah, sedangkan di Desa Tambi Lor, tanaman kelapa di jumpai disemua lahan yaitu pekarangan, tepi jalan, dan tepi sawah.
Analisis Normalitas dan Abnormalitas Spermatozoa Segar Sapi Limousin (Bos taurus) dan Sapi Bali (Bos sondaicus) Sebelum Proses Pembekuan Di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari Malang Nur Aliyah, Shofi; Santoso, Hari; Zayadi, Hasan
SCISCITATIO Vol. 3 No. 1 (2022): Volume 3, Number 1, January 2022
Publisher : Universitas Kristen Duta Wacana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21460/sciscitatio.2022.31.85

Abstract

Sejak digalakkan Swasembada Sapi oleh kementrian pertanian guna mewujudkan ketahanan pangan hewani, dilakukanlah Inseminasi Buatan (IB). Langkah yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan IB adalah pengujian kualitas spermatozoa secara makroskopis dan mikroskopis. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan normalitas dan abnormalitas spermatozoatozoa segar sapi limousin (Bos taurus) dan sapi bali (Bos sondaicus) sebelum proses pembekuan. Metode pengambilan sampel spermatozoatozoa ditampung menggunakan AV (Artivical Vagina), dilakukan pengamatan secara makroskopis dan mikroskopis menggunakan IVOS II untuk mengetahui presentase normalitas dan abnormalitas spermatozoatozoa. Parameter yang dihitung diantaranya, makroskopis yaitu Warna, volume, pH dan konsentrasi, normalitas, abnormalitas. Analisis yang digunakan adalah uji t test independent. Hasil dari penelitian normalitas dan abnormalitas sapi limousin dengan sapi bali menunjukkan thit = 4,42 ; ttabel = 0,025 yaitu thitung > t(0,025). maka H0 diterima, artinya dari kedua kelompok sapi tersebut kualitas spermatozoanya tidak perbedaan nyata secara signifikan antara normalitas dan abnormalitas sapi limousin dan sapi bali sebelum proses pembekuan.
Estimasi Karbon pada Tegakan Kopi di Lahan Agroforestri Desa Pandansari Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang Riyan Riyadlun Najih; Luchman Hakim; Hasan Zayadi
Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature) Vol 3, No 2 (2021)
Publisher : FMIPA UNISMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/j.sa.v3i2.8069

Abstract

The agroforestry system is a solution offered so that the forest area does not decrease due to forest destruction and the environment is able to perform its function, namely as a carbon storage. This study was aimed to determine the potential for carbon stored in coffee stands and abiotic factors in coffee stands on agroforestry land. Samples by purposive sampling stand samples of Coffeaarabica, Coffea canephora, and Coffea liberica as many as 20 trees with a total sample of 60 stands. the abiotic factor was measured at three representative points. Data obtained in the form of dbh (±1,3 m), type of coffee, plant age, wood dencity, abiotic factor data, biomass, and carbon. Data analysis included tree biomass data with the allometric formula Ketterings dry weight = 0.11 ρ D2.62 (2001) and  allometric formula Arifin dry weight = 0.281 D2.0635 (2001). Data analysis included carbon biomass = dry weight x 0.47. The results showed that the largest carbon storage was in Coffea liberica, then Coffea canephora and the smallest carbon storage was in Coffeaarabica. abotic factors in coffee agroforestry show soil moisture 18.3%, air humidity 60 - 75%, soil pH  7.3, soil temperature  21 ° C, air temperature 21 - 25 ° C, light intensity  877 lux, and altitude ranges from 906 - 934 m asl.Keywords: allometric, coffee, agroforestry, abiotic factors, carbonABSTRAKSistem agroforestri merupakan solusi yang ditawarkan agar luas hutan tidak semakin berkurang akibat kerusakan hutan dan lingkungan mampu melakukan fungsinya yakni sebagai penyimpan karbon. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi karbon tersimpan pada tegakan kopi dan faktor abiotik pada tegakan kopi di lahan agroforestri. Pemilihan sampel tegakan kopi secara purposive sampling, tiap sampel tegakan Coffea arabica, Coffea canephora, dan Coffea liberica berjumlah 20 pohon dengan jumlah total sampel 60 tegakan. Faktor abiotik diukur pada tiga titik representatif. Data yang diperoleh berupa dbh (±1,3 m), spesies kopi, umur tanaman, berat jenis kayu,data faktor abiotik, biomassa, dan karbon. Analisis data perhitungan biomassa meliputi rumus allometrik Ketterings berat kering = 0,11 ρ D2,62  (2001) dan rumus allometrik Arifin berat kering = 0,281 D2,0635(2001). Analisis data biomassa karbon = berat kering x 0.47. Hasil penelitian menunjukkan simpanan karbon terbesar terdapat pada Coffea liberica, kemudian Coffea canephora dan simpanan karbon paling kecil pada Coffea arabica. faktor abotik di agroforestri kopi menunjukkan kelembaban tanah 18.3%, Kelembaban udara 60 - 75%, pH tanah 7,3, Suhu tanah 21°C, suhu udara 21 - 25°C, intensitas cahaya 877 lux dan ketinggian tempat berkisar 906 – 934 m dpl.Kata kunci: allometrik, kopi, agroforestry, faktor abiotic, karbon
Pengaruh Pemberian Jamu Herbal Terhadap Pembentukan Otot Tendon Sapi Kerapan Madura (Bos primiginius) Ach Jailani; Hari Santoso; Hasan Zayadi
Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature) Vol 4, No 2 (2022)
Publisher : FMIPA UNISMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/j.sa.v4i2.11447

Abstract

This study aims to determine the effect of giving herbal ingredients on the muscle formation of the tendons of the Madura bullock cattle (Bos primiginius). The method used in this study was carried out by surveys and measurements in the field. Sampling of locations and cattle using purposive sampling, namely bulls are taken at locations that have potential for bullocks. The vital statistics were calculated using the incidental sampling method. The results showed that the provision of herbal concoctions of temu lawak, temu ireng, turmeric, black coffee ginger, galangal, and ginseng can increase stamina so as to speed up running cows, then herbal medicine is significant in the formation of tendon muscles. It is proven that the formation of muscle tendons is correlated with increasing running speed as evidenced by the results of increasing running speed of 17.15/second within a distance of 221 meters so that it can be concluded that herbal medicine is significant for the formation bovine tendon muscles.Keywords: Jamu Herbal, Madura Kerapan Cow, Tendon MusclesABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ramuan herbal terhadap pembentukan otot tendon sapi kerapan Madura (Bos primiginius). Metode yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan survey dan pengukuran di lapang. Sampling lokasi dan ternak sapi menggunakan purposive sampling yaitu sapi kerapan diambil pada lokasi yang potensial sapi kerapan. Data dihitung statistik vital menggunakan metode insidental sampling. Hasil didapatkan menunjukkan bahwa Pemberian ramuan herbal temu lawak,temu ireng, kunyit, jahe kopi hitam, lengkuas,dan gingseng dapat menambah stamina sehingga mempercepat lari sapi, maka jamu herbal signifikan dalam pembentukan otot tendon hal ini terbukti bahwa pembentukan otot tendon berkolerasi dengan penambahan kecepatan lari dibuktikan dengan hasil bertambahnya kecepatan lari 17.15/Detik dalam jarak 221 Meter sehingga dapat disimpulkan bahwa jamu herbal signifikan terhadap pembentukan otot tendon sapi kerapan.Kata kunci : Jamu Herbal, Sapi Kerapan Madura, Otot Tendon
Co-Authors Ach Jailani Adi Suryo Purnomo Adifatul Ismy Adimas, Lastya Affan, Muhammad Afrian syarif Hidayat Ahmad Mijwad Rajab Ahmad Syauqi ahmad syauqi, ahmad alfira khullatun ni'am Amalia Kamelia Amin Setyo Leksono Amin Setyo Leksono Andaresta, Olivia Anindyta Robiatul Adawiyah Annisa, Silvia Apria Ningsih Ari Hayati Ari Hayati Arifianti, Eka Nur Ayu Naila Nahdiyah Badi'ah Lailun Nahdhlia Baihaqi Musytawan Basyariyah, Iflahatul Devi Qurroti A'yun Dewi Vebriyanti Eka Nur Arifianti Elmi Zakiah Fairuz Qory Amalia Faizah Shodirun Faizah Shodirun, Faizah Fauzilah, Isma Febrian Priska Amalia Putri Fitria Fitria Hamdani Dwi Prasetyo Hari Santoso Hari Santoso Hari Santoso Hari Santoso Hayat Hidayatul, Romdiyah Hildasari, Nourma Hotimah, Sitti Norul Husain Latuconsina Husnul Hotimah Ifadotul Lailatussholiha Iflahatul Basyariyah illah, Muhamad Atho' Isma Fauzilah Istipsaroh Saroh Istipsaroh Saroh, Istipsaroh Istiqomah ISTIQOMAH, LAILATUL Izzatul Bahriyah Izzatul Bahriyah, Izzatul Jailani, Ach Jauhari, Nasrul Kamiliatul Mufidah Khamidatul Ula Khoiratul Hasanah lailatul istiqomah Luchman Hakim Luthfiana, Mauludiya Maghfiroh, Faldha Laili Maimunah, Maimunah Mariyana Mariyana Mariyana Mariyana Mas Ajeng Wahyu Hidayah Masitoh, Liza Khoidiyah Miftahul Mukarromah Miftahussurur, Mohammad Moh. Agus Zakaria Mohammad Miftahussurur Mohammad Mualif Zarkasyi Mohammad Mualif Zarkasyi, Mohammad Mualif Mufidah, Kamiliatul Muhamad Atho' illah Muhamad Atho' illah Muhammad Bachri Musaffak, Taufik Ridwan Musytawan, Baihaqi Nasrul Jauhari Niqrisatut Thibab Nour Athiroh Abdoes Sjakoer Noviza, Evi Noris Nubdatul Fikroh Nur Aini Nur Aliyah, Shofi Nur Asbani Nur Asbani Nur ismalasari Nur Istiqomatu Rosidah Nur Malichatin Nurul Jadid Mubarokati Nurul Qomariyah Nurus Sa'adah Prasetya, Hamdani Dwi Putri, Febrian Priska Amalia Qudrati Rohmah Rajab, Ahmad Mijwad Ratna Djuniwati Lisminingsih Retno wulandari Rita Purwanti Riyan Riyadlun Najih Rohmah, Qudrati Rohmawati, Vivi Dwi Rokha Illiyyin Saimul Laili Sama’ Iradat Tito Saputri, Rizki Dwi Shalehah, Nikmatus Silvia Annisa Siti Imama Khoiriyah Siti Marirotuz Zahro' Siti Rahmawati Wahyuningsih Siti Salma Nur Fahima Sitti Nor Fajariyah Sitti Norul Hotimah Solechah, Imah Subhan Maulidi K.B.F Tika Anggraini umam, M. azkal Vivi Dwi Rohmawati Warida, Mutha Yulia Pambayuning Tyas Yuliana Musrifatul Maula