cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta timur,
Dki jakarta
INDONESIA
Majalah Kedokteran
ISSN : 02164752     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Majalah FK UKI bertujuan sebagai wadah publikasi hasil penelitian staff pengajar fakultas kedokteran internal dan eksternal UKI, sebagai sharing knowledge para dosen fakultas kedokteran serta menunjang pengembangan ilmu kedokteran/kesehatan.
Arjuna Subject : -
Articles 4 Documents
Search results for , issue "Vol. 38 No. 3 (2022): SEPTEMBER - DESEMBER" : 4 Documents clear
Karakteristik Thalasemia Pada Pasien Pediatrik di Rumah Sakit dr. Chasbullah Abdulmajid Kota Bekasi: Serial Kasus Wishnuwardhana, Mas; Adrienta; Fernandez, Glenn; Trixie, Joue A.; Jovito, Axel; Gabriella, Hana
Majalah Kedokteran UKI Vol. 38 No. 3 (2022): SEPTEMBER - DESEMBER
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33541/mk.v38i3.4745

Abstract

Talasemia adalah sekelompok gangguan dari ketidakseimbangan produksi rantai globin alfa dan rantai globin beta. Kondisi ini yang diwariskan melalui mekanisme genetik resesif dominan autosomal. Talasemia beta diakibatkan penurunan rantai globin beta, karena kelebihan rantai globin alfa. Tujuan dari studi ini adalah untuk melaporkan serial kasus talasemia yang bervariasi pada pasien pediatric di Rumah Sakit dr. Chasbullah Abdulmajid. Metode yang digunakan pada studi ini adalah studi deskriptif berupa serial kasus. Terdapat empat kasus. Satu kasus talasemia, dua kasus talasemia dengan Covid-19, dan satu kasus talasemia dengan AIDS. Variasi keluhan dari para pasien adalah pucat (dua kasus), batuk (satu kasus), dan asimptomatik (satu kasus). Keempat pasien sebelumnya sudah terdiagnosa talasemia beta mayor sebelumnya dan rutin mendapatkan transfusi. Pada pemeriksaan fisik, semua pasien tampak wajah cooley, konjungtiva anemis, serta hanya satu yang terdapat hepatosplenomegaly. Pemeriksaan laboratorium didapatkan anemia. Dua kasus terdapat peningkatan kadar serum ferritin dan pada kasus talasemia dengan Covid-19 terdapat leukopenia. Kata Kunci: Acquired Immune Deficiency Syndrome, Beta thalassemia mayor, Coronavirus disease of 2019, Facies cooley, Thalassemia
Efektivitas Penggunaan Obat Antihelmintik Secara Massal Terhadap Soil Transmitted Helminths Di Indonesia Sebuah Scoping Article Imanuel, Rizki; Siagian, Forman E.; Sinurat, Robert; Ronny
Majalah Kedokteran UKI Vol. 38 No. 3 (2022): SEPTEMBER - DESEMBER
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33541/mk.v38i3.5718

Abstract

Obat anti helmintik digunakan pada infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) untuk mengobati dan mencegah terjadinya infeksi berat yang mengakibatkan anemia dan gangguan tumbuh kembang anak. Pemberian obat anti helmintik dapat dilakukan secara berkala sebagai pencegahan terhadap infeksi maupun reinfeksi. Albendazole 400 mg dan Mebendazole 500 mg merupakan obat antihelmintik spektrum luas yang direkomendasikan World Health Organization (WHO) karena efektif, murah, mudah untuk diberikan, dan memiliki efek samping yang kecil. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penggunaan antihelmintik secara massal di Indonesia untuk infeksi STH. Studi literatur ini merupakan artikel scoping yang memakai Preferred Reporting Items for Systematic Review and Meta-Analysis (PRISMA). Tinjauan literatur ini dibuat melalui penelusuran artikel pada database Pubmed® dan Google Scholar dengan menggunakan kata kunci "parasite infection" OR "worm infection" OR "helminth infection" AND “Soil Transmitted Helminth”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa obat yang memiliki efektifitas tinggi dalam pengobatan massal anthihelmintik terhadap infeksi STH adalah Albendazole. Lama pemberian antihemintik yang efektif untuk pemberian obat secara massal terhadap infeksi STH adalah dalam dua minggu dengan sekaligus diadakannya evaluasi secara berkala. Kesimpulan dalam penelitian ini, mebendazole sebagai pengobatan lini pertama memiliki efektifvitas yang lebih baik. Sementara, albendazole dan mebendazole serta pirantel pamoat tetap memiliki efektivitas yang baik terhadap infeksi Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, dan cacing tambang dengan efektifitas 9% sampai 97%. Kata Kunci: Infeksi parasit, Kecacingan, Albendazol Anti-helminthic drugs are used in soil transmitted helminth (STH) infections to treat and prevent the occurrence of heavy infection that causes anemia and childhood developmental problems. Administration of anti-helminthic drugs could be given periodically as prevention towards infection or reinfection. Albendazole 400 mg and mebendazole 500mg are wide spectrum that are recomended bu the World Health Organization (WHO) because it is effective, affordable, easy to administer, and has minimal side effects. The purpose of this study is to understand the effectivity of mass anti-helminthic drug use in Indonesia for STH infections. This literature study (review) is an article scoping using the Preffered Reporting Items for Systematic Review and Meta Analysis (PRISMA) (pake metode ga si?). This literature review is made by searching for articles in the PubMed and Google Scholar databases by using the keywords "parasite infection" OR "worm infection" OR "helminth infection" AND "soil transmitted helminth". The findings of this study find that the drug that has the highest effectivity in mass antihelminthic administration towards STH infections is albendazole. The duration of effective antihemintic administration for mass drug administration against STH infection is within 2 weeks, with periodic evaluations being held at the same time. The conclusion of this study is mebendazole has better effectivity as a first line drug, while albendazole and mebendazole as well as pyrantel pamoate still have good effectivity against Ascaris lumbricoides, Trichiuris trichiura, and hookworm infections with an effectivity between 9% to 97%. Keywords: parasite infection, worm infection, Soil Transmitted Helminth
Tinjauan Deskriptif Analitik Kepadatan Tungau Debu Rumah dan Hubungannya dengan Praktik Higiene, Manifestasi Alergi pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia yang Tinggal di Rumah atau Indekos Dwigita, Sintikhe G.; Ronny
Majalah Kedokteran UKI Vol. 38 No. 3 (2022): SEPTEMBER - DESEMBER
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33541/mk.v39i1.5729

Abstract

Tungau debu rumah (TDR) sering ditemukan dalam debu rumah, sering ditemukan di lantai ruang tamu, lantai kamar, kasur, sofa, karpet dan juga ditemukan di luar rumah seperti pada sarang burung dan permukaan kulit hewan. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui tinjauan deskriptif analitik kepadatan TDR dan hubungannya dengan praktik higiene, dan manifestasi alergi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia yang tinggal di rumah atau indekos. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan kuantitatif melalui pemeriksaan sampel debu rumah dan hasil kuesioner tentang praktik higiene. Terlihat memang tidak ada hubungan antara kepadatan dan praktik higiene karena dari berbagai penelitian, TDR sulit untuk dieliminasi karena kemampuan bertahan hidup dari TDR. Dari 60 sampel debu rumah dan indekos, ditemukan sebanyak 76,7% responden yang tinggal di rumah dan 73,3% responden yang tinggal di indekos. Berdasarkan praktik higienitas didapatkan secara statistik, menjemur kasur dan membersihkan ruangan dengan vacuum cleaner atau kain basah mampu mengurangi kepadatan TDR. Penelitian ini didapatkan secara statistik bermakna bahwa kepadatan TDR berpengaruh terhadap individu yang memiliki riwayat asma yang tinggal di rumah Kata Kunci: tungau debu rumah Dermatophagoides pteronyssinus, Dermatophagoides farinae, praktik higiene, alergi House Dust Mites and Their Relationship to Hygiene Practices and Allergic Manifestation Abstract House dust mites (TDR) are arthropods that are most often found in dust in various parts of the house and outside the house, such as on the surface of animal skin. This study aims to determine the density of dust mites in home and boarding rooms and their relationship to hygiene practices, as well as their impact on allergic manifestations in students living at home or boarding houses. This research uses a descriptive analytical method with a quantitative approach through examining house dust samples and the results of questionnaires about hygiene. There appears to be no relationship between crowding and hygiene practices. From 60 samples of house and boarding room dust, it was found that 76.7% of respondents lived at home and 73.3% of respondents lived in boarding rooms. Based on hygiene practices, it has been statistically found that drying the mattress and cleaning the room with a vacuum cleaner or wet cloth can reduce the density of TDR. This research found that it was statistically significant that TDR density had an effect on individuals who had a history of asthma who lived at home. Keywords: house dust mite, Dermatophagoides pteronyssinus, Dermatophagoides farinae, hygiene practices, allergies
Kontaminasi Cacing yang Ditularkan Melalui Tanah pada Sayuran yang Dijual di Pasar Swalayan dan Pasar Tradisional Emilia, Risda; Swissanto, Nacitta; Suyono, Michelthelia S.; Febriyanti, Monica S.; Ronny; Wahyuningsih, Retno
Majalah Kedokteran UKI Vol. 38 No. 3 (2022): SEPTEMBER - DESEMBER
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33541/mk.v38i3.5748

Abstract

Infeksi cacing usus yang ditularkan melalui media tanah (CDMT) sudah menjadi masalah kesehatan diseluruh dunia. Penyakit yang disebabkan oleh infeksi CDMT ini memberikan masalah bagi kesehatan masyarakat baik di perkotaan maupun pedesaan. Berbagai factor turut mempengaruhi tingginya angka insidensi penyakit ini, salah satunya adalah konsumsi sayuran dalam kondisi belum matang atau mentah, seperti selada, kubis, kacang panjang, timun, dan kemangi. Selada dan kubis merupakan contoh sayuran yang tumbuh dekat dengan tanah. Kondisi ini memungkinkan CDMT yang berada pada tanah dapat dengan mudah berpindah ke sayur selada maupun kubis, sementara sayur kacang panjang, timun dan kemangi yang tumbuh jauh dengan tanah dapat terkontaminasi CDMT melalui penggunaan pupuk dan perlakuan pasca panen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan kontaminasi CDMT pada sayuran yang dijual di pasar tradisonal dan pasar swalayan DKI Jakarta. Penelitian dilakukan di Laboratorium Parasitologi, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia pada bulan Agustus sampai November 2015. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan laboratorium. Pemilihan sampel menggunakan teknik cluster sampling dengan cara mengambil tiga pasar tradisional dan tiga pasar swalayan per wilayah. Pemeriksaan CDMT dilakukan menggunakan metode sedimentasi, dilanjutkan dengan pembuatan preparat yang akan diperiksa dibawah mikroskop. Berdasarkan hasil dari penelitian ini, dari total 375 sampel, terdapat kontaminasi CDMT sebanyak 43 (11,47%) pada sayur yang dijual di pasar swalayan dan sebanyak 134 (35,7%) pada sayur yang dijual di pasar tradisional. Jenis CDMT terbanyak yang ditemukan pada sayur yang dijual di pasar tradisional adalah Ascaris lumbricoides sebanyak 46 (12,27%), sedangkan pada sayur yang dijual di pasar swalayan, kontaminasi jenis CDMT terbanyak adalah cacing tambang sebanyak 15 (4%). Berdasarkan penelitian ini, kontaminasi CDMT terdapat pada sayur selada, kubis, kacang panjang, timun, dan kemangi yang dijual di pasar swalayan di Jakarta. Kata kunci : kontaminasi, sayur mentah, CDMT, pasar swalayan, Intestinal worm infection transmitted through the soil (soil transmitted helminths - STH) infection) is a health problem in the world. In Indonesia STH infection is a public health problem in both rural and urban areas. Many factors contribute to the high incidence of this disease, one of which is eating raw vegetables such as lettuce, cabbage, long beans, cucumbers and basil that are often used as vegetables. Lettuce and cabbage are plants that grow close to the ground. This situation allows STH in the soil to be easily attached to lettuce and cabbage, while for the long beans, cucumber and basil that grows high above the ground the possibility of contamination is due to the use of fertilizer and post-harvest handling. This study aims to determine the rate of contamination of vegetables sold in supermarkets by STH eggs. This research was conducted at the Laboratory of Parasitology, Medical Faculty of Christian University of Indonesia from August to November 2015. This is a descriptive study with laboratory approach. Samples were obtained by cluster sampling by taking three supermarkets in Jakarta. STH examination used sedimentation method, followed by making preparations for microscopic examination. The research found contamination STH 43 (11,47%) of the 375 samples. In this study parasites that are found are hookworm, 4% of eggs, filariform larvae 2,93% and 0,8% of larvae rhabditiform, while Ascaris lumbricoides comes in second (2.66%) and Trichuris trichiura only 0.53%. So, there is STH contamination on lettuce, cabbage, beans, cucumbers and basil sold in supermarkets in Jakarta. Keywords : Contamination, raw vegetable, soil transmitted helminths, supermarket

Page 1 of 1 | Total Record : 4