cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Sari Pediatri
ISSN : 08547823     EISSN : 23385030     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 20, No 5 (2019)" : 10 Documents clear
Perbandingan Kadar Hemoglobin pada Bayi yang Diberikan Makanan Pendamping ASI Buatan Pabrik dengan Buatan Rumahan Hani Hilda Kartika; Dida Akhmad Gurnida; Aris Primadi
Sari Pediatri Vol 20, No 5 (2019)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (104.682 KB) | DOI: 10.14238/sp20.5.2019.276-82

Abstract

Latar belakang. Anemia merupakan masalah kesehatan global di dunia. Penyebab tertinggi anemia adalah defisiensi besi, umumnya terjadi setelah usia 6 bulan saat masa penyapihan. Dinegara berkembang, orangtua lebih sering memberikan MPASI buatan rumahan yang seringkali tidak dapat memenuhi kebutuhan zat mikronutrien dibandingkan MPASI berfortifikasi buatan pabrik karena alasan ekonomi.Tujuan. Mendapatkan gambaran perbedaan kadar Hemoglobin (Hb) bayi yang diberikan MPASI buatan pabrik dengan buatan rumahan.Metode. Penelitian analitik komparatif potong lintang dilaksanakan pada Mei-Juni 2018 di wilayah kerja Puskesmas Garuda kota Bandung pada bayi usia 7-8 bulan secara consecutive sampling yang memenuhi kiteria inklusi untuk masing-masing kelompok MPASI buatan pabrik dan buatan rumahan. Dilakukan pengukuran kadar Hb dan recall pemberian makanan dalam 7 hari terakhir. Uji statistik dilakukan menggunakan uji t dan Mann Whitney dengan tingkat kemaknaan p<0,05.Hasil.Terdapat 36 bayi terbagi dalam 2 kelompok. Rerata kadar Hb bayi kelompok MPASI buatan pabrik 11,48 g/dL (0,85 SD), kelompok buatan rumahan 10,8 g/dL (1,2 SD). Didapatkan perbedaan yang bermakna antara jenis MPASI dengan kadar Hb (p<0.03).Kesimpulan.Kadar hemoglobin bayi yang mendapatkan MPASI buatan pabrik lebih tinggi dibandingkan bayi yang mendapatkan MPASI buatan rumahan. MPASI berfortifikasi buatan pabrik dapat diberikan sebagai salah satu upaya pencegahan anemia.
Hubungan antara Kadar Vitamin D dan Derajat Keparahan Dermatitis Atopik Ahimsa Yoga Anindita; Ganung Harsono; Endang Dewi Lestari
Sari Pediatri Vol 20, No 5 (2019)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (25.766 KB) | DOI: 10.14238/sp20.5.2019.265-9

Abstract

Latar belakang. Dermatitis atopik adalah penyakit kulit kronik yang sering ditemukan pada anak. Prevalensi DA anak antara 10%-20%. Kondisi defisiensi vitamin D dikhawatirkan dapat memperburuk kondisi dermatitis atopik. Perkembangan penyakit menjadi lebih progresif, penyembuhan lama, dan risiko infeksi sekunder menjadi lebih besar. Hingga saat ini masih terdapat perbedaan hasil penelitian mengenai hubungan kadar vitamin D dan derajat keparahan dermatitis atopik. Tujuan. Mengetahui hubungan kadar vitamin D dengan derajat keparahan dermatitis atopik.Metode. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan menggunakan studi potong lintang. Subjek penelitian merupakan pasien anak berusia 2 sampai 5 tahun dengan DA di RS Dr. Moewardi Surakarta antara bulan Januari sampai Oktober 2018. Pengambilan sampel secara konsekutif berjumlah 24 sampel. Setiap subjek diukur kadar vitamin D serum dan diperiksa derajat keparahan dermatitis atopik. Hubungan antarvariabel dianalisis menggunakan Spearman rank untuk memperoleh koefisien korelasi. Hasil bermakna jika p≤0,05.Hasil. Terdapat hubungan signifikan antara kadar vitamin D dan derajat keparahan DA (r=0,936; p=0,000). Hubungan ini sangat kuat dan berkorelasi positif.Kesimpulan. Semakin rendah kadar vitamin D serum maka semakin berat derajat keparahan DA pada anak usia 2 sampai 5 tahun. 
Hubungan Profil Lipid dan Derajat Keparahan Penyakit berdasarkan Skor Pediatric Logistic Organ Dysfunction-2 pada Anak dengan Sepsis Rince Restiviona; Chairul Yoel; Pertin Sianturi
Sari Pediatri Vol 20, No 5 (2019)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (189.495 KB) | DOI: 10.14238/sp20.5.2019.289-94

Abstract

Latar belakang. Sepsis adalah penyebab kematian terbanyak pada bayi dan anak di rumah sakit. Sepsis dan syok septik menyebabkan perubahan neuroendokrin dan metabolik termasuk konsentrasi dan komposisi lipid plasma serta lipoprotein. Namun hubungan profil lipid dan derajat keparahan penyakit pada anak dengan sepsis masih belum jelas.Tujuan. Mengetahui cut-off profil lipid pada pasien anak dengan sepsis dan hubungan profil lipid terhadap derajat keparahan penyakit pada anak dengan sepsis.Metode. Penelitian potong-lintang bulan Juli sampai Oktober 2017 di PICU, RSUP Haji Adam Malik. Sampel adalah anak usia 1 bulan sampai <18 tahun yang didiagnosis sepsis. Pasien yang menderita diabetes melitus, sindrom nefrotik, gizi lebih, gizi buruk, mendapatkan terapi statin dan insulin diekslusikan. Didapatkan 30 orang anak yang memenuhi kriteria. Derajat keparahan penyakit dinilai berdasarkan skor PELOD-2. Nilai cut-off masing-masing profil lipid berdasarkan kurva ROC. Hubungan antara profil lipid dan derajat keparahan penyakit dianalisis dengan uji chi-square atau Fisher exact. Nilai p < 0,05 dianggap bermakna secara statistik .Hasil. Dari kurva ROC didapatkan nilai cut-off kadar kolesterol total dan trigliserida 93,5 mg/dL dan 199 mg/dL, dan nilai cut-off untuk kadar HDL dan LDL adalah 20,5 mg/dL dan 48,5 mg/dL. Didapatkan hubungan profil lipid dan derajat keparahan penyakit (PELOD-2) dengan nilai p: kolesterol total 0,007, trigliserida 0,005, HDL 0,063 dan LDL 0,279.Kesimpulan. Terdapat hubungan bermakna antara kadar kolesterol total dan trigliserida dengan derajat keparahan penyakit berdasarkan skor PELOD-2. Tidak terdapat hubungan bermakna antara HDL dan LDL dengan derajat keparahan penyakit berdasarkan skor PELOD-2.
Hubungan Kadar Hemoglobin dengan Kejang Demam pada Anak yang Disebabkan Infeksi Saluran Pernapasan Akut: Studi Kasus Kontrol Amalia Aswin; Annisa Muhyi; Nurul Hasanah
Sari Pediatri Vol 20, No 5 (2019)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (131.108 KB) | DOI: 10.14238/sp20.5.2019.270-5

Abstract

Latar belakang. Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada anak berusia 6 bulan sampai 5 tahun tanpa disebabkan oleh proses intrakranial. Kejang demam merupakan kelainan neurologi tersering yang dijumpai pada anak.Tujuan. Untuk mengetahui hubungan kadar hemoglobin dengan kejang demam pada anak yang disebabkan ISPA.Metode. Penelitian analitik observasional dengan desain kasus kontrol. Data diambil dari rekam medik di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda tahun 2016-2017 menggunakan teknik purposive sampling. Variabel bebas adalah kadar hemoglobin, sedangkan variabel tergantung adalah kejang demam yang disebabkan ISPA. Analisis statistik menggunakan uji t tidak berpasangan dan chi-square (x2), kemaknaan ditentukan berdasarkan nilai p<0,05. Hasil. Didapatkan sebanyak 62 pasien dengan rincian 31 kejang demam dan 31 demam tanpa kejang. Prevalensi kejang demam pada anak laki-laki 71%, sedangkan perempuan 29%. Angka kejadian terbanyak kejang demam adalah usia 0-12 bulan dan gizi baik. Berdasarkan analisis data menggunakan uji t tidak berpasangan didapatkan rata-rata kadar hemoglobin pada kejang demam adalah 11,04 g/dL dan demam tanpa kejang 11,6 g/dL (p=0,023). Pada uji chi-square (x2), menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara kadar hemoglobin dengan kejang demam yang disebabkan ISPA (p=0,032, OR=3,906)Kesimpulan. Terdapat hubungan kadar hemoglobin dengan kejang demam pada anak yang disebabkan ISPA.
Faktor Risiko Obstructive Sleep Apnea pada Anak Sindrom Down​ Dewi Kartika Suryani; Bambang Supriyatno; Mulya Rahma Karyanti; Zakiudin Munasir; Sudung O. Pardede; Dina Muktiarti
Sari Pediatri Vol 20, No 5 (2019)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (125.055 KB) | DOI: 10.14238/sp20.5.2019.295-302

Abstract

Latar belakang. Sindrom Down merupakan kelainan kromosom tersering. Anak dengan sindrom Down (SD) di berbagai negara memiliki beberapa faktor risiko terhadap OSA dengan prevalensii antara 30%-60%, dibandingkan 0,7%-2% pada populasi umum. Hingga saat ini belum ada data mengenai OSA pada anak sindrom Down di Indonesia. Tujuan. Mengidentifikasi prevalensi OSA pada anak sindrom Down dan menganalisis hubungan antara habitual snoring, obesitas, penyakit alergi di saluran napas, hipertrofi tonsil, dan hipertrofi adenoid sebagai faktor risiko OSA pada anak sindrom Down. Metode. Penelitian potong lintang dilakukan pada anak sindrom Down berusia 3-18 tahun yang tergabung dalam Yayasan POTADS. Penelitian dilakukan di Poliklinik Respirologi IKA FKUI RSCM dari bulan Juli 2016 hingga Juli 2017. Penegakan diagnosis OSA menggunakan nilai batas AHI≥3 pada pemeriksaan poligrafi. Faktor- risiko yang dianggap berpengaruh dianalisis secara multivariat. Hasil. Penelitian dilakukan terhadap 42 subjek dengan hasil prevalensi OSA pada anak dengan SD 61,9%. Sebesar 42,9% merupakan OSA derajat ringan, 14,3% OSA sedang, dan 4,8% OSA berat. Pada analisis multivariat didapatkan faktor risiko yang bermakna yaitu habitual snoring (p=0,022 dan PR 8,85; IK 1,37-57) dan hipertrofi adenoid (p=0,006 dan PR 12,93; IK 2,09-79). Kesimpulan. Prevalensi OSA pada anak sindrom Down sebesar 61,9%. Faktor risiko yang bermakna yaitu habitual snoring dan hipertrofi adenoid.
Kadar Transforming Growth Factor β-1 Urin pada Berbagai Keadaan Proteinuria Partini P. Trihono; Husein Alatas; Taralan Tambunan; Sudigdo Sastroasmoro
Sari Pediatri Vol 20, No 5 (2019)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (189.14 KB) | DOI: 10.14238/sp20.5.2019.309-15

Abstract

Latar belakang. Proteinuria masif pada sindrom nefrotik (SN) akan menginduksi suatu rentetan reaksi biologis di tubular proksimal. Reaksi ini mengaktivasi peptida vasoaktif dan produksi sitokin, seperti TGF-β1. Di dalam urin, TGF-β1 urin merupakan sitokin fibrogenik yang pluripoten, yang melalui beberapa patomekanisme menyebabkan fibrosis interstisial dan glomerulosklerosis yang pada akhirnya menimbulkan gagal ginjal.Tujuan. Mengetahui kadar TGF-β1 urin pada berbagai keadaan proteinuria, yakni pada anak dengan sindrom nefrotik sensitif steroid (SNSS), dalam keadaan remisi maupun relaps, dan pada anak dengan sindrom nefrotik resisten steroid (SNRS). Metode. Penelitian dengan desain potong lintang ini dilakukan di 8 pusat ginjal anak di Indonesia. Subyek penelitian ini terdiri atas 34 anak dengan SNSS steroid remisi, 31 anak dengan relaps, 55 anak dengan SNRS, dan 35 anak tanpa penyakit ginjal sebagai kontrol. Kadar proteinuria dan TGF-β1 urin diperiksa pada sampel urin sewaktu yang diambil pagi hari. Kadar TGF-β1 urin diperiksa dengan metode enzyme-linked immunosorbent assay (Quantikine kit for human TGF-β1 immuno assay; R&D Systems, Mineapolis, MN). Kadar proteinuria kuantitatif diperiksa dengan cara kolorimetri (Randox kit; Randox Laboratories, United Kingdom)Hasil. Kadar proteinuria tertinggi didapatkan pada SN relaps, yang secara bermakna lebih tinggi daripada kadar SNRS. Namun, kadar TGF-β1 urin pada SN relaps sama tinggi dengan kadarnya pada SNRS yang secara bermakna lebih tinggi daripada kadarnya pada SN remisi. Kadar TGF-β1 urin pada SN remisi tidak berbeda dengan kadarnya pada anak tanpa penyakit ginjal. Terdapat korelasi positif antara kadar TGF-β1 dan protein urin (r=0,649 ;p<0,0001).Kesimpulan. Kadar TGF- β1 urin pada anak dengan SN relaps sama tingginya dengan kadar TGF- β1 urin pada SNRS, yang secara bermakna lebih tinggi bila dibandingkan dengan kadar pada anak dengan sindrom nefrotik remisi, maupun anak tanpa penyakit ginjal.
Peran Reticulocyte Hemoglobin Content (Ret-He) dalam Mendeteksi Defisiensi Besi pada Anak Ika Maya Sandy; Murti Andriastuti
Sari Pediatri Vol 20, No 5 (2019)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (221.032 KB) | DOI: 10.14238/sp20.5.2019.316-23

Abstract

Latar belakang. Defiseinsi besi (DB) didefinisikan sebagai penurunan total kandungan besi dalam tubuh yang ditandai dengan turunnya kadar feritin atau saturasi transferin. Gangguan perkembangan neurokognitif yang timbul akibat DB bersifat permanen. Identifikasi adanya DB penting untuk memulai terapi besi untuk mencegah komplikasi jangka panjang.Tujuan. Mengetahui peran Ret-He dalam mendeteksi DB pada anak dibandingkan dengan pemeriksaan biomarker penanda status besi lain (feritin, saturasi transferin, kadar besi serum, dan total iron binding capacity (TIBC)).Metode. Penelusuran pustaka database elektronik, yaitu Pubmed, Cochrane, ProQuest dan Google scholar dengan kata kunci “iron deficiency”, “AND” “reticulocyte hemoglobin  content”, “AND” “children”.Hasil. Penelusuran literatur diperoleh 4 artikel yang terpilih kemudian dilakukan telaah kritis. Studi oleh Mateos dkk, dengan level of evidence 1c, diperoleh nilai cut-off: ≤ 25 pg, memiliki sensitivitas tertinggi dibanding studi lainnya, yaitu 94% dan spesifisitas 80%, NDP 54%, NDN 97%. Studi lain menentukan nilai cut-off yang berbeda-beda sehingga mempengaruhi nilai sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif dan negatif.Kesimpulan. Berdasarkan penelitian ilmiah yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa Ret-He dapat digunakan sebagai parameter untuk mendeteksi DB pada anak.
Perbedaan Status Gizi dan Perawakan Pendek pada Anak Sakit Perut Berulang dengan Helicobacter Pylori Positif dan Negatif Vanda Elfira; Dwi Prasetyo; Dzulfikar DLH; Kusnandi Rusmil
Sari Pediatri Vol 20, No 5 (2019)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (145.661 KB) | DOI: 10.14238/sp20.5.2019.303-8

Abstract

Latar belakang. Sakit perut berulang (SPB) merupakan keluhan yang paling sering pada anak. Infeksi Helicobacter pylori (H. pylori) saat ini merupakan salah satu penyebab organik terbanyak pada anak SPB. Infeksi H. pylori dapat menyebabkan malnutrisi dan perawakan pendek, tetapi hal ini masih kontroversial.Tujuan. Mengetahui perbedaan status gizi dan perawakan pendek antara anak SPB dengan infeksi H. pylori positif dan negatif.Metode Penelitian potong lintang analitik dilakukan pada anak SMP dan SMA di Bandung yang mengalami SPB. Infeksi H. pylori berdasarkan pemeriksaan serologis menggunakan kit BioM pylori. Analisis perbedaan status gizi dan perawakan pendek antara anak SPB dengan infeksi H. pylori positif dan negatif menggunakan uji chi square.Hasil. Terdapat 224 subjek mengalami SPB dari 1658 subjek yang disurvey. Sebanyak 99 subjek memenuhi kriteria inklusi. H. pylori positif pada 45 subjek. Uji beda memperlihatkan perbedaan proporsi pada status gizi kurang dan infeksi H. pylori positif, namun belum bermakna secara statistik. Pada uji beda perawakan pendek dengan infeksi H. pylori positif tidak didapatkan perbedaan bermakna.Kesimpulan. Tidak terdapat perbedaan bermakna status gizi dan perawakan pendek pada anak SPB dengan infeksi H. pylori positif dan infeksi H. pylori negatif.
Vitamin C Dosis Rendah untuk Skorbut pada Thalassemia Pustika Amalia Wahidiyat; Mikhael Yosia
Sari Pediatri Vol 20, No 5 (2019)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (102.472 KB) | DOI: 10.14238/sp20.5.2019.324-30

Abstract

Belakangan ini beberapa pasien thalassemia mengeluhkan gusi berdarah, purpura dan nyeri disertai bengkak pada sendi. Kondisi berikut merupakan kondisi yang sangat serupa dengan tanda-tanda skorbut (kekurangan vitamin C). Sampai saat ini belum ada panduan  pemberian vitamin C yang aman bagi pasien thalassemia (mengingat vitamin C dapat meningkatkan besi labil yang berbahaya pada pasien thalassemia). Tinjauan pustaka ini bertujuan untuk membahas informasi mengenai skorbut pada thalassemia disertai observasi manifestasi skorbut pada pasien thalassemia di seluruh dunia. Selain itu juga akan melihat kemungkinan pemberian suplemen vitamin C dosis rendah yang aman untuk mengatasi skorbut. Lima laporan kasus dengan total 7 kasus skorbut pada pasien thalassemia diikutkan dalam laporan ini[nc1] . Laporan kasus yang ditemukan berasal dari Sri Lanka, Kanada, Amerika Serikat dan India. Suplementasi vitamin C diberikan kepada semua kasus dengan dosis berkisar antara 50 mg/hari sampai 500 mg/hari. Semua keluhan hilang setelah pemberian vitamin C. Manifestasi klinis skorbut pada pasien thalassemia adalah gingivitis, perdarahan mukosa, nyeri dan kelemahan sendi dan purpura. Terapi [nc2] vitamin C dengan dosis rendah 50 mg/hari dapat menghilangkan keluhan klinis skorbut pada pasien thalassemia.
Hubungan Kualitas Tidur dan Masalah Mental Emosional pada Remaja Sekolah Menengah Meita Dhamayanti; Faisal Faisal; Elma Citra Maghfirah
Sari Pediatri Vol 20, No 5 (2019)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (300.482 KB) | DOI: 10.14238/sp20.5.2019.283-8

Abstract

Latar belakang. Tidur berperan penting dalam menjaga kesehatan emosional. Masalah mental emosional berdampak negatif terhadap remaja dan memicu perilaku berisiko tinggi.Tujuan. Menganalisis hubungan kualitas tidur dengan mental emosional pada remaja.Metode. Studi observasional analitik dengan rancangan potong lintang. Pemilihan sampel dilakukan secara simple random sampling. Penelitian dilakukan di SMA di Jatinangor pada bulan April-Juli 2017. Pengambilan data dengan menggunakan kuesioner. Uji statistik deskriptif digunakan untuk analisis data karakteristik subjek, uji koefisien korelasi Crammer’s v untuk analisis korelasi kualitas tidur dan mental emosional.Hasil. Sebanyak 79 siswa berusia 15-17 tahun dari tiga SMA, 39 laki-laki dan 40 perempuan, rerata usia 16 tahun, 36 kualitas tidur baik dan 43 buruk. Kualitas tidur dan masalah mental emosional menunjukkan korelasi signifikan (p<0,05) dengan kekuatan korelasi sedang (Crammer’s v=0,422).Kesimpulan. Terdapat korelasi kualitas tidur dan masalah mental emosional pada remaja SMA di Jatinangor.

Page 1 of 1 | Total Record : 10


Filter by Year

2019 2019


Filter By Issues
All Issue Vol 27, No 3 (2025) Vol 27, No 2 (2025) Vol 27, No 1 (2025) Vol 26, No 6 (2025) Vol 26, No 5 (2025) Vol 26, No 4 (2024) Vol 26, No 3 (2024) Vol 26, No 2 (2024) Vol 26, No 1 (2024) Vol 25, No 6 (2024) Vol 25, No 5 (2024) Vol 25, No 4 (2023) Vol 25, No 3 (2023) Vol 25, No 2 (2023) Vol 25, No 1 (2023) Vol 24, No 6 (2023) Vol 24, No 5 (2023) Vol 24, No 4 (2022) Vol 24, No 3 (2022) Vol 24, No 2 (2022) Vol 24, No 1 (2022) Vol 23, No 6 (2022) Vol 23, No 5 (2022) Vol 23, No 4 (2021) Vol 23, No 3 (2021) Vol 23, No 2 (2021) Vol 23, No 1 (2021) Vol 22, No 6 (2021) Vol 22, No 5 (2021) Vol 22, No 4 (2020) Vol 22, No 3 (2020) Vol 22, No 2 (2020) Vol 22, No 1 (2020) Vol 21, No 6 (2020) Vol 21, No 5 (2020) Vol 21, No 4 (2019) Vol 21, No 3 (2019) Vol 21, No 2 (2019) Vol 21, No 1 (2019) Vol 20, No 6 (2019) Vol 20, No 5 (2019) Vol 20, No 4 (2018) Vol 20, No 3 (2018) Vol 20, No 2 (2018) Vol 20, No 1 (2018) Vol 19, No 6 (2018) Vol 19, No 5 (2018) Vol 19, No 4 (2017) Vol 19, No 3 (2017) Vol 19, No 2 (2017) Vol 19, No 1 (2017) Vol 18, No 6 (2017) Vol 18, No 5 (2017) Vol 18, No 4 (2016) Vol 18, No 3 (2016) Vol 18, No 2 (2016) Vol 18, No 1 (2016) Vol 17, No 6 (2016) Vol 17, No 5 (2016) Vol 17, No 4 (2015) Vol 17, No 3 (2015) Vol 17, No 2 (2015) Vol 17, No 1 (2015) Vol 16, No 6 (2015) Vol 16, No 5 (2015) Vol 16, No 4 (2014) Vol 16, No 3 (2014) Vol 16, No 2 (2014) Vol 16, No 1 (2014) Vol 15, No 6 (2014) Vol 15, No 5 (2014) Vol 15, No 4 (2013) Vol 15, No 3 (2013) Vol 15, No 2 (2013) Vol 15, No 1 (2013) Vol 14, No 6 (2013) Vol 14, No 5 (2013) Vol 14, No 4 (2012) Vol 14, No 3 (2012) Vol 14, No 2 (2012) Vol 14, No 1 (2012) Vol 13, No 6 (2012) Vol 13, No 5 (2012) Vol 13, No 4 (2011) Vol 13, No 3 (2011) Vol 13, No 2 (2011) Vol 13, No 1 (2011) Vol 12, No 6 (2011) Vol 12, No 5 (2011) Vol 12, No 4 (2010) Vol 12, No 3 (2010) Vol 12, No 2 (2010) Vol 12, No 1 (2010) Vol 11, No 6 (2010) Vol 11, No 5 (2010) Vol 11, No 4 (2009) Vol 11, No 3 (2009) Vol 11, No 2 (2009) Vol 11, No 1 (2009) Vol 10, No 6 (2009) Vol 10, No 5 (2009) Vol 10, No 4 (2008) Vol 10, No 3 (2008) Vol 10, No 2 (2008) Vol 10, No 1 (2008) Vol 9, No 6 (2008) Vol 9, No 5 (2008) Vol 9, No 4 (2007) Vol 9, No 3 (2007) Vol 9, No 2 (2007) Vol 9, No 1 (2007) Vol 8, No 4 (2007) Vol 8, No 3 (2006) Vol 8, No 2 (2006) Vol 8, No 1 (2006) Vol 7, No 4 (2006) Vol 7, No 3 (2005) Vol 7, No 2 (2005) Vol 7, No 1 (2005) Vol 6, No 4 (2005) Vol 6, No 3 (2004) Vol 6, No 2 (2004) Vol 6, No 1 (2004) Vol 5, No 4 (2004) Vol 5, No 3 (2003) Vol 5, No 2 (2003) Vol 5, No 1 (2003) Vol 4, No 4 (2003) Vol 4, No 3 (2002) Vol 4, No 2 (2002) Vol 4, No 1 (2002) Vol 3, No 4 (2002) Vol 3, No 3 (2001) Vol 3, No 2 (2001) Vol 3, No 1 (2001) Vol 2, No 4 (2001) Vol 2, No 3 (2000) Vol 2, No 2 (2000) Vol 2, No 1 (2000) More Issue