Studi ini dimaksudkan untuk menganalisis semua masukan baik energi maupun material yang dibutuhkan dalam pemboran sumur di lapangan panas bumi Wayang Windu yang selanjutnya disusun sebagai inventarisasi daur hidup pengembangan sumur panas bumi Indonesia. Sejumlah 33 sumur di lapangan panas bumi Wayang Windu dianalisisis kebutuhan bahan bakar diesel, baja untuk selubung sumur, semen penguat selubung, air, barit dan bentonit. Indikator dampak yang dianalisa dari tiap masukan adalah potensi perubahan iklim berupa emisi CO2 –e, dampak eutrofikasi berupa emisi PO43- -e, dan emisi SO2 –e sebagai indikator dampak pengasaman atau asidifikasi. Unit fungsional yang digunakan dalam studi ini adalah meter dari kedalaman sumur. Hasil studi ini menunjukkan bahwa emisi CO2 –e, PO43- -e, dan SO2 –e pada kedalaman pemboran sumur dari 1.000 hingga 3.000 meter secara berurutan adalah 1.428 – 3.102 ton, 2,8 - 6,6 ton, dan 9,6 – 25,3 ton. Kontributor utama dari emisi-emisi untuk semua indikator dampak dalam pemboran sumur panas bumi adalah bahan bakar diesel yaitu lebih dari 54%, diikuti oleh baja dan semen. Sebaliknya, kontribusi lumpur pemboran yang komposisi utamanya terdiri dari air, barit dan bentonit, sangat kecil yaitu di bawah 1%. Intensitas emisi untuk masing-masing indikator dampak per kedalaman sumur secara berturut-turut adalah 1,0 -1,4 t/m, 0,002 – 0,003 t/m dan 0,008 – 0,010 t/m. This study is meant to analyze inputs both energy and materials which are required on geothermal well drilling in Wayang Windu field. These inputs then are composed as life cycle inventory of geothermal well development in Indonesia. A number of 33 wells in Wayang Windu geothermal field are analyzed for requirements of fuel, steel for casing, cement, water, barite, and bentonite. The impact indicators which are analyzed are global warming potential as CO2 -e emissions, eutrophication as PO43- -e emissions, and acidification as SO2 –e emissions. Functional unit applied in the study is meter of well depth. The results show that drilling well with depth of 1,000 to 3,000 m emit CO2 –e, PO43- -e, and SO2 –e about 1,428 – 3,102 t, 2.8 -6.6 t, and 9.6 – 25.3 t, respectively. The main contributors of these emissions are diesel fuel, followed by steel and cement. On the other hand, contribution of drilling mud consisting of water, barite and bentonite, is small, less than 1%. Emission intensity of well for each impact indicator are 1.0 -1.4 t/m, 0.002 – 0.003 t/m and 0.008 – 0.010 t/m, respectively.