Susila, I Made Agus Dharma
P3TKEBTKE

Published : 11 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

PERHITUNGAN NILAI FAKTOR EMISI CO2 DARI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO SISTEM TERISOLASI; THE CALCULATION OF CO2 EMISSION VALUE FACTOR OF THE MICRO HYDRO POWER PLANT ISOLATED SYSTEM Sm Sihombing, Adolf Leopold; Susila, I Made Agus Dharma; Magdalena, Medhina
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan Vol 14, No 1 (2015): KETENAGALISTRIKAN DAN ENERGI TERBARUKAN
Publisher : P3TKEBTKE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) melalui tahapan-tahapan seperti konstruksi sipil, mekanikal-elektrikal dan pembangunan jaringan listrik. Setiap tahapan membutuhkan material dan energi yang berpotensi menghasilkan emisi CO2 baik secara langsung maupun tidak langsung. Studi kali ini bertujuan untuk menghitung emisi CO2 per satuan produksi listrik dari siklus hidup pembangunan PLTMH sistem terisolasi dengan menggunakan perangkat penakaran daur hidup atau Life Cycle Assessment (LCA) sesuai ISO 14040 dan 14044. LCA merupakan perangkat yang digunakan untuk melakukan evaluasi dampak lingkungan dari suatu sistem atau produk berdasarkan keseluruhan siklus hidupnya. Unit fungsional yang digunakan adalah gram-CO2/kWh. Studi kasus mengambil lokasi di PLTMH Tangsi Jaya dan PLTMH Maninili. Nilai perhitungan faktor emisi Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) off-grid berdasarkan kondisi rill memiliki rentang antara 10,79 – 95,9 g-CO2/kWh. Kontruksi sipil merupakan kontributor emisi CO2 terbesar pada PLTMH offgrid yaitu sebesar 53-74%, dimana semen dan baja menjadi komponen penyumbang emisi utama pada tahapan kontruksi sipil. The construction of microhydro power plant (MHP) through stages such as civil construction, mechanical-electrical and electrical network construction. Each stage requires materials and energy that could potentially releases CO2 emissions, either directly or indirectly. This particular study is aimed to calculate the CO2 emissions per unit of electricity production from the life cycle of PLTMH isolated system by using Life Cycle Assessment (LCA) according to ISO 14040 and 14044. LCA is a tool for evaluating the environmental impacts of a system or product throughout its entire life span. Functional unit used is gram-CO2/kWh.. The case study took place in Tangsi Jaya MHP and Maninili MHP. Theemission factor from off-grid system of micro hydro power plant (MHP) based on real condition has a range between 10.79 to 95.9 g-CO2/kWh. Civil construction is the largest contributor of CO2 emissions in PLTMH off-grid which is equal to 53-74% where cement and steel are the major emitter components in civil construction stage.
DINAMIKA INTENSITAS CO2 SUBSEKTOR KELISTRIKAN INDONESIA Susila, I Made Agus Dharma
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan Vol 9, No 2 (2010): KETENAGALISTRIKAN DAN ENERGI TERBARUKAN
Publisher : P3TKEBTKE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Telah dilakukan studi untuk mengevaluasi dan menganalisis intensitas CO2 dari subsektor kelistrikan Indonesia dengan menggunakan formula IPCC. Simulasi intensitas CO2 masa depan juga dilakukan dengan menggunakan model ImPACT yang sudah dimodifikasi. Dalam simulasi intensitas CO2 ini, ada tiga skenario yang digunakan yaitu skenario referensi, kebijakan saat ini dan kebijakan baru (mitigasi) dan perbedaan ketiganya hanya pada aspek teknologi pembangkitan. Penerapan skenario mitigasi menghasilkan penurunan nilai intensitas CO2 di semua wilayah Indonesia di tahun 2030; intensitas terrendah terjadi di wilayah Papua dan Nusa Tenggara yaitu sekitar 0,41 kg/kWh, sedangkan intensitas CO2 tertinggi terjadi di wilayah Jawa-Bali yaitu sekitar0,7 kg/kWh.
DAMPAK BIOLOGIS LIMBAH BAHANG TERHADAP BIOTA PERAIRAN DI SEKITAR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP SURALAYA Susila, I Made Agus Dharma; Faridha, Faridha; Lestari, Endang; Adilla, Ikrar; Magdalena, Medhina; Sihombing, Adolf Leopold S.M.
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan Vol 10, No 1 (2011): KETENAGALISTRIKAN DAN ENERGI TERBARUKAN
Publisher : P3TKEBTKE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sebuah penelitian dilakukan untuk mengetahui dampak biologis limbah bahang PLTU Suralaya terhadap biota perairan di sekitarnya. Penelitian ini meliputi pengukuran sebaran temperatur perairan di sekitar pembangkit dan juga pengumpulan data serta identifikasi biota perairan berupa plankton dan benthos. Selanjutnya, hasil identifikasi dianalisis untuk menentukan indeks keanekaragaman Shannon-Weiner, indeks keseragaman dan indeks dominansi Simpson dari masing-masing biota di setiap lokasi sampling. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa perbedaan temperatur limbah bahang di zona pencampuranl dengan badan air  berkisar antara 5 sampai dengan 2,3 derajat. Dan hasil analisis biota menunjukkan bahwa limbah bahang cukup berdampak terhadap struktur komunitas plankton dan benthos di zona pencampuran.Walaupun demikian, kondisi struktur komunitas plankton di zona pencampuran tidak berbeda dengan kondisi di titik kontrol.
PENGARUH KONSENTRASI ION BIKARBONAT LARUTAN PENJERAB TERHADAP EFISIENSI PENJERAB SISTEM BIO-FGD PLTU BATUBARA Susila, I Made Agus Dharma; Magdalena, Medhina; Adilla, Ikrar; Sihombing, Adolf Lepold S.M.; Lestari, Endang
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan Vol 10, No 2 (2011): KETENAGALISTRIKAN DAN ENERGI TERBARUKAN
Publisher : P3TKEBTKE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian efisiensi penjerab telah dilakukan pada sistem Bio-FGD skala pilot plant yang terpasang di PLTU Bukit Asam, Muara Enim, Sumatera Selatan. Dalam penelitian ini digunakan larutan bikarbonat artifisial untuk mengetahui efisiensi penjerab sistem tersebut dalam konsentrasi ion bikarbonat yang bervariasi pada larutan penjerab. Juga dilakukan pengukuran konsentrasi gas SO2, baik yang masuk maupun yang keluar dari penjerab. Laju alir gas cerobong diatur pada 1,34 m3/jam sedangkan laju alir larutan penjerab sekitar 0,9 l/menit pada tekanan 1 MPa. Konsentrasi bikarbonat pada saat pengujian adalah 36,4 mg/l, 145,6 mg/l, 200,2 mg/L dan 263,8 mg/L. Hasilpengujian menunjukkan efisiensi penjerab sistem Bio-FGD untuk mengurangi emisi gas SO2 ini bervariasi dari 88,7% sampai dengan 94,4%.
KESETIMBANGAN ENERGI DAN EMISI CO2 BIOETANOL BERBAHAN BAKU PATI SINGKONG Sihombing, Adolf Leopold SM; Susila, I Made Agus Dharma; Magdalena, Medhina
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan Vol 12, No 2 (2013): KETENAGALISTRIKAN DAN ENERGI TERBARUKAN
Publisher : P3TKEBTKE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengembangan bioetanol sebagai bahan bakar alternatif untuk menggantikan peran bahan bakar fosil perlu mempertimbangkan dampak terhadap lingkungan. Penggunaan energi dan material selama siklus produksi bioetanol akan melepaskan emisi gas rumah kaca (karbondioksida). Studi difokuskan pada analisa kesetimbangan energi dan perhitungan emisi gas rumah kaca (karbondioksida) untuk bioetanol yang berasal dari bahan baku pati singkong yang mencakup tahapan budidaya tanaman hingga proses produksi bioetanol. Lokasi studi terletak di Balai Besar Teknologi Pati (B2TP) Lampung.Hasil studi menunjukkan bahwa nilai input energi pada siklus produksi bioetanol sebesar 26,142 MJ/kg-BE atau 0,970 MJ/MJ-BE, dengan nilai emisi sebesar 4,527 kg CO2/kg-BE atau 0,168 kg-CO2/MJ-BE. Tahapan budidaya tanaman singkong berkontribusi sebesar 13% dari total kebutuhan energi dan 5,5% dari total emisi CO2 yang hasilkan. Penurunan emisi gas rumah kaca dapat dilakukan dengan memanfaatkan potensi energi dari biogas dalam menggurangi pemakaian bahan bakar fosil untuk memenuhi kebutuhan energi peralatan listrik pada pabrik etanol/bioetanol. The development of bioethanol as an alternative fuel to substitute gasoline must consider the environmental impact. As we know that the use of energy and materials during the lifecycle of bioethanol production releases greenhouse gas emissions (carbon dioxide). A study of energy balance and greenhouse gas emission, covering from cassava cultivation process until bioethanol production, has been done to evaluate cassava-based ethanol. The study took place in Balai Besar Teknologi Pati (B2TP) Lampung. The results showed that the value of the energy input in the lifecycle of bioethanol production was 26.142 MJ / kg-BE, equivalent to 0.970 MJ / MJ-BE, and the greenhouse gases emitted was 4,527 kg-CO2/kg-BE, equivalent to 0.168 kg-CO2/MJ-BE. Cassava cultivation contributed 13% of total energy and 5.5% of total CO2 emissions. The utilization of biogas on electrical equipment on bioethanol plant could also reduce GHG emissions. 
EFISIENSI PENJERAB SISTEM BIO-FGD PLTU BATUBARA SKALA PILOT PLANT Susila, I Made Agus Dharma; Lestari, Endang; Magdalena, Medhina; Adilla, Ikrar; Sihombing, Adolf Lepold S.M.
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan Vol 9, No 1 (2010): KETENAGALISTRIKAN DAN ENERGI TERBARUKAN
Publisher : P3TKEBTKE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian efisiensi penjerab sistem Bio-FGD skala pilot yang terpasang di PLTU Bukit Asam, Muara Enim, Sumatera Selatan, dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi penjerab sistem tersebut pada tekanan larutan penjerab yang berbeda-beda. Dalam penelitian ini dilakukan pengambilan dan analisa sampel gas dari inlet dan oulet penjerab. Laju alir gas cerobong diatur pada 100 m3/jam sedangkan tekanan larutan penjerab bervariasi antara 0,5 sampai dengan 3,4 MPa. Konsentrasi bikarbonat pada saat pengujian adalah 36,4 ppm dan pH larutan penjerab sebesar 8,6. Hasil pengujian menunjukkan, efisiensi larutan penjerab tertinggi adalah 45,5%, pada tekanan sebesar 3,4 MPa.
JEJAK KARBON PENGEMBANGAN PEMBANGKIT LISTRIK PANAS BUMI DI INDONESIA; CARBON FOOTPRINT OF GEOTHERMAL POWER PLANT DEVELOPMENT IN INDONESIA Susila, I Made Agus Dharma; Sihombing, Adolf Leopold; Magdalena, Medhina; Adila, Ikrar
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan Vol 13, No 2 (2014): KETENAGALISTRIKAN DAN ENERGI TERBARUKAN
Publisher : P3TKEBTKE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sebuah studi dilakukan untuk menganalisis jejak karbon dalam bentuk intensitas emisi CO2 –e dari pengembangan pembangkit listrik panas bumi (PLTP) di Indonesia dimana metodologi yang digunakan adalah penakaran daur hidup sebagaimana didefinisikan dalam ISO 14040 dan ISO 14044. Cakupan studi ini meliputi kegiatan eksplorasi, konstruksi sumur, konstruksi jaringan pipa, konstruksi jalan akses, konstruksi pembangkit hingga operasional pembangkit. Analisis terhadap konsentrasi gas yang tidak dapat terkondensasi dari uap panas bumi dan pengaruh alih guna lahan terhadap intensitas emisi pembangkit juga dilakukan. Unit fungsional yang digunakan dalam studi ini adalah kWh produksi listrik bersih. Dalam studi ini, tiga skenario dirancang yaitu kasus dasar, kasus terburuk dan kasus terbaik. Produksi bersih energi listrik yang dihasilkan oleh PLTP selama daur hidupnya adalah sekitar 11.285,3 GWh. Sedangkan  total emisi CO2-e yang dihasilkan berkisar antara 219 Mt sampai dengan 1.466 Mt dengan total emisi rata-rata sekitar 511 Mt. Intensitas emisi berkisar antara 130 g sampai dengan 19 g CO2 –e per kWh dengan rata-rata sekitar 45 g CO2 –e per kWh. Intensitas emisi ini jauh lebih kecil dari intensitas emisi pembangkit listrik berbahan bakar fosil. Intensitas emisi CO2 –e dalam studi ini didominasi oleh NCG (71% - 82%), diikuti infrastruktur pembangkit (13% - 14%), dan alih guna lahan (5% - 15%). This study is carried out to analyze CO2e emission intensity of geothermal power plant development in Indonesia. Methodology applied in the study is Life Cycle Assessment (LCA) as defined in ISO 14040 and ISO 14044. The scope of the study is whole life of a geothermal power plant from exploration, construction of wells, pipeline, access road, and plant into plant operation. In addition, an analysis on the effects of non-condensable steam gas and land use change to the emission intensity is also conducted. Functional unit applied on the study is kWh of net electricity produced. There are three scenarios are designed, which are base, worst, and best cases. Net electricity generated by the plant is about 11,285 GWh while total CO2e emissions emitted by the plant about 219 Mt to 1,466 Mt with its average 511 Mt. Emission intensities range is 19 g to 130 g CO2e per kWh with average 45 g CO2e per kWh. The emission intensity estimated in the study is much lower than those on fossil-fueled power plants. Emission intensity in this study is dominated by NCG (71% - 82%) followed by power plant infrastructures (13% - 14%) and land use change (5% - 15%). 
KESETIMBANGAN ENERGI PADA BUDIDAYA TANAMAN TEBU DAN INDUSTRI GULA; THE ENERGY BALANCE IN SUGAR CANE CULTIVATION AND SUGAR INDUSTRY SM Sihombing, Adolf Leopold; Susila, I Made Agus Dharma; Pribadi, Dwi Rahmasari
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan Vol 14, No 2 (2015): KETENAGALISTRIKAN DAN ENERGI TERBARUKAN
Publisher : P3TKEBTKE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Molase merupakan produk samping dari industri gula yang dimanfaatkan sebagai bahan baku produksi bioetanol. Keberadaan tetes tebu tidak terlepas dari proses yang terjadi pada budidaya tanaman tebu dan proses produksi pada industri gula. Studi ini bertujuan untuk menganalisa kesetimbangan energi berdasarkan masukan dan keluaran energi selama siklus hidup molase dengan menggunakan data yang diperoleh di Balai Besar Teknologi Pati (B2TP), PT. Gunung Madu Plantations (GMP) dan PG Djatiroto. LCA merupakan perangkat yang digunakan untuk melakukan evaluasi dari suatu sistem atau produk berdasarkan keseluruhan siklus hidupnya. Analisa juga akan menghitung net energy ratio (NER) dan net energy production (NEP). Industri gula PG Djatiroto memiliki nilai Net Energy Production (NEP) sebesar 12.989.446,96 MJ dan nilai Net Energy Ratio (NER) sebesar 1,39. Sedangkan PT. GMP memilikinilai NEP sebesar 43.699.435,41 MJ dan nilai NER sebesar 1,88. Surplus energi yang terdapat dalam industri gula dapat  dimanfaatkan sebagai sumber energi untuk listrik maupun integrasi ke pabrik spiritus. Molasses is a by-product of the sugar industry which has been used as a raw material for bioethanol production. The existence of molasses comes from the processes of sugarcane cultivation and the production processes of sugar industry. The purpose of this study is to evaluate the energy balance based on the input and ouput energy throughout the molasses lifecycle using actual data collected from Balai Besar Teknologi Pati (B2TP), PT . Gunung Madu Plantations (GMP) and PG Djatiroto. LCA is a tool for evaluating a system or product based on its entire lifecycle. The analysis will also calculate the Net Energy Ratio (NER) and Net Energy Production (NEP). PG Djatiroto sugar industry has a Net Energy Production (NEP) value of 12,989,446.96 MJ and Net Energy Ratio (NER) of 1.39. While PT . GMP has a NEP value of 43,699,435.41 MJ and NER value of 1.88. The Surplus energy in sugar industry can be utilized as an energy source either for electricity or integration to ethanol factory.
STUDI EMISI ANTROPOGENIK MERKURI DARI PEMBAKARAN ENERGI (BATUBARA, MINYAK DAN BIOMASA) DI INDONESIA Susila, I Made Agus Dharma; Magdalena, Medhina; Sihombing, Adolf Leopold S. M.
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan Vol 8, No 2 (2009): KETENAGALISTRIKAN DAN ENERGI TERBARUKAN
Publisher : P3TKEBTKE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Studi tentang emisi antropogenik merkuri dari pembakaran energi Indonesia dilakukan berdasarkan perhitungan data tahunan konsumsi energi. Studi ini hanya difokuskan pada konsumsi bahan bakar batubara, minyak dan biomasa dari tahun 1990 sampai dengan ttahun 2005. Sampai dengan tahun 2005, pembakaran biomasa tetap menjadi kontributor utama emisi merkuri. Pada tahun 1990, kontribusi pembakaran biomasa, minyak dan batubara masing-masing sebesar 65%, 25% dan 10%. Di tahun 2005, kontribusi pembakaran biomasa menurun menjadi 38%, sedangkan kontribusi minyak dan batubara naik menjadi 27% dan 35%. Dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2005, total emisi merkuri tahunan sektor energi Indonesia meningkat dari 4,89 ton menjadi 9,89 ton. Dan secara kumulatif, sektor energi Indonesia telah mengemisikan lebih dari 110 ton merkuri ke atmosfer.; A Study on anthropogenic mercury emission of Indonesia energy combustion was carried out which based on calculation of the annual energy consumption data and emission factor. Data which was analyzed ranged from 1990 to 2005 data. The Study was focused on three fuel types, i.e. coal, oil and biomass. Until 2005, biomass was still the main contributor of mercury emission. In 1990, contribution of biomass, oil and coal combustions are 65%, 25% and 10% respectively. In 2005, contribution of biomass combustion decreases to 38% and those of coal and oil increase to 35% and 27% respectively. Totally, emission of mercury in 1990 was 4.89 tons and 9.89 tons in 2005. Cumulatively, Indonesian energy sector has emitted more than 110 tons of mercury to the atmosphere.;
POTENSI LIMBAH LAMPU HEMAT ENERGI DI INDONESIA Susila, I Made Agus Dharma; Magdalena, Medhina; Sihombing, Adolf Leopold
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan Vol 12, No 2 (2013): KETENAGALISTRIKAN DAN ENERGI TERBARUKAN
Publisher : P3TKEBTKE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sebuah studi dilakukan untuk memperkirakan potensi limbah elektronik dari lampu hemat energi (LHE) di Indonesia dengan menggunakan model logistik dan analisis aliran material untuk memperkirakan laju penetrasi dan jumlah LHE yang dikonsumsi di masa depan. Data historis menunjukkan bahwa penetrasi LHE di masyarakat meningkat lebih dari 20 kali di tahun 2011 dibandingkan dengan penetrasi di tahun 2000. Diperkirakan penetrasi LHE ini akan terus meningkat tajam sampai dengan tahun 2020 dan setelah tahun 2020 hingga tahun 2030 akan tetap terjadi peningkatan tetapi nilainya relatif kecil. Di tahun 2020, laju penetrasi LHE diperkirakan sekitar 7,2 unit per rumah tangga dan di tahun 2030 menjadi sekitar 7,94 unit per rumah tangga. Peningkatan penjualan LHE juga diperkirakan terjadi hingga tahun 2030 yaitu sekitar 578 juta unit dan limbah LHE terbuang sekitar 570 juta unit. Secara kumulatif, limbah LHE terbuang hingga tahun 2030 diperkirakan sekitar 9.068 juta unit dan limbah merkuri yang menyertainya sekitar 45 ton. This study is carried out to investigate the electrical and electronic waste of compact fluorescent lamps (CFLs) in Indonesia. Logistic models and material flow analysis (MFA) are applied to forecast the future penetration rate and quantity of CFLs. The historical data shows that the CFLs penetration increased more than 20 times from 2000 to 2011. It is forecasted that the penetration of CFLs will still increase until 2020 and will be relatively flat after 2020. In 2020, penetration rate of CFLs is about 7.2 units per household and in 2030 it is about 7.94 units per household. The sale of CFLs in 2030 is estimated about 578 million units and the number of disposed CFLs is about 570 million units. Cumulatively, the disposed CFLs are about 9,068 million units in 2030 and mercury contained in the waste is about 45 tones.