Abstrak — Indonesia adalah salah satu negara rawan bencana alam. Bencana yang terjadi meliputi banjir, kekeringan, tanah longsor dan gempa bumi. Tulisan ini hanya membahas masalah gempa bumi yang berefek pada kontruksi bangunan. Hal ini disebabkan oleh berat sendiri rumah yang meliputi struktur atap, balok kolom dan dinding. Semakin besar berat sendiri rumah, maka makin besar juga beban gempa yang bekerja pada rumah tesebut. Tujuan penelitian adalah mengetahui perbandingan beban rata-rata pada joint dan perbandingan simpangan rata-rata pada joint. Standar ASTM 2126-02a merupakan penyederhanaan dari beban gempa pada benda uji joint. Analisis struktur didasarkan pada beban gempa statik equivalen diambil dari peraturan gempa Indonesia SNI 03-1726-2002. Beban yang diberikan adalah beban bertahap. Beban rata- rata yang bekerja pada kedua joint sebesar 0,6 kN. Pada saat yield beban yang bekerja pada joint 1 adalah 0,8 kN dan joint 2 adalah 0,7 kN. Pada saat peak), beban yang bekerja pada joint 1 adalah 1,2 kN dan joint 2 adalah 1,2 kN, saat failure, beban yang bekerja pada joint 1 adalah 0,9 kN dan joint 2 adalah 0,8 kN. Nilai beban yang bekerja pada joint 1 lebih besar dari joint 2. Kerusakan awal simpangan joint 1 adalah 27.49 mm dan joint 2 adalah 28.75 mm. Pada saat yield simpangannya joint 1 adalah 36.41 mm dan joint 2 adalah 33.53 mm. Saat peak, simpangan pada joint 1 adalah 50.88 mm dan joint 2 adalah 51.65 mm. Saat failure simpangan pada joint 1 adalah 41.99 mm dan joint 2 adalah 38.96 mm. Kondisi kedua joint mampu menahan beban gempa rencana.Kata kunci : beban gempa, joint, simpangan joint, bencana alam.Abstract — Indonesia is one of the countries prone to natural disasters. Disasters that occur include floods, droughts, landslides and earthquakes. This paper only discusses the problem of earthquakes which affects the construction of buildings. This is due to the weight of the house itself which includes the roof structure, beam columns and walls. The greater the weight of the house itself, the greater the burden of the earthquake that works at the house. The purpose of this study is to determine the comparison of the average load on the joint and the ratio of the average deviation on the joint. ASTM 2126-02a standard is a simplification of earthquake load on joint test specimens. Structural analysis is based on equivalent static earthquake loads taken from Indonesian earthquake regulations SNI 03-1726-2002. The burden is a gradual burden. The average load acting on both joints is 0.6 kN. When the load yield that works on joint 1 is 0.8 kN and joint 2 is 0.7 kN. At peak times, the load acting on joint 1 is 1.2 kN and joint 2 is 1.2 kN, at failure, the load acting on joint 1 is 0.9 kN and joint 2 is 0.8 kN. The value of the load acting on joint 1 is greater than joint 2. The initial damage to joint junction 1 is 27.49 mm and joint 2 is 28.75 mm. When the yield of the joint 1 is 36.41 mm and joint 2 is 33.53 mm. At peak, the deviation in joint 1 is 50.88 mm and joint 2 is 51.65 mm. When the deviation failure in joint 1 is 41.99 mm and joint 2 is 38.96 mm. The condition of the two joints is able to withstand the burden of the planned earthquake.Keywords: earthquake load, joint, joint drift, natural disasters.