Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Seagrass Biodiversity and its Drivers in the Kepulauan Banyak Marine Nature Park, Indonesia Nasution, Muhammad Arif; Hermi, Rudi; Heriansyah, Heriansyah; Lubis, Friyuanita; Saputra, Fazril; Ammar, Esraa E; Akbar, Helmy
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 29, No 1 (2024): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ik.ijms.29.1.156-169

Abstract

Seagrasses are important marine plants that provide a variety of ecosystem services, including food and shelter for marine life, and protection from coastal erosion. This study investigated the biodiversity (alpha and beta diversity) of seagrass in the Kepulauan Banyak Marine Nature Park, Indonesia, with a specific focus on eight sites. Alpha diversity was calculated using Shannon's index, Simpson's index, and Pielou evenness. Beta diversity was determined using Bray-Curtis dissimilarity and Jaccard dissimilarity allowing us to examine the variations in species composition among different sites. Principal coordinate analysis and Partial distance-based redundancy analysis was used to visualize and investigate the impact of constraint variables to the structure of the seagrass communities. Alpha diversity varied among the sites, with the highest alpha diversity found at the Orongan and Matahari site and the lowest at the Ujung Lolok and Balai sites. The dominant substrate type (mud or sand) was found to be a significant (P≤ 0.01) determinant of seagrass alpha diversity, with mud substrates supporting higher diversity than sand substrates. The relationship between alpha diversity and constrain variables was only significant with closest distance to forest lost and longitude variables. The analysis found that water pH, closest distance to forest lost, mean distance to tourism spots, and closest distance to settlement collectively explained a significant (P≤ 0.001) portion (88.48%) of the variation in beta diversity of seagrass across the sites. The results of this study can be used to develop management strategies for the conservation of seagrass meadows in the park.
TIPOLOGI KONFORMITAS SOSIAL KELOMPOK PETANI KECIL DALAM MERESPON KEBIJAKAN PERTANIAN ORGANIK DI TASIKMALAYA JAWA BARAT Indriana, Hana; Akbar, Helmy
RISALAH KEBIJAKAN PERTANIAN DAN LINGKUNGAN Rumusan Kajian Strategis Bidang Pertanian dan Lingkungan Vol 11 No 2 (2024): Agustus
Publisher : Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (PSP3)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jkebijakan.v11i2.56645

Abstract

Kelompok petani skala kecil dalam pertanian organik biasanya dibentuk melalui ikatan erat antar anggota yang terlibat dalam kelompok regional tertentu. Kelompok tani ini dibentuk untuk memudahkan anggotanya dalam menaati peraturan yang berlaku dan peraturan baku yang diterapkan dalam pertanian organik. Tingkat kepatuhan kelompok tani dalam melaksanakan aturan berbeda tergantung oleh faktor sosiologis. Kajian ini berupaya mengungkap argumentasi di balik fakta bagaimana sekelompok petani skala kecil mampu mematuhi peraturan yang berlaku, sementara kelompok lain tidak mampu beradaptasi. Penelitian bertujuan menganalisis tipologi pola kesesuaian kelompok tani padi organik perintis yang terdiri dari petani skala kecil dalam memenuhi standar tata kelola pertanian organik di Kabupaten Tasikmalaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif menggunakan studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan terdapat tiga jenis pola kesesuaian yang terjadi pada petani padi organik, yaitu: (1) kepatuhan penuh terhadap peraturan, (2) kepatuhan sebagian terhadap peraturan, (3) ketidakpatuhan terhadap peraturan dan ketentuan. Studi ini juga mengungkapkan beragamnya motivasi, kepentingan, dan pilihan rasional masing-masing petani yang mempengaruhi konformitas. Berdasarkan hal tersebut, diketahui bahwa petani lokal memiliki kepatuhan yang berbeda terhadap aturan pertanian organik. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan yang sesuai tipologi kelompok yang mengakomodasi keragaman dalam implementasi praktik pertanian organik. Salah satunya, kebijakan yang mampu mendukung penerapan pertanian organik yang berkelanjutan pada masyarakat lokal.
Kondisi Kearifan Lokal Pengelolaan Sumberdaya Perikanan di Indonesia: Sebuah Tinjauan Indriana, Hana; Fatchiya, Anna; Hafinuddin, Hafinuddin; Akbar, Helmy
JURNAL PERIKANAN TROPIS Vol 10, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Teuku Umar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35308/jpt.v10i1.10157

Abstract

Kearifan lokal dalam hal pengelolaan sumberdaya perikanan memegang peranan penting dalam konteks perikanan skala kecil. Dalam hal ini, perikanan skala kecil didominasi oleh pengambil manfaat sumberdaya yang berasal dari masyarakat tradisional setempat. Beragam suku di Indonesia yang tersebar diberbagai pulau besar seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, Bali, Kepulauan Sunda Kecil (Lombok, Sumbawa, Sumba, Flores, Timor), Kepulauan Maluku dan Papua memiliki kearifan lokal dalam hal pengelolaan sumberdaya yang unik. Konsep kearifan lokal diterapkan pada beragam tipe ekosistem perairan, meliputi ranah perikanan darat (inland fisheries) yang terdiri dari rawa, sungai dan danau hingga perikanan payau dan laut (brackish and marine fisheries). Mengingat manfaat yang diperoleh, beberapa nilai kearifan lokal tersebut diserap ke dalam hukum positif yang tertuang dalam peraturan daerah. Secara yuridis formal kearifan lokal telah diperkenalkan dalam Pasal 1 ayat (30) Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 yang menyatakan bahwa kearifan lokal adalah nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan bermasyarakat. Seiring berjalannya waktu, pola pikir dan pola hidup masyarakat tradisional berkembang, beberapa nilai kearifan lokal tersebut ada yang sudah tergerus. Kajian ini mencoba untuk merangkum nilai nilai kearifan lokal pengelolaan sumberdaya perikanan yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia berikut tantangan yang dihadapi. Keberlanjutan dari nilai nilai kearifan lokal pada masa mendatang akan berhadapan dengan eskalasi kerusakan sumberdaya alam dan kehilangan plasma nutfah penting khususnya pada ekosistem perairan.
Changes Detection of Mangrove Vegetation Area in Banyak Islands Marine Natural Park, Sumatra, Southeast Asia Nasution, Muhammad Arif; Akbar, Helmy; Putra, Singgih Afifa; AL-Farga, Ammar; Ammar, Esraa E.; Setiawan, Yudi
Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Journal of Natural Resources and Environmental Management) Vol 15 No 1 (2025): Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (JPSL)
Publisher : Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, IPB (PPLH-IPB) dan Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, IPB (PS. PSL, SPs. IPB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jpsl.15.1.68

Abstract

Salah satu ekosistem pesisir yang paling produktif adalah hutan bakau, yang memberikan berbagai keuntungan ekologis. Oleh karena itu, penting untuk mengidentifikasi dengan akurat wilayah vegetasi bakau guna melestarikan, mempertahankan, dan mengatur program pengembangan regional dari sudut pandang lingkungan. Untuk melacak perubahan luas vegetasi bakau di Pulau Tuangku (Taman Alam Laut Kepulauan Banyak/BIMNP) antara tahun 2010 dan 2020, studi ini menggunakan citra Landsat dan ALOS PALSAR. Melalui platform Google Earth Engine (GEE) dan kombinasi indeks spektral (NDVI, NDMI, MNDWI, dan MVI) diperiksa menggunakan klasifikasi hutan acak (random forest classification) berbasis tree-based Machine Learning Algortithm. Berdasarkan hasil studi ini, total estimasi luas hutan bakau adalah 818,21 ha pada tahun 2010, 939,91 ha pada tahun 2015, dan 899,96 ha pada tahun 2020. Luas vegetasi bakau meningkat sepanjang pemrosesan citra ALOS PALSAR dari tahun 2010 hingga 2015, namun mengalami penurunan antara tahun 2015 dan 2020. Hasil studi ini dapat membantu BIMNP dalam mengembangkan ekowisata yang bertanggung jawab secara lingkungan di area yang dilindungi.
Evaluasi kualitas air di Situ Sigura-Gura, wilayah urban DKI Jakarta Akbar, Helmy; Setiawan, Yudi; Liyantono, Liyantono; Effendi, Hefni; Utomo, Bagus Amalrullah; Zuhri, Muhammad Isnan; Meidiza, Riski; Munggaran, Gilang; Pambudi, Wiwid Arif; Putra, Marfian Dwidima; Nugroho, Setyo Pambudi; Kuswanto, Asep; Rahmawati, Rahmawati; Supalal, Yusiono; Fitratunnisa, Erni Pelita; Pusparini, Mustika; Sarunggu, Yudith; Rahmawati, Nofi; Arnold, Arnold; Solinda, Martha; Abidin, Zaenal
Jurnal Oase Nusantara Vol 3 No 2 (2024)
Publisher : Balai Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi Bidang Kelautan Perikanan Teknologi Informasi dan Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Riset ini bertujuan untuk mengevaluasi kualitas air di Situ Sigura-Gura, Jakarta Selatan, DKI Jakarta, yang merupakan badan air buatan dengan peran strategis dalam penyediaan air dan pengendalian ekosistem lokal di wilayah perkotaan. Latar belakang penelitian ini didasari oleh meningkatnya tekanan pencemaran akibat urbanisasi, limbah domestik, dan aktivitas industri yang berpotensi mengganggu fungsi ekosistem dan kesehatan masyarakat. Pengambilan sampel dilakukan pada dua periode berbeda (musim kemarau dan hujan) pada tahun 2021 dengan pengukuran 39 parameter fisika, kimia, dan mikrobiologi melalui metode in situ dan ex situ. Analisis kualitas air dilakukan dengan merujuk pada standar baku mutu air kelas 2 dan menggunakan pendekatan metode STORET serta perhitungan Indeks Pencemar (IP). Hasil pengukuran menunjukkan adanya penurunan kualitas air secara signifikan dari titik inlet menuju outlet. Parameter seperti Total Suspended Solids (TSS), Biochemical Oxygen Demand (BOD), dan Chemical Oxygen Demand (COD) meningkat melebihi ambang batas, sedangkan kadar Oksigen Terlarut (DO) menurun pada titik outlet. Analisis tambahan melalui perbandingan rasio Ci/Lij mengindikasikan bahwa beberapa parameter, antara lain TSS, BOD, COD, klorin bebas, hidrogen sulfida, dan bakteri coli, menunjukkan nilai pencemaran yang melebihi ambang batas, sehingga status mutu air di inlet dikategorikan sebagai "Cemar Ringan" sedangkan di outlet sebagai "Cemar Berat". Rasio BOD/COD yang rendah mengindikasikan dominasi bahan organik non-biodegradable dalam sistem perairan. Hasil ini sejalan dengan penelitian lain yang mengaitkan peningkatan beban pencemar dengan dampak negatif aktivitas manusia terhadap badan air buatan. Oleh karena itu, peningkatan infrastruktur pengolahan limbah, pengendalian erosi, dan monitoring kualitas air secara berkala merupakan langkah strategis untuk pemulihan dan pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan di masa mendatang.
Dampak Peningkatan Konsentrasi Deterjen terhadap Kualitas Air dan Respons Perilaku Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Akbar, Helmy; Utomo, Bagus A.; Zuhri, Muhammad Isnan; Pambudi, Wiwid Arif; Ammar, Esraa E.; Effendi, Hefni
Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika Vol 9 No 1 (2025): Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Samudra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33059/jisa.v9i1.11525

Abstract

The increased use of detergents during the COVID-19 pandemic has raised concerns regarding their impact on aquatic environments, particularly water quality and aquatic biota. Even prior to the pandemic, the effects of detergent exposure on water quality and aquatic organisms had been studied, but the surge in hand soap and cleaning product usage has likely led to higher concentrations of Linear Alkylbenzene Sulphonate (LAS), a common active ingredient. This study aimed to determine the median lethal concentration (LC50) of detergent compounds, observe behavioral changes in Oreochromis niloticus (Nile tilapia), and examine histopathological damage to gill tissues following exposure. The LC50 value was determined to be 0.061 mg/L, with an effective concentration range between 0.059 mg/L and 0.063 mg/L. Behavioral responses observed in exposed fish included disorientation, reduced responsiveness, and lethargic movements. Histological analysis revealed significant damage to the gill tissue in exposed specimens compared to the control group. These findings indicate that increased detergent concentrations in aquatic environments may pose a significant threat to fish health and overall ecosystem stability.