Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN MINAT MASYARAKAT TERHADAP PRODUK HERBAL DALAM MENGHADAPI COVID-19 Marliani, Lia; Fatin, Mia Nisrina Anbar; Kusriani, R. Herni; Sulaeman, Agus; Kaniawati, Marita
Jurnal Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UNSIQ Vol 8 No 2 (2021): Mei
Publisher : Lembaga Penelitian, Penerbitan dan Pengabdian Masyarakat (LP3M) UNSIQ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32699/ppkm.v8i2.1533

Abstract

Dalam masa Adaptasi Kebiasaan Baru, angka kejadian COVID-19 di Jawa Barat masih meningkat. Kasus terkonfirmasi yang masih meningkat menuntut masyarakat harus siap untuk mengendalikan dan mencegah infeksi semakin menyebar dengan meningkatkan sistem daya tahan tubuh. Pengetahuan masyarakat akan hal ini terutama dalam memanfaatkan sumber daya yang ada di sekitar keluarga sebagai suplemen untuk meningkatkan sistem imun masih belum optimal. Tujuan dari pengabdian masyarakat ini adalah memberikan edukasi mengenai sistem imunitas dan pemanfaatan bahan alam untuk meningkatkan sistem imun yang dilanjutkan dengan tutorial pembuatan produk herbal dari TOGA untuk meningkatkan sistem imunitas tubuh. Metode pelaksanaan kegiatan adalah melalui metode daring dimana kuisioner, edukasi, penyebaran informasi, dan pemberian tutorial dilakukan melalui platform Youtube, WhatsApp Grup, dan Instagram. Tahapan kegiatan meliputi identifikasi kebutuhan masyarakat, Perancangan kegiatan, survei pengetahuan awal masyarakat, pemberian edukasi dan tutorial melalui poster edukasi dan video tutorial, Pemberian masker, bahan baku, dan contoh produk herbal jadi siap konsumsi untuk bahan praktek simulasi oleh tim Penggerak PKK dan Evaluasi kegiatan dengan mengukur peningkatan pengetahuan dan minat masyarakat. Hasil dari kegiatan ini adalah terdapat peningkatan pengetahuan dan minat masyarakat dalam menghadapi COVID-19 dimana sebelum adanya edukasi, tingkat pengetahuan terbanyak adalah tingkat pengetahuan yang cukup. Setelah adanya edukasi terjadi peningkatan pengetahuan yaitu menjadi baik (75%) dan tidak ada lagi yang memiliki tingkat pengetahuan kurang. Minat warga untuk mengolah dan menggunakan produk atau sediaan herbal siap saji juga meningkat.
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS HIDUP PADA PASIEN PROLANIS (Program Pengelolaan Penyakit Kronis) DIABETES MELITUS TIPE 2 DI BEBERAPA PUSKESMAS KOTA BANDUNG Pasha, ED Yunisa Mega; Fatin, Mia Nisrina Anbar
Journal of Pharmacopolium Vol 4, No 2 (2021)
Publisher : P3M STIKes Bakti Tunas Husada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36465/jop.v4i2.745

Abstract

Terapi jangka panjang diperlukan oleh semua penyakit kronis seperti Diabetes Melitus (DM) sehingga dapat berpengaruh pada kualitas hidup pasien. Berbagai faktor karakteristik dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien diantaranya sosio-demografi dan klinis. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran karakteristik pasien serta menganalisis faktor-faktor karakteristik yang dapat berpengaruh pada kualitas hidup pasien Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) DM tipe 2 di beberapa Puskesmas Kota Bandung pada bulan Februari sampai Mei 2019. Sebanyak 116 pasien memenuhi kriteria inklusi sebagai sampel penelitian. Intrumen yang digunakan adalah kuesioner Diabetes Quality of Life Clinical Trial Quesionnaire (DQLCTQ) dalam bahasa Indonesia dengan metode Cross-sectional. Hasil gambaran karakteristik pasien lebih banyak perempuan, usia ≥ 63 tahun, tidak bekerja, pendidikan ≤ SMA, status menikah, tidak merokok, aktivitas fisik sedang-berat, ada penyakit penyerta, lama menderita DM < 6 tahun, dan kadar glukosa darah puasa >126 mg/dL. Hasil analisis dengan uji Mann Whitney menunjukkan bahwa perbedaan kualitas hidup antara faktor-faktor karakteristik tidak berbeda secara signifikan (p>0,05) dan hasil analisis dengan regresi linier menunjukkan bahwa tidak ada faktor yang berpengaruh terhadap kualitas hidup.
POTENSI INTERAKSI OBAT DENGAN OBAT PADA PASIEN DEWASA DENGAN PNEUMONIA Fatin, Mia Nisrina Anbar; Pasha, ED Yunisa Mega
Journal of Pharmacopolium Vol 4, No 2 (2021)
Publisher : P3M STIKes Bakti Tunas Husada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36465/jop.v4i2.746

Abstract

Pneumonia merupakan infeksi yang disebabkan mikroorganisme yang ditandai dengan adanya inflamasi pada parenkim paru. Mayoritas pasien pneumonia yang di rawat di rumah sakit mendapatkan obat dalam jumlah lebih dari lima. Hal tersebut dapat meningkatkan risiko potensi interaksi obat. Interaksi obat merupakan salah satu penyebab adanya reaksi obat yang tidak dikehendaki. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi potensi interaksi obat dengan obat serta mengetahui jumlah pasien yang mengalami potensi interaksi obat dengan obat dan risiko potensi interaksi obat dengan obat. Desain studi pada penelitian ini yaitu potong lintang dengan pengambilan data secara retrospektif. Pengambilan data diambil dari rekam medik pasien pneumonia di salah satu rumah sakit di Kota Bandung pada periode Januari-Desember 2018. Hasil didapatkan bahwa potensi interaksi obat yang dapat diidentifikasi sebesar 480 interaksi. Interaksi meliputi 261 interaksi mayor (54,38%), 214 interaksi moderat (44,58%), dan 5 interaksi minor (1,04%). Dari total 402 pasien, 48,51% pasien mengalami potensi interaksi obat dengan obat. Terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah obat dengan potensi interaksi obat dengan obat (nilai-p < 0,05). Pasien yang mendapatkan > 6 obat memiliki risiko 10,1 kali lebih tinggi mengalami potensi interaksi obat dengan obat dibandingkan dengan yang mendapatkan < 6 obat (IK 95% 6,0-16,9).
Analisis Efektivitas Biaya Penggunaan Antibiotik pada Pasien Community-acquired Pneumonia di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Mia N. A. Fatin; Cherry Rahayu; Auliya A. Suwantika
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 8, No 3 (2019)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (298.002 KB) | DOI: 10.15416/ijcp.2019.8.3.228

Abstract

Community-acquired Pneumonia (CAP) merupakan penyakit infeksi yang memiliki mortalitas, morbiditas dan biaya yang tinggi. Studi farmakoekonomi diperlukan untuk menganalisis pemilihan kombinasi antibiotik yang bervariasi dengan mempertimbangkan biaya dan efektivitas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai cost-effectiveness kombinasi antibiotik azitromisin-seftriakson dan kombinasi azitromisin-sefotaksim pada pengobatan CAP di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung serta menganalisis faktor yang paling berpengaruh terhadap nilai cost-effectiveness. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif dari rekam medis pasien dan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS). Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret–Juni 2019. Data biaya meliputi total biaya medik dari rumah sakit/healthcare perspective (biaya obat, alat kesehatan, tindakan, pemeriksaan, jasa dokter, dan rawat inap) dan total biaya dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)/payer perspective (tarif INA–CBG). Nilai efektivitas pada penelitian ini diukur dalam penurunan jumlah leukosit. Hasil menunjukkan nilai Average Cost-effectiveness Ratio (ACER) pada kombinasi azitromisin-seftriakson dari payer dan healthcare perspective secara berturut-turut adalah Rp2.987 dan Rp2.080 per penurunan 1 sel leukosit/mm3, lebih tinggi dibandingkan kombinasi azitromisin-sefotaksim yaitu Rp2.853 dan Rp1.184 per penurunan 1 sel leukosit/mm3. Berdasarkan hasil perhitungan Incremental Cost-effectiveness Ratio (ICER), diketahui penggantian kombinasi azitromisin-seftriakson oleh azitromisin-sefotaksim akan menghemat biaya sebesar Rp4.531 (payer perspective) dan Rp22.379 (healthcare perspective). Hasil uji sensitivitas menunjukan penurunan leukosit dan biaya rawat inap memiliki rentang yang paling panjang. Kombinasi antibiotik azitromisin-sefotaksim lebih cost-effective dibandingkan azitromisin-seftriakson. Faktor yang paling memengaruhi nilai ICER adalah penurunan leukosit dan biaya rawat inap.Kata kunci: ACER, analisis efektivitas biaya, CAP, ICER, leukosit Cost-effectiveness Analysis of Antibiotic of Patients with Community-acquired Pneumonia in Dr. Hasan Sadikin General Hospital BandungAbstractCommunity-acquired Pneumonia (CAP) is an infectious disease with high mortality, morbidity, and cost. A study of pharmacoeconomics is required to analyze the efficiency of various antibiotic combinations. This study aimed to investigate the cost-effectiveness values on the use of azithromycin-ceftriaxone and azithromycin-cefotaxime in the treatment of CAP at Dr. Hasan Sadikin General Hospital and to analyze the most influential factor impacting the cost-effectiveness value. Data collection was conducted retrospectively from the patient’s medical record and the Hospital Information System (SIRS). This research was conducted in March–June 2019. The total medical costs were reviewed in the healthcare perspective (drug costs, medical devices, action costs, examination fees, doctor fees and the cost of hospitalization) and payer perspective (Social Security Administrator for Health, BPJS) (INA-CBG). The value of effectiveness was measured in the reduction of leukocytes. The results showed that the Average Cost-effectiveness Ratios (ACERs) of azithromycin-ceftriaxone from the payer and healthcare perspective in a row were 2.987 IDR and 2.080 IDR per 1 cell/mm3 leukocytes reduction, higher than azithromycin-cefotaxime 2.853 IDR and 1.184 IDR per 1 cell/mm3 leukocytes reduction. Based on the calculation of the Incremental Cost-effectiveness Ratio (ICER), if azithromycin-ceftriaxone is replaced by azithromycin-cefotaxime, it will save 4.531 IDR (payer perspective) and 22.379 IDR (healthcare perspective) per 1 cell/mm3 leukocytes reduction. It can be concluded that the combination of azithromycin-cefotaxime is more cost-effective than azithromycin-ceftriaxone. The reduction of leukocytes and the cost of hospitalization were the most influential parameters impacting the ICER.Keywords: ACER, CAP, cost-effectiveness analysis, ICER, leukocytes
EVALUASI POLA PERESEPAN PADA PASIEN LANJUT USIA MENGGUNAKAN WHO PRESCRIBING INDICATORS Mia N. A. Fatin; ED. Y.M. Pasha; Khairunnisa Fadhilah; Vera L. Fitriani
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina (JIIS): Ilmu Farmasi dan Kesehatan Vol 7 No 1 (2022): JIIS
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ISFI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (176.517 KB) | DOI: 10.36387/jiis.v7i1.827

Abstract

Older patients are very susceptible to drug use problems. Drug use problems are related to physiological conditions that affect the pharmacokinetics and pharmacodynamics of the drug. This study aimed to evaluate drug prescribing pattern in older patients at Pasundan Health Center Bandung. Data were retrospectively collected from prescriptions from March to June 2021. The pattern of prescribing drugs was evaluate using the WHO prescribing indicator with five indicators: the number of drugs per prescription, antibiotic use, generic drugs, the percentage of injection preparations, essential drug use. A total of 638 prescriptions met the inclusion criteria. The average number of drugs per prescription is 2.8. The prescription drugs from a total of 1.777 drugs in the form of generic drugs amounted to 83.29%, and essential drugs amounted to 74.28%. The antibiotics and injection use percentage were 11.82% and 0%, respectively. The most frequently prescribed antibiotics were amoxicillin, clindamycin, ciprofloxacin, betamethasone, and miconazole. The most frequently prescribed drugs were amlodipine, paracetamol, diclofenac sodium, chlorpheniramine maleate, and multivitamins. The use of essential and generic drugs was below WHO standard, while the average number of drugs per prescription was above WHO standard.