Sumiati, Astri
Unknown Affiliation

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

APLIKASI AUKSIN NAA (Naftalena Acetic Acide) DAN PUPUK DAUN PADAPERTUMBUHAN VEGETATIF Phalaenopsis HIBRIDA Mau, Lazarus Jata; Astutik, Astutik; Sumiati, Astri
Fakultas Pertanian Vol 6, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Efforts to accelerate the vegetative period of Phalaenopsis hybrids one of which can be done with the application of NAA auksin hormone and leaf fertilizer. The aim of this research is to know the influence of Auksin NAA and leaf fertilizer on the growth of Phalaenopsis hybrid orchid. The research was conducted at Green house Jalan Tlogomas Kec. Lowokwaru, Malang City, for 5 months. The experiment was conducted by using Factorial Randomized Complete Random Design (RAL) consisting of 2 factors, ie factor I: NAA concentration: control 0 ppm (N0), 100 ppm (N1), 200 ppm (N2), and 300 ppm (N3). Factor II: leaf fertilizer, Growmore (P1) and Gandasil D (P2). Observed variables include: when shoots appear, leaf length, leaf width and percentage of live plants. The results showed that there was interaction between NAA concentration and leaf fertilizer type on the time of shoot. When the fastest shoots appear at NAA 100 ppm, Growmore fertilizer (N1P1), which is 29 days. NAA hormone effect on the increase of leaf length and leaf width until the age of 16 weeks. The best hybrid phalaenopsis growth was obtained on NAA 200 ppm with 1.49 cm leaf length and 1.06 cm leaf width up to 16 weeks old. Growmore and Gandasil D had no effect on vegetative growth of hybrid Orchid Phalaenopsis plants. Upaya untuk mepercepat masa vegetatif Phalaenopsis hibrida salah satunya dapat dilakukan dengan aplikasi hormon auksin NAA dan pupuk daun. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh Auksin NAA dan jenis pupuk daun terhadappertumbuhan vegetative anggrek Phalaenopsis hibrida. Penelitian dilaksanakan di Green house Jalan Tlogomas Kec. Lowokwaru, Kota Malang, selama 5 bulan. Percobaan dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial terdiri 2 faktor yaitu, faktor I : konsentrasi NAA: kontrol 0 ppm (N0), 100 ppm (N1), 200 ppm (N2), dan 300 ppm (N3). Faktor II : pupuk daun, Growmore (P1) dan Gandasil D (P2). Variabel yang diamati meliputi : saat muncul tunas, panjang daun, lebar daun dan presentase tanaman hidup. Hasil penelitian menunjukkan bahwaterdapat interaksi antara konsentrasi NAA dan jenis pupuk daun terhadap saat muncul tunas. Saat muncul tunas tercepat pada NAA 100 ppm, pupuk Growmore (N1P1), yaitu 29 hari. Hormon NAA berpengaruh terhadap pertambahan panjang daun danlebar daun sampai umur 16 minggu. Pertumbuhan Phalaenopsis hibrida terbaik diperoleh pada pemberian NAA 200 ppm dengan pertambahan panjang daun 1,49 cm dan pertambahan lebar daun 1,06 cm sampai dengan umur 16 minggu. Growmore dan Gandasil D tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman Anggrek Phalaenopsis hibrida.
RESIDU PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) PERIODE TANAM KEDUA Marian, piter; Widowati, Widowati; Sumiati, Astri
Fakultas Pertanian Vol 6, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Plant Mustard (Brassica juncea l.) is a type of vegetable that is favored by all classes of society.The purpose of this research was to study the influence of organic fertilizer residue against pertumbuan and the results of the second planting period of mustard greens.This research was carried out in Dusung Onions, Tunggulwulung, Malang, East Java province.at 450 m above sea level (a.s.l.) with an average temperature of 280C.Time this research began in May-July 2017. organic fertilizer residue Treatment design of Random groups (RACK).consists of: P0 = control, P1 = urea fertilizer (1.25 g/polybag), P2 = kascing fertilizers (125 g/polybag), P3 = cow manure (125 g/polybag), P4 = bokasi fertilizers (125 g/polybag), P5 = organic fertilizer granule (125 g/polybag) and P6 = compost (125 g/polybag).The results showed that the residues of organic fertilizer effect very real against the length of the plant to 5 MST, number of leaves at 5 PM MST, wet weight of plant, wet weight to dry weight, root crops and the dry weights of roots.Organic fertilizer Residue treatment Granule obtain the longest leaves of (38.20 cm/plant) and the number of leaves at 5 PM MST, most (15 Pieces).Treatment of the organic fertilizer residues kascing which produces a fresh crop of weights (240.95 g) and dry weight of the plants best (13.09 g/plant), not unlike the bokasi residues and cow manure production results with average 207.90 g/plant. Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) merupakan jenis sayuran yang digemari oleh semua golongan masyarakat. Tujuan penelitian ini untuk mempelajari pengaruh residu pupuk organik terhadap pertumbuan dan hasil sawi periode tanam kedua. Penelitian ini dilaksanakan di Dusung Bawang, Kecamatan Tunggulwulung, Malang, Provinsi Jawa Timur. pada 450 m di atas permukaan laut (dpl) dengan suhu rata-rata 280C. Waktu penelitian ini dimulai pada bulan Mei-Juli 2017. Perlakuan residu pupuk organik Rancangan Acak Kelompok (RAK). terdiri dari : P0 = Kontrol, P1 = pupuk urea (1,25 g/polybag), P2 = pupuk kascing (125 g/polybag), P3 = pupuk kandang sapi (125 g/polybag), P4 = pupuk bokasi (125 g/polybag), P5 = pupuk organik granul (125 g/polybag) dan P6 = pupuk kompos (125 g/polybag). Hasil penelitian menunjukkan bahwa residu pupuk organik berpengaruh sangat nyata terhadap panjang tanaman sampai umur 5 MST, jumlah daun pada umur 5 MST, bobot basah tanaman, bobot basah akar, bobot kering tanaman serta bobot kering akar. Perlakuan Residu pupuk organik Granul memperoleh daun terpanjang sebesar (38,20 cm/tanaman) dan jumlah daun pada umur 5 MST, terbanyak (15 Helai). Perlakuan residu pupuk organik kascing yang menghasilkan bobot segar tanaman (240,95 g) dan bobot kering tanaman terbaik (13,09 g/tanaman), tidak berbeda dengan residu bokasi dan pupuk kandang sapi dengan hasil produksi rata-rata 207,90 g/tanaman
SELEKSI INDIVIDU HASIL PERSILANGAN TERBUKA PADA TANAMAN UBIJALAR (Ipomoea batatas L.) Widarsono, Kasianus; Lestari, Sri Umi; Sumiati, Astri
Fakultas Pertanian Vol 6, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The purpose of this research is to evaluate and selected genotypes in the halfsib populations obtained from open crosses to the high yield potential with the criteria of ?0.5 kg / plant. This research was conducted in al of Brawijaya university, located Jatikerto Village, Kromengan District, Malang. The research was conducted in May 2016 until September 2016. Five open-ended halfsib families were used in this study, including 73-6/2 OP (62 genotypes), Sukuh OP (56 genotypes), Cilembu OP (67 genotype), Yellow Red OP (57 genotype), and Yellow White OP (56 genotype). The five families were planted on a single 60 cm long Single Row plot arranged in 5 experimental blocks. Each family was placed in 1 experimental block, planted together with five female parent clones, namely 73/6-2, Sukuh, Cilembu, Red Brass, and White Brass. Each parent in each experimental block was planted 10 cuttings. Plants were harvested at the age of 3.5 to 4 months and observed the number of root / tubers, fresh tuber weight (kg/plant), fresh weight of stems (kg / plant),% dry weight of root,% dry weight of stover,/plant), dry weight of stubble (kg/plant), dry weight of biomass (kg/plant) and harvest index. Data analysis based on observation parameters was done using analytical method based on Augmented Randomized Trial Design. The results of this research explain that based on root selection criteria ?0.5 kg/plant of 298 genotypes can be selected 53 genotypes, and 18 genotypes including weight of root ?0.75 kg/plant and 11 genotypes have root weight ?1.00 kg/plant. The halfsib red brass family of OPs has the highest number of selected genotypes of 28 selected genotypes among other halfsib families. The number of genotypes that have the highest yield of root ?0.5 kg/plant is obtained in half family of Red Brass OP, which is 24.56% compared to the other four families of halfsib. The average number of root and the highest root weight was found in the half-family of Red Brass OP ie each of 4.00 bulbs and 0.78 kg of fresh root / plants. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi dan menyeleksi genotipe-genotipe terpilih pada populasi halfsib yang diperoleh dari persilangan terbuka terhadap potensi hasil tinggi dengan kriteria ?0.5 kg/tanaman. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Universitas Brawijaya, yang berlokasi di Desa Jatikerto, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang. Pelaksanaan Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2016 sampai dengan bulan September 2016. Lima famili halfsib hasil persilngan terbuka digunakan dalam penelitian ini , meliputi 73-6/2 OP ( 62 genotipe), Sukuh OP (56 genotipe), Cilembu OP (67 genotipe), Kuning Merah OP (57 genotipe), dan Kuning Putih OP ( 56 genotipe). Kelima famili tersebut ditanam pada petakan Single Row yang berukuran lebar 60 cm yang disusun dalam 5 blok percobaan. Setiap famili diletakan dalam 1 blok percobaan, ditanam bersama-sama dengan 5 klon induk betinanya, yakni 73/6-2 , Sukuh, Cilembu, Kuningan Merah, dan Kuningan Putih. Masing-masing induk pada setiap blok percobaan ditanam 10 stek. Tanam dipanen pada umur 3,5 sampai 4 bulan dan diamati Jumlah umbi/tanaman, Bobot umbi segar (kg/tanaman), Bobot segar brangkasan (kg/tanaman), % bobot kering umbi, % bobot kering brangkasan, Bobot kering umbi (kg/tanaman), Bobot kering brangkasan (kg/tanaman), Bobot kering biomassa (kg/tanaman) dan Indeks panen. Analisis data berdasarkan parameter pengamatan dikerjakan menggunakan metode analisis berdasarkan Rancangan Percobaan Acak Kelompok Augmented. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa berdasarkan kriteria seleksi hasil umbi ?0.5 kg/tanaman dari 298 genotipe dapat dipilih 53 genotipe, dan 18 genotipe diantaranya memiliki bobot umbi ?0.75 kg/tanaman serta 11 genotipe memiliki bobot umbi ?1.00 kg/tanaman. Famili halfsib Kuningan Merah OP memiliki jumlah genotipe terseleksi paling tinggi yakni 28 genotipe terseleksi diantara famili halfsib lainnya. Jumlah genotipe yang memiliki potensi hasil umbi ?0.5 kg/tanaman tertinggi diperoleh pada famili halfsib Kuningan Merah OP, yakni sebesar 24,56% dibandingkan dengan ke empat famili halfsib lainnya. Rerata jumlah umbi dan bobot umbi tertinggi ditemukan pada famili halfsib Kuningan Merah OP yaitu masing-masing sebesar 4,00 umbi dan 0,78 kg umbi segar/tanaman.
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK KASCING TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL CABAI RAWIT (Capsicum frutescents L.) Sapri, Sapri; Indawan, Edyson; Sumiati, Astri
Fakultas Pertanian Vol 5, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Chilli pepper (Capsicum frutescens L.) is vegetables with high economic value and suitable to be developed, and has a relatively high nutrient. Vermicompost is an organic fertilizer produced from digestion in the intestines and feces discharged as a worm that has been fermented and dried as solid fertilizer. destination of research to study and determine the effect of organic fertilizers vermicompost on the growth and yield of chilli pepper. Research conducted at the Business Incubation Courses in Tlogomas, Lowokwaru District, Malang Regency, during from May until September 2016, by using a randomized block design Single (RAK) Factorial ie the dose of organic fertilizer Vermicompost (K). Date were analyzed by analysis of variance (ANOVA). the observation results showed that the organic fertilizer with a dose Vermicompost at 2500 gram/plant to treatment (K5) is dose optimal for plant growth while the chili on the plant height variable 17,18 cm and leaf 40,75 (sheet) at age 49 days after planting. Giving dose 2500 gram/plant to treatment (K5), can increase the amount of fruit as much as 19,17 fruit at age 49 days after planting, and weight fruit/plant 5,88 ons/plant equal to 166,69 gram/plant (3,22 ton/ha). Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) merupakan jenis sayuran yang bernilai ekonomi tinggi dan cocok dikembangkan, serta memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi. Kascing adalah pupuk organik yang dihasilkan dari proses pencernaan dalam tubuh cacing dan dibuang sebagai kotoran cacing yang telah terfermentasi dan dikeringkan sebagai pupuk padat. Tujuan penelitian untuk mempelajari dan mengetahui pengaruh pemberian pupuk organik Kascing terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai rawit. Penelitian dilaksanakan di Inkubasi Bisnis Lapangan di Kelurahan Tlogomas, Kecamatan Lowokwaru, Malang, Jawa Timur, Berlangsung sejak bulan Mei sampai dengan September 2016, dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Tunggal (RAK) Faktorial yaitu dosis pupuk organik Kascing (K). Data yang diperoleh dianalisis dengan Analisis of varians (ANOVA). Hasil pengamatan menunjukan bahwa Pemberian pupuk organik Kascing dengan dosis 2500 g/tanaman pada perlakuan (K5) merupakan dosis yang optimal untuk sementara bagi pertumbuhan tanaman cabai rawit pada variabel tinggi tanaman 17,18 cm dan daun 40,75 (helai) pada umur 49. Pemberian dosis 2500 g/tanaman pada perlakuan (K5), adalah dosis yang optimal untuk sementara terhadap hasil jumlah bunga sebanyak 5,92 bunga/tanaman pada umur 63 hst. Pemberian dosis 2500 g/tanaman pada perlakuan (K5), dapat meningkatkan jumlah buah sebanyak 19,17 buah pada umur 91 hst, dan berat buah/tanaman 5,88 ons/tanaman setara dengan 166,69 g/tanaman (3,22 ton/ha).
PENGGUNAAN PUPUK NITROGEN DAN BIOCHAR TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI PAKCOY (Brassica rapa L.) DI TANAH VERTISOL Redu, Silas Tanggu; Adisarwanto, Titis; Sumiati, Astri
Fakultas Pertanian Vol 5, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This research was aimed to determine the dose of nitrogent fertilizer usage and the procedure to apply biochar to the growth of the mustard pakcoy plants (Brassica rapa L.) on vertisol soil. This research was conducted in Dukuh Kraguman, Tegalwaru village, Dau district of Malang regency in East Java province and this research was conducted from September to November 2016. The experiment was groups random design (RAK) which consists of 13 treatments with three times repetitions. The observation was conducted three times on 25 DAP (Days After Planting), 35 DAP and 45 DAP which parameters to be observed including height, the width of the leaf, wet and dry weight of mustard pakcoy plants. The result showed that the usage of nitrogent fertilizer approximately 150 kgs urea/ha and biochar that is submerged into the dug hole increased the wet weight of plant on 25 DAP. The application of nitrogent fertilizer 100 kgs urea/ha was the optimum dose to the increasing of height, the width of the leaf, wet and dry weight of mustard pakcoy plants presentation compared to the plants without nitrogen fertilizer applied. The more the dose of the nitrogen was, the less the growth of the plants. The application of 30 tons/ha biochar equally under the soil was the best procedure to increase the height, the width of the leaf, wet and dry weight of mustard pakcoy plants presentation compared to the application of 30 tons biochar that is submerged into the dug hole or without biochar. Tujuan dari penelitian ini untuk menentukan penggunaan dosis pupuk nitrogen dan cara pemberian biochar terhadap pertumbuhan tanaman sawi pakcoy (Brassica rapa L.) pada tanah vertisol. Penelitian dilaksanakan di Dukuh Kraguman, Desa Tegalwaru, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, selama tiga bulan mulai September ? November 2016. Percobaan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 13 perlakuan dan diulang sebanyak 3 kali. Pengamatan dilakukan 3 kali yaitu umur 25 HST, 35 HST, 45 HST dengan parameter yang diamati meliputi tinggi, luas daun, bobot basah, dan bobot kering tanaman sawi pakcoy. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pupuk nitrogen 150 kg urea/ha dan biochar ditugal meningkatkan bobot basah tanaman pada umur 25 HST. Pemberian pupuk nitrogen 100 kg urea/ha merupakan dosis optimum peningkatan persentase pertambahan tinggi, luas daun, jumlah daun, bobot basah dan bobot kering tanaman sawi pakcoy dibandingkan tanpa nitrogen. Semakin meningkat dosis pupuk nitrogen, persentase pertumbuhan tanaman semakin menurun. Pemberian biochar 30 ton/ha dengan cara disebar merata dalam tanah merupakan cara terbaik untuk meningkatkan persentase pertambahan tinggi, luas daun, jumlah daun, bobot basah dan bobot kering tanaman sawi pakcoy dibandingkan biochar 30 ton cara ditugal maupun tanpa biochar.
PENGARUH PEMBERIAN Naphtalene Acetic Acid ( NAA ) DAN LAMPU LED TERHADAP PERBANYAKAN TUNAS PADA KALUS ANGGREK Phalaenopsis Indriani, Harni; Adisarwanto, Titis; Sumiati, Astri
Fakultas Pertanian Vol 5, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Orchid is a leading ornamental plant that is in demand by consumers because of its high economic value. The demand for high enough orchids can not be matched by the availability of adequate seeds. Tissue culture is a method used to multiply plants rapidly in large numbers and free of disease. The study aimed to determine the color of LED lamp and the correct dose of NAA to increase shoot growth on Phalaenopsis Orchid callus. The research was conducted at Biotechnology Laboratory of Agriculture Faculty of Tribhuwana Tunggadewi University Malang, East Java, from May to July 2017. The research was conducted by using Factorial Random Design Random (RAL) consisting of 2 factors. Factor I is the treatment LED lamp consists of 3 colors namely: A1: White Light, A2: Green Light and A3: Blue Light. Factor II is MS + NAA Media Concentration, consisting of 4 levels: B1: MS + 0 ppm NAA, B2: MS + 2 ppm NAA, B3: MS + 4 ppm NAA and B4: MS + 6 ppm NAA. Parameters observed were, Number of shoots per explant, Live explant percentage, Shoot height, Root length, Fresh Weight. The results show NAA interaction (6 ppm) and green, blue LEDs produces shoot length and the highest number of shoots/explants. NAA interactions (2 ppm) and green LEDs produce the longest root length. NAA interactions (4 ppm) and NAA (6 ppm) and white, blue and green LEDs produce the heaviest fresh weights. Anggrek adalah tanaman hias unggulan yang diminati oleh konsumen karrna mempunyai nilai ekonomi tinggi. Permintaan bunga anggrek yang cukup tinggi ternyata tidak dapat diimbangi dengan ketersediaan bibit yang memadai. Kultur jaringan adalah metode yang digunakan untuk memperbanyak tanaman secara cepat dalam jumlah yang banyak serta bebas penyakit. Penelitian bertujuan menentukan warna lampu LED dan dosis NAA yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan tunas pada kalus Anggrek Phalaenopsis. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang, Jawa Timur, pada bulan Mei hingga Juli 2017. Penelitian dilakukan dengan memakai Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial terdiri dari 2 faktor. Faktor I adalah perlakuan Lampu LED terdiri dari 3 warna yaitu : A1 : Cahaya Putih, A2 : Cahaya Hijau dan A3 : Cahaya Biru. Faktor II adalah Konsentrasi Media MS + NAA, terdiri dari 4 taraf yaitu : B1 : MS + 0 ppm NAA, B2 : MS + 2 ppm NAA, B3 : MS + 4 ppm NAA dan B4 : MS + 6 ppm NAA. Parameter yang diamati yaitu, Jumlah tunas per eksplan, Persentase eksplan hidup, Tinggi tunas, Panjang akar, Berat Segar. Hasil menunjukan Interaksi NAA (6 ppm) dan LED hijau, biru menghasilkan panjang tunas dan jumlah tunas / eksplan tertinggi. Interaksi NAA (2 ppm) dan LED hijau menghasilkan panjang akar terpanjang. Interaksi NAA (4 ppm) dan NAA (6 ppm) dan LED putih, biru dan hijau menghasilkan bobot segar terberat.
PENGGUNAAN 6-Benzyl Amino Purin (BAP) DAN KINETIN PADA MULTIPLIKASI KRISAN (Chrysanthemum indicum L.) MULTIPLICATION OF CHRYSANTHEMUM (Chrysanthemum indicum L.) USE 6-Benzyl Amino Purin (BAP) AND KINETIN Irawati, Benedikta; Adisarwanto, Titis; Sumiati, Astri
Fakultas Pertanian Vol 4, No 2 (2016)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tanaman krisan (Chrysanthemum indicum L.) merupakan salah satu tanaman hias yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Tingginya produksi krisan berimplikasi pada kebutuhan benih, teknologi budidaya dan varietas yang cukup tinggi. Penggunaan teknik kultur jaringan bisa berhasil untuk mengembangkan bibit yang berkualitas dan seragam pada tanaman Krisan. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan media dasar MS dengan konsentrasi Benzyl Amino Purin (BAP) dan Kinetin yang optimal terhadap kecepatan tumbuh dan perbanyakan in vitro tanaman Krisan. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang, Jawa Timur, pada bulan April sampai Juli 2016. Penelitian dilakukan dengan Metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan: ½ MS (Kontrol); ½ MS dan BAP 0,5 ppm; ½ MS dan BAP 1,0 ppm; ½ MS dan Kinetin 0,5 ppm; ½ MS dan Kinetin 1,0 ppm. Plantlet yang digunakan adalah plantlet Krisan bunga kuning. Parameter yang diamati yaitu, saat muncul tunas, jumlah tunas, jumlah total daun, persentase kontaminasi dan persentase plantlet hidup. Hasil menunjukkan Media ½ MS dengan pemberian Kinetin 0,5 ppm mampu menginisiasi tunas paling cepat (14,75 hari). Jumlah tunas terbanyak diperoleh pada media ½ MS dengan pemberian BAP 1 ppm (2,83/plantlet) dan jumlah daun (16,67/plantlet) sampai dengan umur 51 hari setelah subkultur.
EKSPLORASI MIKROBIA RHIZOSFER TUMBUHAN GULMA BABANDOTAN (AGERATUM CONYZOIDES L) POTENSIAL SEBAGAI PENGHASIL IAA Syahruddin, Syahruddin; Sumiati, Astri; Sutoyo, Sutoyo
Fakultas Pertanian Vol 7, No 3 (2019)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Babandotan weed sampling was carried out at lowland locations (Kepanjen) and upland locations. Sampling was carried out simultaneously with a total of 10 samples of babandotan weed, samples taken from 2 different locations were then taken to the micrological laboratory of the faculty of agriculture, tribhuwana, tunggadewi Malang. The bacteria that grows there are 2 round shapes and flower shapes in each location. This study uses qualitative and quantitative analysis, qualitative analysis by means of testing the ability of bacteria as IAA producers by using salkowski reagent solution by dropping, the bacteria that are able to produce will turn pink when they are dripped with calcowski reagent solution. The bacteria that can produce IAA are round-shaped bacteria. Quantitative analysis using spectrophotometry with a wavelength of 530 nm in order to determine the level of IAA in each incubation. Pengambilan sampel Gulma Babandotan dilakukan di lokasi Dataran Rendah (Kepanjen) dan lokasi Dataran Tinggi(Cangar) dengan serentak sejumlah 10 sampel tumbuhan gulma babandotan, Sampel yang di ambil dari 2 lokasi yang berbeda kemudian di bawa ke laboratorium mikrobiogi Fakultas Pertanian Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang. Koloni bakteri terdapat 2 bentuk, yaitu berbentuk bulat dan bentuk lonjong pada masing-masing lokasi. Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif, analisis kualitatif dengan cara Uji kemampuan bakteri sebagai penghasil IAA dengan menggunakan larutan reagen salkowski dengan cara ditetesi, bakteri yang mampu menghasilkan IAA akan berubah warna menjadi merah muda ketika di tetesi dengan larutan reagen salkowski. Bakteri yang mampu menghasilkan IAA adalah bakteri yang berbentuk bulat. Analisis kuantitatif dengan cara spektrofotometri dengan panjang gelombang 530 nm dengan tujuan mengetahui kadar IAA dalam setiap inkubasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi IAA Dataran Tinggi tertinggi pada inkubasi 48 jam dengan rata-rata yang di peroleh 16,74 ppm. Konsentrasi IAA Dataran Rendah tertinggi pada inkubasi 72 jam dengan rata-rata yang di peroleh 16,66 ppm.
KERAGAAN UBI JALAR [IPOMOEA BATATAS (L) LAM.] AKIBAT PEMBERIAN BIOCHAR JENGKOK TEMBAKAU Lein, Johanes; Indawan, Edyson; Sumiati, Astri
Fakultas Pertanian Vol 7, No 3 (2019)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sweet potatoes including tuber commodities that have important prospects. Due to the high content of nutrients, minerals, vitamins and the increasing diversity of processed and industrial products sourced from sweet potatoes. The improvement of sweet potato production is still being carried out, one of the improvements in soil improvement. Provision of biochar into the soil can increase the availability of the main ratio, P and N concentrations in the soil. Increased CEC and soil pH can increase 40% Biochar's ability to bind water and nutrients in the soil helps prevent fertilizer losses due to surface erosion and washing so as to enable fertilizer savings. This study aims at agronomic performance in sweet potato plants due to biochar administration. The experiment was carried out using splitplots with 3 replications, 7 varieties namely: white brass, red brass, Beta 1, Beta 2, Sari, Boko, Jago and Biochar Dose: (Bo = No Biochar, B1 = 5 tons / ha). Variables observed included: number of tubers / plot, tuber fresh weight (kg / plot), freshly squeezed weight (kg / plot),% tuber dry weight (BK) tubers,% tuberous dry weight, tuber BK weight, and stover BK. Continued testing with the smallest Real Difference Test (LSD) with a confidence level of 5% based on research shows that the performance of yarbaik varieties in tubers is Beta 1 with the number of tubers / plots of 39.67 tubers, Beta 2 at tuber weights of 8.60 kg / plant , Beta 1 10.92 kg / fresh weight crop of stover, Sari and Beta 2 at harvest index are 92.25 and 88.81 tubers. Ubi jalar termasuk komoditas umbi-umbian yang mempunyai prospek penting. Karena tingginya kandunggan nutrisi, mineral, vitamin dan semakin beragamannya produk olahan maupun industri yang bersumber dari ubi jalar. Peningkata produksi ubi jalar masih terus dilakukan, salah satu perbaikan pembenahan tanah. Pemberian biochar ke dalam tanah dapat meningkatkan ketersediaan katioan utama, P dan konsentrasi N dalam tanah. Peningkatan KTK dan pH tanah dapat meningkat 40% Kemampuan biochar untuk mengikat air dan unsur hara dalam tanah membantu mencegah terjadinya kehilangan pupuk akibat erosi permukaan dan pencucian sehingga dapat memungkinkan penghematan pemupukan. Penelitian ini bertujuan keragaan agronomi pada tanamanubi jalar akibat pemberian biochar. Percoban di laksanakan dengan menggunakan splitplot denang 3 ulangan, 7 varietas yaitu: Kuningan putih, kuningan merah, Beta 1, Beta 2, Sari, Boko, Jago dan Dosis Biochar : (Bo= Tanpa Biochar, B1=5 ton/ha). Variabel yang di amati meiputi: jumlah umbi/plot, bobot segar umbi (kg/plot), bobot segar berangkasan (kg/plot), % bobot kering (BK) umbi, % bobot kering berangkasan, BK umbi, dan BK brangkasan. Pengujian lanjutan denagn Ujian Beda Nyata terkecil (BNT) dengan taraf kepercayaan 5% berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa keragaan Varietas yarbaik pada umbi yaitu Beta 1 dengan jumlah umbi/plot sebanyak 39,67 umbi, Beta 2 pada bobot umbi sebesar 8,60 kg/tanaman, Beta 1 10,92 kg/pertanaman berat segar brangkasan, Sari dan Beta 2 pada indeks panen yaitu 92,25 dan 88,81 umbi.
RESIDU PUPUK NITROGEN DAN BIOCHAR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAWI (BRASSICA JUNCEA L.) DI TANAH VERTISOL Fetok, Maria Oktaviana; Sumiati, Astri; Adisarwanto, Titis
Fakultas Pertanian Vol 7, No 3 (2019)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Mustard is one of the types of vegetables favored by the community, but mustard has not met the needs and demands of the community because the planting area is getting narrower and the productivity of mustard plants is still relatively low. The research aims to study the effect of season I fertilizer application on season II fertilization whether there is an element of fertilizer that can be utilized on vertisol soil on the growth and yield of mustard plants. This research was carried out in Hamlet Kraguman, Tegalweru Village, Dau District, Malang Regency, East Java Province. The method used in this study consisted of 13 treatments using a randomized block design (RBD), with 3 replications. The treatments used were biochar residues and nitrogen fertilizer that had been applied in the first planting season. Observation parameters are: plant height (cm), number of leaves (strands), leaf area (cm) and plant wet weight (cm). The data obtained were analyzed using analysis of variance (ANOVA) and if there were significant differences between treatments, it could be continued with the Least Significant Difference test (LSD) level of 5%. The results showed that the fertilizer residue of 100 kg urea / ha and biochar ditugal (30 tons / ha) was better than the control (0 kg urea / ha and 0 biochar) on the growth of the number of leaves and leaf area and the results of the wet weight of the plant at harvest. Sawi merupakan salah satu jenis sayuran yang digemari oleh masyarakat, namun sawi belum mencukupi kebutuhan dan permintaan masyarakat karena areal pertanaman semakin sempit dan produktivitas tanaman sawi masih relatif rendah.Penelitian bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian pupuk musim I terhadap pemupukan musim II apakah ada unsur pupuk yang dapat dimanfaatkan pada tanah vertisol terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi.Penelitian ini dilaksanakan di Dukuh Kraguman, Desa Tegalweru, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur.Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 13 perlakuan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), dengan 3 ulangan.Perlakuan yang digunakan adalah residu biochar dan pupuk nitrogen yang sudah diaplikasikan dimusim tanam pertama. Parameter pengamatan yaitu : tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai), luas daun (cm) dan berat basah tanaman (cm).Data yang diperoleh, dianalisis dengan menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA) dan jika ada perbedaan yang signifikan antar perlakuan, maka dapat dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) taraf 5%.Hasil penelitian menunjukkan bahwa residu pupuk 100 kg urea/ha dan biochar ditugal (30 ton/ha) lebih baik dibanding kontrol (0 kg urea/ha dan 0 biochar) terhadap pertumbuhan jumlah daun dan luas daun dan hasil bobot basah tanaman saat panen.