Penelitian ini mengkaji proses transformasi perilaku kelompok radikal menjadi lebih moderat di era digital. Penelitian ini tidak menganggap teknologi digital dan media sosial sebagai satu-satunya faktor yang mempengaruhi seseorang untuk mengambil keputusan dan bergabung dalam kelompok radikalisme. Jenis penelitian ini adalah penelitian sosiologi digital, dengan metode kualitatif. Data dikumpulkan dengan teknik kepustakaan. Teori yang digunakan untuk menganalisa data adalah teori tranfsormasi sosial masyarakat modern. Temuan penelitian ini adalah: pertama, jumlah warga Indonesia yang terpapar radikalisme sangat besar namun terus mengalami penurunan dari waktu ke waktu. Kedua, kelompok radikal ini mulai menerima sekularisme, seperti undang-undang, konsep NKRI, serta Pancasila, dan juga menggunakan produk modernitas seperti teknologi digital dan media sosial. Ketiga, penggunaan teknologi digital dan media sosial menyebabkan fenomena psikologis, yang disebut sebagai depersonalisasi. Pengalaman depersonal ini menguat karena kekecewaan individu dalam ruang fisiknya, baik karena ketidakharmonisan keluarga, kekecewaan kondisis sosial politik, dan lainnya. Temuan penelitian ini berkontribusi pada pengayaan khazanah sosiologi digital dan khususnya kajian depersonalisasi paham radikal dan kelompok teroris.