Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Rancang Bangun Mesin Penggiling Jagung Kombinasi Mekanik Manual dan Motor Penggerak Murad, Hafiz; Haluti, Siradjuddin; Liputo, Burhan; Akuba, Syamsu
Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) Vol 9 No 1 (2024): Jurnal JTPG (Mei)
Publisher : PROGRAM STUDI MESIN DAN PERALATAN PERTANIAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30869/jtpg.v9i1.1364

Abstract

Jagung merupakan tanaman komoditas masyarakat Gorontalo. Di beberapa tempat jagung dimanfaatkan sebagai makanan pokok dan bahan tambahan makanan ternak unggas dan ruminansia. Pengolahan jagung sebelum dimanfaatkan umumnya digiling secara manual. Hal ini tentu memerlukan tenaga dan waktu yang besar. Oleh karena itu perlu adanya teknologi sebagai solusi permasalahan tersebut. Penelitian ini dimaksudkan merancang mesin penggiling jagung dengan harapan agar lebih efisien, menghemat waktu dan tenaga. Mesin ini dirancang dengan kombinasi sistem mekanik manual dan menggunakan motor penggerak. Proses perancangan mesin ini dilakukan melalui beberapa tahapan. Pertama desain gambar dan penjelasan pada setiap komponen. Tahap keddua adalah penyediaan alat dan bahan yang digunakan. Tahap ketiga, fabrikasi dan pembuatan mesin penggiling jagung. Tahap keempat, uji fungsi dan perbaikan. Tahap akhir adalah penerapan mesin penggiling jagung dan pengambilan data. Mesin ini memiliki rangka yang terbuat dari besi siku 49mmx33mmx3mm. Tenaga penggerak pada mesin ini dirancang dalam dua metode, yaitu manual dan menggunakan motor penggerak. Sistem penggerak pada mesin ini meliputi puli, V-belt, poros, bantalan, pasak, dan pisau penggiling. Adapun jenis motor yang digunakan adalah motor bensin 5.5 PK dengan putarn 2800 RPM. Sedangkan poros penggiling pada mesin ini memiliki diameter 50.8 mm. Mesin penggiling menggunakan motor penggerak memiliki kapasitas produksi yang lebih besar dibandingkan menggunakan manual. Kapasitas produksi menggunakan sistem manual dan motor penggerak masing-masing sebesar 18.69 kg/jam dan 38.46 kg/jam. Hal ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan motor penggerak dapat meningkatkan kapasitas produksi hingga 105.78%.
Optimalisasi Alat Pengiris dan Penggiling Bawang Merah Mamonto, Chandra; Antu, Evi Sunarti; Liputo, Burhan
Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) Vol 9 No 1 (2024): Jurnal JTPG (Mei)
Publisher : PROGRAM STUDI MESIN DAN PERALATAN PERTANIAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30869/jtpg.v9i1.1367

Abstract

Bawang merah merupakan salah satu produk pertanian yang banyak penggunaannya, terutama sebagai bumbu dapur dan bahan tambahan pada berbagai jenis makanan. Pengolahan bawang merah umumnya diiris atau diulek. Sebagai bumbu dapur, proses ini tentu tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap efektifitas dan efisiensi saat pengolahannya. Namun, akan berbeda jika bawang merah diproduksi dalam jumlah besar seperti pembuatan bawang goreng. Oleh karena itu, diperlukan teknologi yang dapat mendukung sekaligus sebagai solusi untuk meningkatkan produktivitas. Penelitian ini bertujuan mengoptimalkan mesin pengiris dan penggiling bawang merah dengan menggunakan dua sistem kerja, manual dan otomatis. Optimalisasi mesin ini difokuskan pada pisau pengiris dan penggiling melalui modifikasi mesin sebelumnya. Perancangan dan fabrikasi mesin dilakukan melalui tahapan desain, penyediaan alat dan bahan, pembuatan komponen, fabrikasi komponen, dan pengujian alat. Mesin pengiris dan penggiling bawang merah memiliki beberapa komponen utama, yaitu corong input bawang merah, sistem transmisi pengiris dan penggiling, dan corong output. Mesin ini menggunakan motor listrik ¼ HP. Mesin pengiris dan penggiling bawang merah memiliki tinggi dan lebar masing-masing 500 mm dan 250 mm. Pengujian mesin dilakukan sebanyak 3 kali dengan kecepatan putar dan berat bawang merah masing-masing 2800 rpm dan 300 gr untuk proses pengirisan. Adapun berat bawang merah untuk proses penggilingan sebanyak 200 gr. Berdasarkan hasil pengujian diketahui proses pengirisan dan penggilingan bawang merah masing-masing memerlukan waktu rata-rata 48,1 detik dan 47,42 detik. Hal ini menunjukkan bahwa berat bawang merah berbanding lurus dengan waktu yang digunakan selama pemrosesan. Kapasitas rata-rata mesin untuk proses pengirisan dan penggilingan masing-masing sebesar 22,45 kg/jam dan 15,18 kg/jam.
PEMANFAATAN PENGERING EFEK RUMAH KACA DALAM MENINGKATKAN KUALITAS KERUPUK KASUBI LONUO BUKIT ARANG Pontoiyo, Fuad; Liputo, Burhan; Djamalu, Yunita
Jurnal Abdimas Terapan Vol. 4 No. 1 (2024): JURNAL ABDIMAS TERAPAN (NOVEMBER)
Publisher : Program Vokasi Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56190/jat.v4i1.61

Abstract

Lonuo Village is located in Tilongkabila District, Bone Bolango Regency, Gorontalo. Kasubi crackers are a typical snack produced by one of the Lonuo Bukit Arang Kasubi Crackers UKMs. Kasubi crackers are made from cassava, tapioca flour, baking soda, and brown sugar, while other production requirements are cooking oil, LPG gas, gasoline, firewood, raffia rope, and plastic packaging. Meanwhile, other supporting tools in the kasubi cracker production process are plastic plates, steamer frames, steaming pans, molding tanks, sweet potato grinding machines, and para-paras as attachments for manual drying. The manual drying place used by IKM consists of 3 bamboo-based lamps measuring 7 x 13 meters for the entire cracker drying place. The drying process using bamboo sheets has many disadvantages, including drying time which takes 4 to 5 drying hours in sunny weather, unpredictable weather, less hygienic, and tends to be contaminated with bacteria because the location of the IKM is opposite the location of the Final Processing Site (TPA) for waste disposal. Bone Bolango Regency. The Kasubi Lonuo Bukit Arang cracker IKM was established in 2000 and has been continued by Santian Pillow since 2020. This IKM has more than 6 (six) permanent and non-permanent employees with daily raw material production of 1 () sack of cassava Working time from grating the coconut to drying takes 8 to 9 hours, namely from 08.00 to 15.00 WITA with the resulting cracker output being 2448 crackers per day and packaged in one hanging containing 10 crackers and priced at IDR. 11,000 per hanging. The method used in this activity is the preparation stage, implementation of activities, and program sustainability plans. The alternative drying tool that will be socialized in this activity is a greenhouse drying tool in the form of a rectangular prism with the help of energy from sunlight. While serving this community group, the service team packages activities from lecture presentations on introducing tools, questions, and answers, how to make tools, how to use tools, and how to maintain tools. From the results of this activity, it was agreed that the next activity would focus more on making cracker products using biomass stoves or stoves fueled by used oil and greenhouse effect dryers.
Peningkatan Kapasitas Petani dalam Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) Ramah Lingkungan di Desa Rumah Tiga, Kota Ambon Propinsi Maluku Asrul, Asrul; Liputo, Burhan; Hamka, Hamka
-
Publisher : Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37905/jrpi.v2i3.33489

Abstract

The training on the production of liquid organic fertilizer (LOF) conducted in Rumah Tiga Village, Teluk Ambon District, Ambon City, aimed to enhance farmers' capacity in implementing environmentally friendly and sustainable agricultural practices. The program engaged six farmer groups and adopted a participatory approach that integrated theoretical instruction with hands-on practice. Farmers were trained to produce LOF using locally available organic materials such as banana stems and household kitchen waste. The training resulted in a significant improvement in participants’ knowledge and skills, with 90% of trainees able to accurately recall the LOF production procedures. Furthermore, 82% of participants expressed a strong commitment to independently adopt LOF in their farming activities. The program also contributed to strengthening social capital by increasing participation in communal activities (gotong royong) and encouraging the formation of informal learning groups. These findings indicate that participatory, practice-based training models are effective in fostering behavioral change among farmers toward sustainable agriculture and can be replicated in other regions as a strategic approach to empowering farming communities.