Pada tahun 2010 letusan Gunung merapi menimbulkan 240 korban jiwa. Dalam menghadapi kondisi tersebut, diperlukan pemberdayaan masyarakat berbasis komunitas untuk mengurangi resiko bencana yang dapat terjadi kapan saja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi secara mendalam bagaimana pemberdayaan masyarakat lereng Gunung Merapi dalam penilaian resiko dan sistem peringatan dini saat terjadi bencana. Penelitian menggunakan desain kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif yang melibatkan tujuh partisipan yang merupakan tokoh masyarakat yang terlibat langsung dengan kegiatan penanggulangan bencana. Penelitian dilakukan selama 3 bulan pada tahun 2017. Dalam penelitian ini terdapat dua tema yaitu (1) upaya penilaian resiko bencana berdasarkan pengalaman dan (2) Jalur informasi dan sistem peringatan dini yang sudah diketahui dengan baik, namun tidak sepenuhnya dipatuhi. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa masyarakat sudah melakukan penilaian resiko bencana secara mandiri diantaranya pemantauan bentuk fisik gunung berapi secara berkala, penilaian kerentanan yang dimiliki yaitu kondisi geografis, struktur hunian rumah, adanya kelompok rentan dan faktor sosial ekonomi budaya. Masyarakat telah mempunyai sistem peringatan dini berupa sirine, alur komunikasi yang jelas serta jalur evakuasi ketika terjadi bencana. Terdapat beberapa hal yang masih perlu ditingkatkan, diantaranya kepatuhan dari warga asli, simulasi bencana yang terstruktur serta perlu dibentuk organisasi khusus untuk penanggulangan situasi bencana.Kata kunci : pemberdayaan komunitas, resiko bencana, erupsi MerapiIn 2010, Merapi eruption caused 240 people died. To deal with this condition, it is important that the community is prepared in order to reduce the unpredicted risk of this disaster.The aim of this study is to explore how the empowerment of Merapi local community in disaster risk assessment and early warning system. Using qualitative method with phenomenological design , with seven participants which were local community leaders who involved in disaster prevention. The study was conducted for 3 months in 2017. Two themes were generated as the results, (1) disaster risk assessment based on the experience and (2) information path and early warning system s that are well known, but not fully obeyed. From the results of the study, it was found that the community had conducted their own disaster risk assessment, including monitoring the physical form of volcanoes regularly , assessing their vulnerabilities such as geographical conditions, housing structures, vulnerable groups and socio -economic cultural factors. The community has an early warning system in the form of sirens, clear communication schemes and evacuation routes. However, there were should impro ve including compliance from indigenous people, structured disaster simulations and special organizations need to be formed to deal with disaster situations.Keywords: community empowerment, disaster risk, Merapi eruption