Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

INDEKS KEANEKARAGAMAN JENIS IKAN DEMERSAL DI LAUT ARAFURA Nurulludin, Nurulludin; Prihatiningsih, Prihatiningsih; Panggabean, Anthony Sisco; Taufik, Muhammad; Kembaren, Duranta Diandria; Mahulette, Ralph Thomas; Saimroh, Saimroh; Nurdin, Erpind
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 28, No 4 (2022): (Desember) 2022
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Karawang, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jppi.28.4.2022.209-215

Abstract

Ikan demersal merupakan salah satu sumber daya yang memiliki potensi sangat tinggi di Laut Arafura. Informasi indeks keanekaragaman ikan demersal diperlukan setelah adanya moratorium pukat tarik di Laut Arafura. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 Oktober sampai 20 November 2018 dengan mengikuti survei sumber daya ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 718 Laut Aru dan Arafura. Analisis data menggunakan beberapa nilai indeks biodiversitas meliputi keanekaragaman jenis (species diversity), kemerataan (species evenness),  kekayaan jenis (species richness), dan dominansi jenis (species dominant). Keanekaragaman jenis dibagi dalam 3 (tiga) wilayah penelitian yaitu Timur, Barat dan  Utara Laut Arafura. Indeks Keanekaragaman Shannon Wiener (H’) ikan demersal bervariasi antara 1,26 – 2,89. Nilai indeks kekayaan jenis ikan 9,37—16,8, indeks dominansi (D) antara 0,09-0,51. Indeks kemerataan jenis dari Pielou (E) Arafura bagian timur 0,13 dan utara dengan nilai 0,24 dan perairan Arafura bagian barat nilai indeks sebesar 0,27. Nilai indeks kemerataan jenis antara 0,26-0,50. Kondisi tersebut menunjukkan adanya keseimbangan dalam pemanfaatan sumber daya ikan demersal yang ada baik dari segi pemangsaan maupun secara spasial di Laut Arafura.Demersal fish is a resource that has very high potential in the Arafura Sea. Information on the diversity index of demersal fish is needed after the moratorium on trawling in the Arafura Sea. The research activity was carried out from 20 October to 20 November 2018 by participating in a survey of fish resources in the 718 Aru and Arafura Sea Fisheries Management Area (WPP). Data analysis used several biodiversity index values including species diversity, species evenness, species richness, and species dominance. Species diversity is divided into 3 (three) research areas, namely East, West and North Arafura Sea. The Shannon Wiener Diversity Index (H') of demersal fish varies between 1.26 – 2.89. Fish species richness index value is 9.37-16.8, dominance index (D) is between 0.09-0.51. The evenness index of Pielou (E) eastern Arafura is 0.13 and north is 0.24 and the Arafura waters is 0.27. The value of the species evenness index is between 0.26-0.50. This condition shows that there is a balance in the utilization of existing demersal fish resources, both feeding habits and  spatial in the Arafura Sea.
KARAKTERISTIK PERIKANAN JARING ARAD DAN SEBARAN PANJANG UDANG DOGOL (Metapenaeus ensis) DI PERAIRAN MEULABOH Yusuf, Helman Nur; Baihaqi, Baihaqi; Hufiadi, Hufiadi; Sayuti, Kamil; Tirtadanu, Tirtadanu; Nurulludin, Nurulludin; Mahiswara, Mahiswara; Utama, Andria Ansri; Sepri, Sepri; Pane, Andina Ramadani
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 15, No 3 (2023): (DESEMBER) 2023
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Sorong

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/bawal.15.3.2023.120-131

Abstract

Umumnya, para nelayan di wilayah Meulaboh dan juga sepanjang pantai di Aceh Barat memanfaatkan jaring arad atau mini trawl sebagai alat untuk dapat menangkap hasil laut seperti udang dan ikan demersal. Selama periode antara bulan Maret hingga Desember 2019, penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk dapat memahami aspek perikanan yang terkait dengan penggunaan jaring arad di wilayah perairan Meulaboh, serta untuk meneliti udang dogol (Metapenaeus ensis) yang merupakan tangkapan hasil laut mayoritas pada saat menggunakan jaring arad. Penggunaan jaring arad saat beroperasi dilakukan pada kedalaman perairan antara 5 hingga 35 meter. Penangkapan dilaksanakan sebanyak 6-10 kali dalam satu perjalanan, dengan durasi trip kurang lebih yaitu selama 1-2 hari. Hasil operasi penangkapan yang dilakukan mencakup 26 jenis, termasuk 8 jenis udang, 4 jenis krustasea, 2 jenis cumi-cumi, dan 12 jenis ikan. Komposisi jenis didominasi udang cakrek (Harpisquilla harpax) 11,5%, petek (Equulites leuciscus) sebesar 9,7%, buntal (Thorguigner tubercullife) 8,2%, kepiting kecil (Charybdis affinis) 6,9%, udang dogol (Metapenaeus ensis) 6,8% ikan lidah (Cynoglossus sp) 6,1%, udang kelong (Fenneropenaeus indicus)6,0%, baronang (Siganus sp.) 5,1% bilis (Herklotsichthys dispilonotus) 4,8%, tetengkek (Megalopsis cordilla) 4,0% dan lainnya dibawah 4%. Nilai kelimpahan udang paling banyak pada Agustus sebesar 36,66 kg/trip dan paling sedikit terdapat pada bulan April sebanyak 29,13 kg/trip. Sedangkan kelimpahan udang jenis dogol paling banyak terdpat pada bulan Juni yaitu sebesar 4,38 kg/trip dan terendah pada Desember. 1,88 kg/trip. Lokasi penangkapan jaring arad terdapat di perairan Meulaboh, dengan dugaan bahwa puncak musim penangkapan terjadi pada bulan Maret hingga Oktober. Panjang udang jingga yang berhasil ditangkap menggunakan jaring arad bervariasi antara 14,0 hingga 31,9 mmCL, dengan panjang pertama kali tertangkap (Lc) mencapai 21,81 mm, dan panjang pertama kali matang gonad (Lm) sebesar 23,04 mm.
FUNGSI FISH SHELTER SEBAGAI PERLINDUNGAN HABITAT SUMBAR DAYA IKAN KARANG DI KABUPATEN BREBES Mahulette, Ralph Thomas; Nugroho, Duto; Taufik, M.; Nurulludin, Nurulludin; Panggabean, Anthony S; Nurdin, Erfind; Prihatiningsih, Prihatiningsih
Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia Vol 17, No 1 (2025): (Mei) 2025
Publisher : Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jkpi.17.1.2025.%p

Abstract

Fish Shelter atau hunian ikan merupakan struktur bangunan bawah air yang dibuat secara permanen dan dirancang untuk berperan sebagai tempat berlindung bagi ikan, terutama ikan-ikan demersal dan karang. Fungsi dari fish shelter ini sebagai alat untuk mengembalikan kesuburan dari habitat dan ekologi sekitar pesisir pantai. Tujuan dari penelitian ini adalah pemulihan stok sumberdaya ikan melalui tempat perlindungan ikan (fish shelter) untuk pemanfaatan yang berkelanjutan. Metodologi pengumpulan data dilakukan  pencatatan langsung hasil tangkapan di sekitar fish shelter oleh nelayan sebagai enumerator, selama 8 bulan dari bulan Maret – Oktober 2023. Semenjak fish shelter ditempatkan tahun 2015 lokasi tersebut selalu ada kegiatan penangkapan ikan. Fungsi fish shelter menjadi tempat mencari makan (nursery ground) dan perlindungan (shelter) yang baik untuk beberapa ikan demersal, seperti  kakap, kerapu, kuro dan lain-lain. Frekuensi penangkapan menjadi lebih banyak, dan dalam waktu 1 jam dapat di tangkap 5 – 8 kg ikan. Jumlah ikan ekonomis penting yang ditangkap nelayan adalah yang terbanyak disekitar fish shelter ikan kakap sebanyak 1.729 kg, kerapu 165 kg, cracas 1.234 kg, layang 726 kg, dan kuro (senangin) 125 kg. Komposisi berat ikan demersal 54,80 % dan ikan pelagis 45,20 %. Fish shelter yang di perairan Brebes, sangat bermanfaat untuk mengembangkan perikanan karang atau demersal ditandai dengan hasil tangkapan nelayan jenis ikan ekonomis penting disekitar fish shelter. A fish shelter is a permanently constructed underwater structure designed to act as a refuge for fish, especially demersal and reef fishes. The function of this fish shelter is as a tool to restore the fertility of the habitat and ecology around the coast. The aim of this study is the recovery of fish stocks through fish shelters for sustainable utilisation. The methodology for data collection was direct recording of catches around the fish shelter by fishermen as enumerators, for 8 months from Maret to November 2023. Since 2015 the fish shelter the location has any fishing activities. However, the fish shelter fungsion provides a good nursery ground and shelter for several demersal fish, such as kuro, snapper, grouper and others. The frequency of fishing becomes more, and within 1 hour, 5 - 8 kg of fish can be caught. The number of economically important fish caught by fishermen was the highest around the fish shelter with 1.729 kg of snapper, 165 kg of grouper, 19 kg, 1.234 kuwe, 726 kg layang and 125 kg of kuro (senangin) fish. The weight composition of demersal fish was 54.80 % and pelagic fish was 45.20 %. Fish shelters in Brebes waters are very useful for developing reef or demersal fisheries, indicated by the catch of economically important fish species around fish shelters.