Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Analisis Faktor Risiko Terjadinya Stres Kerja pada Dokter Gigi di Kota Palembang Mutiah, Chelly; Malaka, Tan; Sitorus, Rico J
Sriwijaya Journal of Medicine Vol. 2 No. 1 (2019): Sriwijaya Journal of Medicine
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (738.268 KB)

Abstract

Stres kerja sering terjadi pada tenaga medis salah satunya dokter gigi. Stres kerja yang berkelanjutan bisa menyebabkan gangguan kesehatan seperti sakit tulang belakang (low back pain) dan sakit kepala (headache).Tujuanpenelitianiniadalah untuk menganalisis faktorrisikoterjadinya stres kerja pada dokter gigi di Kota Palembang. Penelitianini menggunakanpendekatan cross sectional. Sampelpenelitianadalah 85dokter gigi di rumah sakit dan puskesmas di Kota Palembang pada tahun 2017 yang dipilihsecaraacak(simple random sampling)Penelitian dilakukan dalam dua tahap, tahap pertama sampel melakukan pengisian angket; tahap kedua sampel yang berisiko stres dilakukan wawancara mendalam oleh psikolog.Hasil analisis menunjukan bahwa sampel yang berisiko stres sebanyak tiga orang (3.6%). Faktor risiko yang berpengaruh adalah kondisi lingkungan kerja p value= 0,037 (95%CI 0,98-1,26)dengan PR 1,11. Hasil wawancara psikolog mendapatkanbahwa 0,85% responden mengalami depresi ringan, dan 1,7% mengalami stres ringan. Evaluasi dan perbaikan fasilitas di lingkungan kerja dokter gigi perlu dilakukan oleh dinas kesehatan kota Palembang untuk mencegah peningkatan kejadian stres kerja pada dokter gigi dikemudian hari.
FAKTOR RISIKO KEJADIAN PERTUSIS PADA BAYI DAN ANAK – ANAK (SISTEMATIK LITERATURE REVIEW) Juliska, Shelly; Sitorus, Rico J; Hasyim, Hamzah
Mitra Raflesia (Journal of Health Science) Vol 16, No 2 (2024)
Publisher : LPPM STIKES BHAKTI HUSADA BENGKULU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51712/mitraraflesia.v16i2.394

Abstract

ABSTRAKPendahuluan: Kebangkitan (resurgence) pertusis saat ini terjadi hampir di seluruh dunia dengan insiden tertinggi terjadi pada bayi dan menyebabkan kematian pada kasus pertusis berat. Kasus kematian yang terjadi umumnya ditemukan pada bayi berusia < 6 bulan akibat komplikasi pertusis. Tujuan dari penyusunan studi literature ini adalah untuk mempelajari tentang faktor risiko infeksi pertusis pada bayi dan anak-anak. Metode : Metode yang digunakan yaitu studi literatur (literature review)  yang disusun melalui penelusuran literatur terkait pertusis menggunakan metode PRISMA (Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta Analysis).Hasil : Hasil menunjukkan bahwa faktor risiko pertusis pada bayi dan anak – anak dipengaruhi oleh usia, riwayat kontak dengan kasus pertusis, riwayat vaksinasi dan kualitas ventilasi udara yang buruk serta riwayat kelahiran premature dan berat badan lahir rendah (BBLR). Kesimpulan : Adanya faktor risiko pada kasus dugaan pertusis dapat bermanfaat untuk meningkatan kewaspadaan terhadap pertusis khususnya pada bayi dan anak – anak.Keyword : Faktor Risiko, Pertussis, Bayi, Anak – Anak, Case Control ABSTRACTBackground : The resurgence of pertussis infection worldwide with he highest reported incidence occurred in infants that caused death on severe cases. A review about risk factor of pertussis are necessary, especially risk factor of pertussis on infants and children in low and middle-income country are poorly understood. This paper aimed to study about risk factors of pertussis infection among infants and children. Methods : This paper used the systematic review. Articles are selected using the PRISMA (Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta Analysis).Results : The results show that risk factor for pertussis in infants and children are  infants < 3 months, household contacts, vaccination history and poor air ventilation, premature and low birth weight.Conclusion : The findings indicated risk factor of pertussis may be useful for increasing awareness of pertussis among infants and children.Keyword : Risk Factor,Pertussis,Infant, Children,Case Control
PENGARUH PERILAKU (KEBIASAAN BUANG AIR BESAR) DAN SANITASI LINGKUNGAN TERHADAP INFEKSI KECACINGAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR Septiani, Eichi; Fajar, Nur Alam; Sitorus, Rico J; Anwar, Chairil; Zulkarnain, Mohammad; Flora, Rostika
Jurnal 'Aisyiyah Medika Vol 6, No 1: Februari 2021 Jurnal 'Aisyiyah Medika
Publisher : stikes 'aisyiyah palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36729/jam.v6i1.579

Abstract

Latar Belakang: Sebagai negara beriklim tropis, Indonesia memiliki iklim dan kelembaban yang mendukung parasit cacing untuk tetap melangsungkan hidupnya. Kecacingan merupakan suatu masalah kesehatan yang masih dijumpai pada  masyarakat khususnya yang tinggal di negara tropis seperti Indonesia. Infeksi kecacingan lebih sering di jumpai pada anak, baik itu pra sekolah ataupun sekolah dasar. Tujuan: Untuk menganalisis pengarh perilaku dan sanitasi lingkungan terhadap infeksi kecacingan pada anak Sekolah Dasar. Metode: Penelitian ini menggunakan  rancangan studi cross-sectional yang dilakukan di Kabupaten Seluma yang dilaksanakan pada April 2020. Sampel berjumlah 140  anak yang  merupakan anak Sekolah Dasar usia 9-12 tahun dan berasal dari 5 kecamatan.  Pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling. Data dikumpulkan dengan cara wawancara dan observasi. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan feses untuk mengetahui infeksi kecacingan. Hasil: Hasil pemeriksaan feses didapatkan bahwa 37,9% anak mengalami infeksi kecacingan,  45,0% anak yang terinfeksi kecacingan mempunyai kebiasaan defikasi kurang baik, 45,7% anak yang terinfeksi kecacingan mempunyai sumber air kurang baik serta 25,0% anak yang terinfeksi kecacingan mempunyai tempat BAB kurang baik. Hasil uji chi square antara infeksi kecacingan dengan kebiasaan defikasi didapatkan nilai p= 0,201 dan PR = 1,66 ; infeksi kecacingan dengan sumber air didapatkan nilai p= 0,028 dan PR 2,3 ; infeksi kecacingan dengan  kebersihan kuku didapatkan nilai p=0,268 dan PR=0,57. Saran: Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Seluma dan jajarannya diharapkan terus menggalakkan lagi edukasi tentang pencegahan dan bahaya penyakit kecacingan serta melakukan pemberian obat cacing lebih rutin (6 bulan 1x) dan melakukan skrining infeksi STH untuk sebagai upaya preventif. Kata Kunci : Perilaku, Sanitasi Lingkungan, Kecacingan, Anak Sekolah Dasar