Friendship is at the peak of relationships; it is desired by each individual in an inter-subjective frame. In reality, even though you are missed, there are always challenges in being a friend to others, especially in times of difficulty. This article aims to ground the theology of friendship with others around halfway houses in the Central Surabaya area in the current situation. The research uses a qualitative approach with phenomenological methods combined with Paul Ricouer's hermeneutic scheme. Data from new phenomena was achieved through direct encounters with participants, which involved a dialogue in the real-event listening process. This research found that friendship is a primary need in the context of the central Surabaya community around the shelter and is the best condition for local people to learn the values of life. It is hoped that these findings will become material for reflection for the church to continue implementing the theology of inter-subjective friendship with others based on the values of Christ, deepening its relationships and increasing the creative development of the space for cosmic encounters.AbstrakPersahabatan berada pada puncak relasionalitas, ia didambakan oleh tiap pribadi dalam bingkai inter-subjektif. Pada kenyataannya, walau dirindukan selalu ada tantangan untuk hadir menjadi sahabat bagi liyan, apalagi di masa-masa penuh kesulitan. Artikel ini bertujuan membumikan teologi persahabatan bersama liyan di sekitar rumah singgah yang berada di wilayah Surabaya Pusat dalam konteks situasi kekinian. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologi yang dipadukan dengan skema hermeneutik Paul Ricouer. Data berupa fenomena segar digapai melalui perjumpaan langsung dengan para partisipan yang di dalamnya melibatkan proses mendengarkan in-the-real-event secara dialogis. Penelitian ini menemukan bahwa persahabatan adalah kebutuhan primer dalam konteks masyarakat Surabaya pusat sekitar rumah singgah dan menjadi kondisi terbaik untuk manusia setempat belajar tentang nilai-nilai kehidupan. Temuan-temuan ini diharapkan menjadi bahan refleksi bagi gereja untuk terus mengimplementasikan teologi persahabatan inter-subjektif dengan liyan bersadarkan nilai-nilai Kristus, makin memperdalam relasinya dan tetap meningkatkan pengembangan ruang perjumpaan kosmik secara kreatif