p-Index From 2020 - 2025
0.817
P-Index
This Author published in this journals
All Journal ZOOTEC
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Prevalensi infeksi parasit cacing Ascaris suum pada usus halus babi di tempat penampungan Desa Motoling, Minahasa Selatan Tiwa, A.J.; Podung, A.J.; Pudjihastuti, E.; Assa, G.V.J.; Paath, J.F.
ZOOTEC Vol 41, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (215.44 KB) | DOI: 10.35792/zot.41.2.2021.36804

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengukur prevalensi infeksi parasit cacing pada usus halus ternak babi di lokasi penampungan dan pemotongan Desa Motoling, Minahasa Selatan.  Penelitian ini menggunakan sampel 50 ekor ternak babi yang dipotong dan diambil usus halusnya dan diamati parasit cacing serta diukur prevalensinya berdasarkan ras ternak, jenis kelamin dan umur ternak. Metode penelitian yang digunakan yaitu ekplorasi deskriptif. Ternak babi yang ditampung dan dipotong selain berasal dari daerah sekitar tempat penampungan, juga berasal dari luar daerah, seperti Minahasa, Kotamobagu dan Palu. Berdasarkan hasil identifikasi parasit cacing dan pengamatan yang diperoleh pada penelitian ini, didapatkan cacing Ascaris suum. Prevalensi parasit Ascaris suum ditemukan dari sampel sebesar 12%, Infeksi parasit Ascaris suum hanya didapatkan pada babi ras jenis Landrace  dengan prevalensi 16,2%. Berdasarkan jenis kelamin ternak, prevalensi parasit cacing lebih tinggi pada ternak jantan 21,1%, sedangkan ternak betina prevalensi 6,5%. Berdasarkan umur, didapati tingkat infeksi tertinggi pada kelompok umur ternak 6-7 bulan dengan prevalensi 19,2%, umur 7 – 8 bulan prevalensi sebesar 5,0%.  Kesimpulannya teridentifikasi cacing dewasa Ascaris suum menginfeksi usus halus ternak babi di tempat penampungan babi siap potong di Desa Motoling.  Prevalensi infeksi lebih tinggi pada kelompok babi ras landrace dibandingkan Duroc dan babi lokal.  Berdasarkan jenis kelamin ternak, prevalensi infeksi A. suum lebih tinggi pada babi jantan dibandingkan betina.  Berdasarkan umur babi, prevalensi infeksi A. suum lebih tinggi pada babi umur 6-7 bulan dibandingkan babi diatas umur 7 dan 8 bulan.Kata Kunci : , Ternak babi , usus halus , Ascaris suum
Efisiensi reproduksi sapi perah betina peranakan Friesian Holstein di Balai Pengembangan Bibit Ternak dan Benih Pertanian Unit Tampusu Ngangi, L.R.; Turangan, S.H.; Sane, S.; Bujung, J.R.; Rimbing, S.C.; Podung, A.J.
ZOOTEC Vol. 44 No. 2 (2024)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sapi perah Friesian Holstein (FH) merupakan salah satu sumber daya alam dan juga merupakan sumber protein hewani (susu) yang dibutuhkan oleh manusia, namun dalam upaya perkembangannya di Sulawesi Utara khususnya di Tampusu pengelola peternakan masih belum mengenal dan atau menerapkan manajemen reproduksi. Kendala dalam pelaksanaan manajemen reproduksi sapi perah di Balai Pengembangan Bibit Ternak dan Benih Pertanian (BPBTBP) unit Tampusu berpotensi untuk tidak tercapainya performa reproduksi sapi perah betina FH yang diharapkan dan berdampak pada efisiensi reproduksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi reproduksi sapi perah Friesian Holstein (PFH) yang dipelihara di BPBTBP. Penelitian ini telah dilaksanakan dengan menggunakan metode survei. Parameter yang diukur adalah: umur pertama kawin (UPK), umur pertama beranak (UPB), Service Per Conception (S/C), Calving Interval (CI), Estrus Post Partum (EPP). Data yang diperoleh ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif dan ditampilkan dalam bentuk tabel, gambar dan diagram. Hasil penelitian menunjukkan angka capaian rata-rata untuk UPK 2,6 ± 0,89 ; UPB 3,6 ± 0,89 tahun, S/C 2,8 ± 0,45 kali, CI 24 ± 0 bulan, CR 0% dan EPP 90 ± 7,07 hari. Kesimpulan : Ditinjau dari aspek angka capaian rata-rata UPK, UPB, S/C, CI, CR dan EPP maka dapat disimpulkan bahwa sapi FH yang ada di BPBTBP unit Tampusu memiliki efisiensi reproduksi yang rendah. Kata Kunci :Efisiensi reproduksi, sapi perah, Tampusu
Performa produksi dan reproduksi induk babi di PT. Golden Mulia Farm Kabupaten Mimika Provinsi Papua Tengah Purba, A.D.; Onibala, J.S.I.T.; Podung, A.J.
ZOOTEC Vol. 45 No. 1 (2025)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi performa produksi dan reproduksi induk babi. Penelitian ini dilaksanakan  selama empat bulan dan menggunakan 10 ekor induk babi yang baru pertama kali beranak (umur 6 - 8 bulan) dan 104 ekor anak babi. Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis kuantitatif dengan metode survei. Data diperoleh merupakan data primer yang berasal dari pengamatan langsung di lapang (di kandang) dan wawancara dengan pemilik peternakan. Variabel yang diukur pada penelitan ini yaitu performa produksi yang terdiri atas: litter size, bobot lahir, dan bobot sapih. Performa reproduksi induk babi, yang terdiri atas: umur kawin, service per conception (S/C), dan lama kebuntingan. Analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif yang diolah dengan Program Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 26. Hasil penelitian menunjukkan performa produksi induk babi di PT Golden Mulia Farm adalah sebagai berikut: litter size  10,40 ± 2,46 ekor, bobot lahir 1,56 ± 0,157 kg/ekor dan bobot sapih  6,28 ± 0,74 kg/ekor. Performa reproduksi induk babi adalah sebagai berikut:  umur kawin 7.25 ± 0,79 bulan, service per conception (S/C) yaitu: 2.1 ± 0.88, dan lama kebuntingan yaitu adalah 114,9 ± 1.45 hari. Dengan demikian, performa produksi induk babi berdasarkan variabel litter size, bobot lahir dan bobot sapih dikategorikan baik.  Begitu pula tentang performa reproduksi induk babi berdasarkan variabel umur kawin dan lama kebuntingan dikategorikan baik.  Berdasarkan parameter Service per conception (S/C) yang tinggi.  Nilai S/C tinggi menunjukkan nilai kesuburan yang rendah, maka dikategorikan kurang baik. Kata kunci: performa produksi, reproduksi, ternak babi