Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Hubungan merokok dengan saturasi oksigen pada pegawai di fakultas kedokteran universitas Sam Ratulangi Manado Septia, Nindirah; Wungouw, Herlina; Doda, Vanda
e-Biomedik Vol 4, No 2 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i2.14611

Abstract

Abstract: Smoking is an overt behavior in which smokers inhale tobacco rolls. The degree of smoking can be determined based on the Brinkman index. Global Adults Tobacco Survey (GATS) estimates there are currently 7.9 billion adults who are actively smoking and 3.5 billion people are exposed to secondhand smoke in the workplace. This research aims to identify oxygen saturation of smokers and the correlation between smoking and oxygen saturation of administration staffs in the Medical Faculty of Sam Ratulangi University Manado. This research was a cross sectional study that was conducted on 30 administration staffs at the Faculty of Medicine, University of Sam Ratulangi. The correlation analysis was carried out using Kruskall-Wallis. Most respondents were mild smokers (63.33%) with the average oxygen saturation 98.37. Moderate Smokers have an average oxygen saturation of 97.86, and heavy smokers 96.25. All respondents had an average oxygen saturation of 97.97. All respondents are still categorized as having normal oxygen saturation (95-100%). Conclusion: There is a significant correlation between smoking and oxygen saturation. The more severe the degree of smoking, the lower level of oxygen saturation obtained in the blood.Keywords: smoking, oxygen saturation, administration staff. Abstrak: Merokok merupakan overt behavior dimana perokok menghisap gulungan tembakau. Derajat merokok dapat ditentukan berdasarkan Index Brinkman. Global Adults Tobacco Survey (GATS) memperkirakan terdapat 7,9 milyar orang dewasa saat ini perokok aktif dan 3,5 milyar orang terpapar asap rokok di tempat kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui saturasi oksigen pada perokok dan hubungan merokok dengan saturasi oksigen pada pegawai di Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan rancangan penelitian potong lintang yang dilakukan pada 30 pegawai di Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado dengan uji statistik Kruskal-Wallis. Penelitian ini memiliki nilai p < 0,05. Responden terbanyak adalah perokok derajat ringan (63,33%) dengan saturasi oksigen rata-rata 98,37. Perokok derajat sedang memiliki saturasi oksigen rata-rata 97,86 sedangkan perokok derajat berat 96,25. Seluruh responden memiliki saturasi oksigen rata-rata 97,97. Seluruh responden masih termasuk kategori saturasi oksigen baik (95-100%). Simpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara merokok dengan saturasi oksigen. Semakin berat derajat merokok maka semakin rendah kadar saturasi oksigen dalam darah. Kata kunci: merokok, saturasi oksigen, pegawai.
KOMPETENSI BUDAYA DALAM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA: TINJAUAN SISTEMATIS TREN DAN TANTANGAN Septia, Nindirah; Nurhaliza, Sabilla; Nursanty, Oktamia; Veranita, Mira
JURNAL PENDIDIKAN, HUMANIORA, LINGUISTIK DAN SOSIAL (JAGADDHITA) Vol 3 No 2 (2025): Vol. 3 No. 2 Maret 2025
Publisher : ABISATYA DINAMIKA ISWARA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58268/jg.v3i2.156

Abstract

Dalam era globalisasi yang ditandai oleh keragaman budaya dan mobilitas tenaga kerja yang tinggi, kompetensi budaya menjadi aspek krusial dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM). Kompetensi budaya tidak hanya mencakup pemahaman tentang berbagai budaya, tetapi juga kemampuan untuk berinteraksi secara efektif dengan individu dari latar belakang yang berbeda. Organisasi harus mampu mengelola keragaman budaya untuk mencapai kinerja yang optimal. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan tinjauan sistematis terhadap tren dan tantangan dalam pengembangan kompetensi budaya di tempat kerja. Penelitian ini menggunakan pendekatan tinjauan sistematis dengan mengumpulkan dan menganalisis literatur yang relevan. Dilakukan pencarian di google sholar terdapat total 150 makalah yang relevan, setelah diterapkan kriteria inklusi dan eksklusi, jumlah makalah yang memenuhi syarat menjadi 45 makalah.Banyak organisasi telah mengadopsi praktik pelatihan untuk meningkatkan kompetensi budaya, tetapi masih banyak tantangan yang terdapat di tempat kerja seperti resistensi terhadap perubahan dan kurangnya evaluasi.Untuk meningkatkan kompetensi budaya dalam pengembangan SDM, organisasi perlu mengadopsi pendekatan yang lebih terintegrasi dan melibatkan semua level dalam organisasi.
PERUBAHAN PARADIGMA PEMASARAN: STUDI LITERATUR PERALIHAN DARI EKSKLUSIVITAS PRODUK KE NILAI SOSIAL : Shifting from Exclusivity to Social Value: A Literature Review of Marketing Philosophy Evolution Septia, Nindirah; Ni Luh Putu Adinda Tasya Saraswati; Mahesa Krishna; Nadia Dara Ayundha; Nani Asrini
JURNAL PENDIDIKAN, HUMANIORA, LINGUISTIK DAN SOSIAL (JAGADDHITA) Vol 4 No 1 (2025): Vol. 4 No. 1 September 2025
Publisher : ABISATYA DINAMIKA ISWARA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58268/jg.v4i1.199

Abstract

ABSTRACT Background: The shift in marketing paradigm reflects a transition from a focus on product exclusivity to an emphasis on social value. Increasing social and environmental awareness compels companies to integrate social values into their marketing strategies. Objective: This paper aims to explore this shift and analyze its impact on consumer behavior and more sustainable marketing strategies. Method: This research was conducted through a systematic literature review. A total of 20 relevant academic sources were selected based on inclusion and exclusion criteria, including articles discussing social marketing, the impact of social values, and consumer behavior. Results: The analysis results indicate that companies adopting social values in their marketing not only enhance brand image but also foster customer loyalty. However, challenges such as the risk of "woke-washing" and consumer skepticism must be carefully managed. Conclusion: This shift presents significant opportunities for companies to strengthen their relationships with consumers. Therefore, companies are encouraged to ensure that the social values they promote are authentic and relevant, as well as to conduct effective outreach to build public trust. Keywords: brand credibility, product exclusivity, social marketing, social value, woke-washing. ABSTRAK Latar belakang: Perubahan paradigma pemasaran menunjukkan pergeseran dari fokus pada eksklusivitas produk ke penekanan pada nilai sosial. Meningkatnya kesadaran sosial dan lingkungan mendorong perusahaan untuk mengintegrasikan nilai-nilai sosial dalam strategi pemasaran mereka. Tujuan: Makalah ini bertujuan untuk mengeksplorasi pergeseran ini dan menganalisis dampaknya terhadap perilaku konsumen serta strategi pemasaran yang lebih berkelanjutan. Metode: Penelitian ini dilakukan melalui analisis literatur sistematis. Sebanyak 20 sumber akademis yang relevan dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi, mencakup artikel yang membahas pemasaran sosial, dampak nilai sosial, serta perilaku konsumen. Hasil: Hasil analisis menunjukkan bahwa perusahaan yang mengadopsi nilai sosial dalam pemasaran tidak hanya mampu meningkatkan citra merek, tetapi juga mendorong loyalitas pelanggan. Namun, tantangan seperti risiko "woke-washing" dan skeptisisme konsumen perlu dikelola dengan baik. Kesimpulan: Pergeseran ini menawarkan peluang signifikan bagi perusahaan untuk memperkuat hubungan dengan konsumen. Oleh karena itu, perusahaan diharapkan memastikan bahwa nilai sosial yang diusung adalah autentik dan relevan, serta melakukan sosialisasi yang efektif untuk membangun kepercayaan masyarakat. Kata kunci: eksklusivitas produk, nilai sosial, kredibilitas merek, pemasaran sosial, woke-washing.