Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Kondisi fisik kelautan habitat ditemukannya Latimeria menadoensis di selatan Teluk Manado Isti Utami Indah Sari Ali; Kawilarang W. A. Masengi; Lusia Manu; Alfret Luasunaung; Janny F. Polii; Revols D. Ch Pamikiran; Arman Thamin
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 4 No. 2 (2019): Desember
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.4.2.2019.24231

Abstract

The movement of the water mass on the ocean or known as current is a very complex natural phenomenon. That related to the variation of the controlling factors. This research was based on descriptive method to obtain the information about the problem being studied.  Data collected by operating the three oceanographic tools that area floater current meter, tidal gauges, and wave gauges. Data collection were carried out during the day and night of two locations which tidal and wave high were measured at 1O 27 '39.90 " N and 124O 49' 7.84" E and 1O 28’ 22.86” N, 124O 48’ 40.6” E. Current was measured by eularian and lagrangian methods. Current pattern on the location of Latimeria menadoensis was catched shown that the current direction was eastward last quarter and contrast on fullmoon with the mean wave energy is 1.46 joule.ABSTRAKPergerakkan massa air atau dikenal dengan arus merupakan fenomena yang sangat kompleks. Hal ini berkaitan dengan besarnya variasi dari faktor-faktor pengontrol terjadinya arus di perairan.  Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif yaitu untuk memperoleh informasi tentang persoalan yang sedang diteliti. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengoperasikan tiga alat pengukur kondisi oseanografis, yaitu alat pengukur arus (floater current meter), alat pengukur pasang surut, dan alat pengukur gelombang. Pengambilan data dilaksanakan pada siang hari dan malam hari yang dilakukan pada dua titik lokasi pengambilan data yaitu, lokasi pengambilan data pasang surut dan gelombang pada titik GPS 1O 27’ 39.90” N, 124O 49’ 7.84” E (pesisir pantai) dan lokasi pengambilan data arus metode eularian dan lagrangian pada area sekitar titik GPS 1O 28’ 22.86” N, 124O 48’ 40.6” E (± 0,82 mil laut dari pesisir pantai). Pola arus dimana Latimeria menadoensis tertangkap menunjukkan dominan ke arah timur pada saat perbani akhir dan berlawanan saat bulan purnama dengan energi gelombang rata-rata sebesar 1.46 joule.
Batimetri Di Perairan Sekitar Muara Sungai Tondano Chelsia Dwi Iswara; Lusia Manu; Lefrand Manoppo; Arman Thamin
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 7 No. 1 (2022): Januari-Juni
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.v7i1.36926

Abstract

Sungai Tondano terletak di jantung kota Manado dan memainkan peranan penting pada kehidupan warganya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk dasar laut di perairan muara Sungai Tondano.  Pengambilan data dilakukan melalui survei dengan metode akustik. Pengukuran kedalaman perairan dimulai dari perairan Kawasan Megamas pada titik koordinat 1.48775° LU dan 124.82561° BT sampai perairan Pelabuhan Perikanan Tumumpa yang terletak pada titik koordinat 1.48623° LU dan 124.82964° BT. Kedalaman pada perairan sekitar muara Sungai Tondano berkisar antara 0 – 237 meter. Nilai kedalaman terendah yaitu 0 meter berada di dekat Pelabuhan Perikanan Tumumpa, sedangkan nilai kedalaman tertinggi yaitu 237 meter berada di perairan Kawasan Mega Mas.
Studi Jangkauan Penetrasi Cahaya Lampu Led Dalam Air Di Perairan Selat Lembeh Christian Risky Pandeirot; Lefrand Manoppo; Ivor Lembondorong Labaro; Meta Sonja Sompie; Frangky Erens Kaparang; Arman Thamin; Revols D. Ch. Pamikiran
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 7 No. 1 (2022): Januari-Juni
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.v7i1.37455

Abstract

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki garis pantai terpanjang nomor 2 (dua) di dunia dengan panjang 99.093 km(DJPRL, 2018).Indonesia memiliki wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil yang luas dan bermakna strategis sebagai pilar pembangunan ekonomi nasional. Selain memiliki nilai ekonomis, sumberdaya kelautan juga mempunyai nilai ekologis, di samping itu, kondisi geografis Indonesia terletak antara lautan Pasifik dan lautan Hindia (Hartono, 2013).Penelitian ini dilakukan di perairan Selat Lembeh Desa Binuang Kecamatan Lembeh Utara Kota Bitung Melalui survey di atas bagan yang didasarkan pada metode deskriptif, dengan tujuan untuk mengetahui jangkauan penetrasi cahaya lampu LED dalam air di lokasi penempatan bagan, dan mendapatkan model matematis hubungan antara jarak dan perobahan kuat penetrasi cahaya untuk masing-masing warna lampu.Pengambilan data dilakukan pada malam hari sekitar jam 20:00 WITA sampai dengan jam 21:00 WITA, dengan cara mengukur intensitas cahaya pada sumber cahaya dengan menggunakan luxmeter pada jarak-jarak jarak 0,5 meter, 1 meter, 1,5 meter, 2 meter, 2,5 meter, 3 meter, 3,5 meter, 4 meter, 4,5 meter, 5 meter, 5,5 meter, dan 6 meter dengan kedalaman 1 meter.Jangkauan terbesar penetrasi cahaya lampu LED dalam air adalah cahaya lampu warna putih, kemudian diikuti oleh warna biru, warna hijau, dan warna merah. Hasil analisis hubungan antara jarak dan perubahan kuat penetrasi cahaya untuk masing-masing warna lampu adalah sebagai berikut : I = 52,46 . e- 1,70 (r)(putih), I = 56,27 .e– 2,08 (r) (biru), I = 57,63 .e- 2,28 (r) (hijau), dan I = 39,80 .e– 2,53 (r)(merah), yang berarti bahwa semakin bertambah jarak (r), maka intensitas cahaya akan semakin berkurang.
Pengaruh jenis umpan terhadap hasil tangkapan rawai dasar di Desa Wamesa Kabupaten Kaimana Provinsi Papua Barat Odis Jefri Sawi; Lefrand Manoppo; Fransisco P.T. Pangalila; Arman Thamin
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 7 No. 1 (2022): Januari-Juni
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.v7i1.37713

Abstract

Prospek perikanan di Indonesia sangat baik, hal ini ditinjau dari segi potensi yang cukup besar di perairan Indonesia sangat baik, sedangkan tingkat pemanfaatannya sangat rendah. Oleh karena itu usaha penangkapan sangat perlu ditingkatkan. Indonesia memiliki potensi laut seluas 12.123.383 hektar, namun dalam pemanfaatannya pada tahun 2014, baru sebesar 2,7% atau 325.825 hektar, artinya masih ada 97,3% yang masih bisa dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia (Wibowo H. dkk. 2019).Desa Wamesa merupakan salah satu desa di Provinsi Papua Barat, yang memanfaatkan sumberdaya perikanan masyarakat menggunakan alat tangkap pancing rawai dasar menggunakan umpan alami seperti ikan slyer (Anodontostoma chacunda) dan ikan bulanak (Mugil sp), namun nelayan belum mengetahui penggunaan umpan alami apa yang paling cocok dan memberikan hasil tangkapan terbanyak. Hasil tangkapan rawai dasar berupa ikan-ikan demersal dan karang serta ikan pelagis kecil lainnya.Berdasarkan pemikiran di atas, maka dilakukan penelitian tentang pengaruh penggunaan jenis umpan terhadap jumlah tangkapan pancing rawai dasar di wilayah Papua Barat. Penelitian ini dilaksanakan di perairan Desa Wamesa Kecamatan/distrik Kambrauw Kabupaten Kaimana Provinsi Papua Barat yang berlangsung dari bulan Agustus sampai Desember 2021. Penelitian ini bertujuan untuk Membandingkan jenis umpan apa yang memberikan hasil tangkapan yang terbanyak pada rawai dasar. Mengetahui komposisi hasil tangkapan dengan pancing rawai dasar berdasarkan jenis umpan, yaitu umpan ikan slayer (Anodontosoma chacunda) dan umpan ikan bulanak (Mugil sp).Dari hasil penelitian, jumlah hasil tangkapan pancing rawai dasar selama 5 hari pengoperasian sebanyak 45 ekor ikan dimana umpan ikan slayer (Anodontosoma chacunda) berjumlah 29 ekor lebih banyak dibandingakan dengan pancing rawai dasar yang menggunakan umpan ikan bulanak (Mugil sp) dengan jumlah 16 ekor, hal ini menunjukan umpan ikan slayer (Anodontosoma chacunda) lebih banyak dibandingkan dengan ikan bulanak (Mugil sp), tetapi secara statistik nilai uji T memberikan hasil Thitung = 0,2234 lebih kecil dibandingkan dengan Ttable = 2,3060 menerangkan bahwa Ho diterima memberikan arti bahwa tidak ada perbedaan yang nyata dari perlakuan jenis umpan ikan slayer (Anodontosoma chacunda) dan ikan bulanak (Mugil sp) yang digunakan pada pancing rawai dasar.
Mapping of Fishing Areas and Fish Catches by Purse Sine KM. Rebert Tinambunan, Deviana; Silooy, Fanny; Luasunaung, Alfret; Labaro, Ivor Lembondorong; Kayadoe, Mariana E; Sitanggang, Effendi Pengihutan; Thamin, arman; Dien, Heffry V
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 10 No. 1 (2022): ISSUE JANUARY-JUNE 2022
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.v10i1.39694

Abstract

The division of Indonesian waters into several fisheries management areas illustrates very different habitat characteristics and has a diversity of biological resources that may vary. WPPNRI 716 is a management area in Indonesian waters which includes the waters of the Sulawesi Sea and the northern part of Halmahera Island. This research was carried out by the purse seiner KM. Rebert carried out fishing operations in the waters of the Sulawesi Sea at WPPNRI 716. Data collection was carried out for 4 months, namely from October 2021 - to January 2022, with the aim of knowing the distribution area of catching and KM. Rebert catches. KM. Rebet catchment area based on the GPS point is located at WPPNRI 716, which is 81.5 miles from the fishing base (Tumumpa Beach Fishery Port). The number of catches in October (trip 1) was 6350 kg, in October (trip 2) was 4807 kg, in November (trip 3) was 10245 kg, in December (tip 4), was 4234 kg, in December (trip 5) as much as 4280 Kg, in January (trip 6) as many as 2645, and in January (trip 7) 4350 Kg. Judging from the type of catch during the research, there was 13265 kg of mackerel scad (Decapterus sp), then 12953 kg of skipjack tuna (Katsuwonus pelamis L), 4884 kg of yellowfin tuna (Thunnus albacares), and 4100 kg of mackerel tuna (Euthinnus affinis). Selar fish (Selaroides sp) as much as 904 Kg, jackfish (Caranx sp) as much as 500 Kg, rainbow runner fish (Elagatis bipinnulatus) as much as 350 Kg, and the lowest is bullet tuna (Auxis rochei) fish as much as 55 Kg.Keywords: Mapping; KM. Rebert; Purse SeinerAbstrakPembagian wilayah perairan Indonesia ke dalam beberapa kawasan pengelolaan perikanan menggambarkan karakteristik habitat yang sangat berbeda dan memiliki keanekaragaman sumberdaya hayatinya yang dapat saja berbeda. WPPNRI 716 merupakan wilayah pengelolaan di perairan Indonesia yang meliputi perairan Laut Sulawesi dan sebelah Utara Pulau Halmahera.Penelitian ini dilaksanakan kapal pukat cincin (purse seiner) KM. Rebert yang melakukan operasi penangkapan ikan di perairan Laut Sulawesi pada WPPNRI 716.  Pengambilan data dilakukan selama 4 bulan yaitu pada bulan Oktober 2021 - Januari 2022, dengan tujuan untuk mengetahui daerah sebaran penangkapan dan hasil tangkapan KM. Rebert. Daerah penangkapan KM. Rebet berdasarkan titik GPS berada pada WPPNRI 716 yang berjarak dari fishing base (Pelabuhan Perikanan Pantai Tumumpa) ± 81,5 mil. Jumlah hasil tangkapan pada bulan bulan Oktober (trip 1) sebanyak 6350 Kg, bulan Oktober (trip 2) sebanyak 4807 Kg, bulan November (trip 3) sebanyak 10245 Kg, bulan Desember (tip 4), sebanyak 4234 Kg, bulan Desember (trip 5) sebanyak 4280 Kg, bulan Januari (trip 6) sebanyak 2645, dan bulan Januari (trip 7) 4350 Kg. Dilihat dari jenis tangkapan selama penelitan adalah ikan layang (Decapterus sp) sebanyak 13265 Kg, kemudian ikan cakalang (Katsuonus pelamis L) sebanyak 12953 Kg, ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacares) sebanyak 4884 Kg, ikan tongkol (Auxis rochei) sebanyak 4100 Kg ikan selar (Selaroides sp) sebanyak 904 Kg, ikan kuwe (Caranx sp) sebanyak 500 Kg, ikan sunglir (Elagatis bipinnulatus) sebanyak 350 Kg, dan yang paling rendah adalah ikan tongkol (Auxis rochei) sebanyak 55 Kg.Kata Kunci:Pemetaan; KM. Rebert; Pukat Cincin. 
Length Weight Relationship of Bigeye Scad (Selar crumenophthalmus) Catch by Purse Seine in Manado Bay Makarondong, Geral Manuel; Sitanggang, Effendi P.; Labaro, Ivor L.; Luasunaung, Alfret; Manoppo, Lefrand; Pangalila, Fransisco P. T.; Thamin, Arman
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 10 No. 1 (2022): ISSUE JANUARY-JUNE 2022
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.v10i1.39718

Abstract

The intensity of the catch of bigeye scad (Selar crumenophthalmus), is expected to cause problems in the availability of these fish resources. The purpose of this research is to analyze the Length-weight relationship of Bigeye scad caught by purse seine in Manado Bay. as well as to evaluate the results of the analysis of the Length-weight relationship and the catchment feasibility of the catch to support the sustainability of the potential of bigeye scad resources. The method used in this study is a quantitative method. conducted at Tumumpa Manado Coastal Fisheries Port, using fork length measurement data (FL) and weight of bigeye scad taken by the author under the guidance of lecturers in May 2021 and November 2021. Length-weight relationship of bigeye scad caught in May 2021 follows the equation W = 0,0249 L2.8057 with K = 1.01 and in November 2021 W = 0,0207 L2.9151. The type of bigeye scad in both seasons is categorized as negative allometric. This fish is categorized as unfit to catch (Lc < Lm). The structure of the catch in May 2021 obtained an average length of 10.26 ± 0.26 cm and an average weight of 18.03 ± 1.51 g where 51% were caught at a size of 9.8-10.8 cm and 46% had a weight of 11.0-16.0 g. while in November 2021 the average length was 10.90 ± 0.28 cm and the average weight was 22.53 ± 1.76 g where 50% were caught at a size of 10.0-11.0 cm and 31% g weight 21.0-26.0 g.Keywords: Bigeye Scad; Length Weight Relationship; Decent Catch; Purse Sein; Manado BayAbstrakIkan Selar bentong memiliki cita rasa enak, disukai masyarakat, dan harganya pun murah. Intensitas ketertangkapan jenis ikan ini, diduga kelak akan menimbulkan masalah ketersediaan sumberdaya ikan ini. Tujuan penelitian ini menganalisis hubungan panjang berat ikan selar bentong hasil tangkapan kapal pukat cincin (purse seiners) di Teluk Manado, serta Mengevaluasi hasil analisis hubungan panjang berat ikan selar bentong dengan kelayakan tangkap hasil tangkapan untuk menopang keberlanjutan potensi sumberdaya ikan selar bentong ini. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode kuantitatif, dilakukan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tumumpa Manado, dengan menggunakan data ukuran panjang cagak (fork length, FL) dan berat ikan selar bentong yang diambil oleh penulis di bawah bimbingan dosen pada Mei 2021 (musim Pancaroba I) dan November 2021 (musim Pancaroba II) yang tertangkap purse seiners di Teluk Manado. Hubungan panjang berat ikan selar bentong yang tertangkap pada Mei 2021 mengikuti persamaan W = 0,0249 L2.8057 dengan K = 1.01 dan pada November 2021 W = 0,0207 L2.9151. Tipe pertumbuhan ikan selar bentong pada kedua musim tersebut terkategori alometrik negatif (b < 3), ikan ini terkategori tidak layak tangkap (Lc < Lm). Struktur hasil tangkapan pada Mei 2021 diperoleh panjang rerata 10.26 ± 0.26 cm dan berat rerata 18.03 ± 1.51 g, di mana 51% tertangkap pada ukuran 9.8 - 10.8 cm dan 46% memiliki berat 11.0-16.0 g, sementara pada November 2021 panjang rerata 10.90 ± 0.28 cm dan berat rerata 22.53 ± 1.76 g, di mana 50% tertangkap pada ukuran 10.0-11.0 cm dan 31% memiliki berat 21.0-26.0 g.  Kata Kunci: Selar Bentong; Hubungan Berat Panjang; Kelayakan Tangkap; Pukat Cincin; Teluk Manado