Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

The Status of Bottom Hand Line Catch in Buyat Bay Fransisco P.T Pangalila, 1; Jhonny Budiman, 2; Aglius T.R. Telleng, 3; Emil Reppie, 4
Journal IPTEKS Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Vol 1, No 2 (2014)
Publisher : Journal IPTEKS Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The purpose of this study was to determine the status of demersal fishing and make a thematic map location of the fishing activities. The research was carried out around Buyat Ratatotok Southeast Minahasa regency, for 7 months beginning with the planning phase tothe writing of the report. This research was done by using a survey method that is based on adescriptive approach. Caught as many as 96 species of fish catches dominant base with as many as 12 types, namely trevallies buliling and blue (Carangoides gymnostethus), trevallies pongko (Carangoides fulvoguttatus), trevallies box, yellow and Wayan (Carangoides ferdau), trevallies Napo and trevallies lao (Citula armatus), trevallies mopi (Caranx ignobilis), trevallies sangkalade and sangkapete (Carangoides uii) and trevallies Sepo (Seriola dumerili). All types of fish caught by rod dodango . Basic fishing season occurs during the seven months of the year, in January and March, then in May to July and in November and December. Maximum sustainable catches made as many as 25 trips per day by the number of catches as many as152 birds. The average size of the catch weight of 1.5 kg or so carrying capacity of 228 kg of biomass per day. When per kg catch for Rp.10.000,- then every fisherman has a revenue of Rp. 90.000,- per day basis tertagkap fish in the waters around Buyat with the locations of existing Napo with a depth range between 30 and 80 meters.
Kajian Perikanan Tangkap Mene maculata di Teluk Buyat Pangalila, Fransisco P.T.; Budiman, Johny; Telleng, Aglius T.R.; Reppie, Emil
Jurnal IPTEKS Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Vol 1, No 2 (2014)
Publisher : Jurnal IPTEKS Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (136.64 KB)

Abstract

Moonfish (Mene maculata) known locally as bete tamako or peda cina, is one of the  economically important fish resources resulting from Buyat Bay. Although it has relatively small size (estimated length 25-30 cm), but the fish has a good taste. The presence of moonfish is usually a sign of sailfish fishing season in the Buyat Bay. Common fishing gear used to catch moonfish is hand line , noru.  However, scientific information about the status of moonfish fishery was not yet understood. Therefore, this study aims to determine the status of moonfish fishery and map out the fishing location.  This research was conducted in the Buyat Bay, Ratatotok District, Southeast Minahasa Regency (March-September 2013); using a survey method with a descriptive approach. Catch data were analyzed by a surplus production model.  These results informed that the maximum sustainable yields (MSYs)  was 1707 fish/trip/year where the number of  the suitable fishing trips was 470 trips.
Status Hasil Tangkapan Perikanan Pancing Dasar di Perairan Teluk Buyat Pangalila, Fransisco P.T.
Jurnal IPTEKS Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Vol 2, No 3 (2015)
Publisher : Jurnal IPTEKS Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (858.117 KB)

Abstract

Perairan Teluk Buyat memiliki topografi dasar yang kompleks, dengan terumbu buatan (reef ball) yang ditebarkan oleh PT Newmont Minahasa Raya sekitar 10 tahun  yang lalu. Oleh karena itu alat tangkap yang dapat dioperasikan di daerah itu hanya terbatas pada pancing dasar.  Tujuan penelitian ini adalah adalah untuk mengetahui status perikanan tangkap pancing ikan dasar dan membuat peta tematik lokasi penangkapan.Penelitian ini dilaksanakan di sekitar Teluk Buyat Kecamatan Ratatotok Kabupaten Minahasa Tenggara, selama 7 bulan yang diawali dengan tahap perencanaan sampai dengan penulisan laporan. Penelitian ini dikerjakan dengan menggunakan metode survei yang didasarkan pada pendekatan deskriptif. Tertangkap sebanyak 96 jenis ikan dasar dengan tangkapan yang dominan sebanyak 12 jenis, yaitu Bobara buliling dan biru (Carangoides gymnostethus), bobara pongko (Carangoides fulvoguttatus), bobara kotak, kuning dan wayan (Carangoides ferdau), bobara napo dan bobara lao (Citula armatus), bobara mopi (Caranx ignobilis), bobara sangkalade dan sangkapete (Carangoides uii) dan bobara sepo (Seriola dumerili). Semua jenis ikan tertangkap dengan pancing dodango.Musim penangkapan ikan dasar terjadi selama tujuh bulan dalam setahun, yaitu pada bulan Januari dan Maret, kemudian pada bulan Mei hingga Juli dan bulan Nopember serta Desember. Tangkapan maksimum yang lestari dilakukan sebanyak 25 trip per hari dengan jumlah tangkapan sebanyak 152 ekor.  Rata-rata tangkapan berukuran berat 1,5 kg dengan demikian biomassa sebesar 228 kg per hari. Bila per kg tangkapan sebesar Rp. 10.000,- maka setiap nelayan mempunyai pendapatan sebesar Rp. 90.000,- per hari. Ikan dasar tertangkap di sekitar perairan Buyat dengan lokasi-lokasi napo yang ada dengan kisaran kedalaman antara 30 hingga 80 meter. 
STABILITAS STATIS KAPAL POLE AND LINE KM ALDEIS DI PELABUHAN PERIKANAN AERTEMBAGA BITUNG SULAWESI UTARA Pangalila, Fransisco PT
JURNAL PERIKANAN DAN KELAUTAN TROPIS Vol 7, No 1 (2011)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (283.375 KB) | DOI: 10.35800/jpkt.7.1.2011.10

Abstract

The uncertainty of ocean conditions, such as currents and waves, affects the maneuver ability and stability of vessel on the water. For this reason, a fishing vessel should fulfil specific prerequisites, such as strong vessel construction, good stability to extreme oceanic conditions, good maneuver ability, and thrust.  “Aldeis” boat has a dimension of 15.50 m long, 2.80 m wide, and 1.10 m deep. Average ratio of those parameters was 5.50 for L/B, 13.05 for L/D and 2.37 for B/D, rspectively.  The coefficient values of the boat shape were Cb = 0.54 for Cb, Cp = 0.73 for Cp, 0.74 for C and 0.79 for C3, respectively.  The boat possessed a maximum shakes to 140 of the boat slant when the righting arm was at 0.20 m of the center point.
STABILITAS STATIS KAPAL IKAN TIPE LAMBUT TERSANJUNG YANG BERPANGKALAN DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA AERTEMBAGA KOTA BITUNG PROPINSI SULAWESI UTARA Pangalila, Fransisco PT
JURNAL PERIKANAN DAN KELAUTAN TROPIS Vol 6, No 3 (2010)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (542.9 KB) | DOI: 10.35800/jpkt.6.3.2010.160

Abstract

Ship is water vehicle with any shape and any purpose, mechanically powered or by windvor tug and categorized as a multipurpose platform. It could be operated underwater or in the surface of water and could function merely as a floating static structure.  The natural condition is the fish catching area are unpredictable as the wave an current of the water could disturbing the maneuverability and the stabilty of the ship. For that purpose the fish catching ship should have and meet the criterion of robust construction and strong structure to deal with the extreme condition in the sea and also should have a good maneuverability and enough power to make it move steadily. The total lenght of the sample ship Tersanjung are 15.85 m, the width are 2.90 m and inside the ship measured as 1.32 m. The average comparison among the 3 parameters are 5.50 for L/B, 13.05 for L/D and 2.37 for B/D. The coefficient of the Tersanjung ship are Cb=0.58, Cp=0.96, C =0.60 and Cw=0.87.  “Tersanjung” ship has reverse velocity 3.7 second (1 perod). Maximum rolling reaching at 120 with righting moment of 0.21 m.
PROFIL SALINITAS DAN SUHU DI TELUK MANADO PADA HARI-HARI HUJAN DAN TIDAK HUJAN Kalangi, Patrice NI; Masengi, Kawilarang WA; Iwata, Masamitsu; Pangalila, Fransisco PT; Mandagi, Ixchel F
JURNAL PERIKANAN DAN KELAUTAN TROPIS Vol 8, No 3 (2012)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (783.032 KB) | DOI: 10.35800/jpkt.8.3.2012.2443

Abstract

Pengukuran salinitas dan suhu perairan dilakukan pada hari-hari hujan dan tidak hujan di dua tempat di perairan Teluk Manado, yang memiliki lima sungai utama di pinggirannya, untuk menyelidiki profil vertikal dari salinitas dan suhu, serta ketebalan air tawar. Profil salinitas dan suhu perairan pada hari yang sama di kedua tempat adalah mirip. Pada hari-hari hujan, salinitas rata-rata lapisan permukaan perairan adalah 33,9 lebih rendah 0,3 dibandingkan pada hari-hari tidak hujan. Salinitas permukaan ini setara dengan ketebalan lapisan air tawar sebesar 0,45 m. di lapisan permukaan, profil suhu cukup mirip. Akan tetapi, pada lapisan yang lebih dalam, suhu berosilasi pada fase yang berbeda dengan bertambahnya kedalaman. Kata kunci: ketebalan lapisan air tawar, termoklin, Bunaken.   Salinity and temperature measurements were carried out on rainy days and non rainy days in two locations in Manado Bay, which is the outlet of fresh water masses from five main rivers, to investigate vertical profiles of salinity and temperature, and the thickness of the fresh water layer. Same day salinity and temperature profiles in both places is similar. On rainy days, the average salinity in the surface layer was 33.9, 0.3 lower than that of non rainy days. The surface salinity is equivalent to the thickness of the freshwater layer thickness of 0.45 m. In the surface layer, the temperature profile is quite similar. However, in the deeper layers, the temperature oscillates at different phases according to the increasing depths. Keywords: freshwater thickness, thermocline, Bunaken.
SEBARAN SUHU DAN SALINITAS DI TELUK MANADO Kalangi, Patrice NI; Mandagi, Anselun; Masengi, Kawilarang WA; Luasunaung, Alfret; Pangalila, Fransisco PT; Iwata, Masamitsu
JURNAL PERIKANAN DAN KELAUTAN TROPIS Vol 9, No 2 (2013)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (329.11 KB) | DOI: 10.35800/jpkt.9.2.2013.4179

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sebaran suhu dan salinitas di Teluk Manado, Sulawesi Utara. Pengukuran suhu dan salinitas secara vertikal dilakukan di delapan tempat di teluk. Profil vertikal suhu dan salinitas memperlihatkan keberadaan pelapisan kolom air. Secara horizontal, kontur suhu dan salinitas di permukaan memiliki dua “kolam” massa air, yakni kolam yang bersuhu tinggi tapi bersalinitas rendah di bagian timur teluk dan kolam yang bersuhu rendah tapi bersalinitas tinggi di bagian barat teluk. Pada lapisan dalam, kontur suhu dan salinitas cenderung sejajar dengan garis pantai bagian timur. Kata kunci: suhu, salinitas, air sungai, Teluk Manado.   The objective of this research is to describe temperature and salinity distribution in Manado Bay, North Sulawesi.  The vertical measurements of temperature and salinity were done at eight locations in the bay.  The vertical profiles of temperature and salinity shows the existence of water column stratification.  Horizontally, temperature and salinity contours of the surface layer have two pools, i.e. a pool of high temperature but low salinity in the eastern part of the bay and a pool of low temperature but high salinity in the western part of bay.  In a deeper layer, the contours of temperature and salinity tend to be parallel to eastern coastline. Keywords: temperature, salinity, river discharge, Manado Bay.
Kajian Perikanan Tangkap Mene maculata di Teluk Buyat Fransisco P.T. Pangalila; Johny Budiman; Aglius T.R. Telleng; Emil Reppie
Jurnal IPTEKS Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Vol. 1 No. 2 (2014)
Publisher : Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (136.64 KB) | DOI: 10.20956/jipsp.v1i2.66

Abstract

Moonfish (Mene maculata) known locally as bete tamako or peda cina, is one of the  economically important fish resources resulting from Buyat Bay. Although it has relatively small size (estimated length 25-30 cm), but the fish has a good taste. The presence of moonfish is usually a sign of sailfish fishing season in the Buyat Bay. Common fishing gear used to catch moonfish is hand line , noru.  However, scientific information about the status of moonfish fishery was not yet understood. Therefore, this study aims to determine the status of moonfish fishery and map out the fishing location.  This research was conducted in the Buyat Bay, Ratatotok District, Southeast Minahasa Regency (March-September 2013); using a survey method with a descriptive approach. Catch data were analyzed by a surplus production model.  These results informed that the maximum sustainable yields (MSYs)  was 1707 fish/trip/year where the number of  the suitable fishing trips was 470 trips.
Status Hasil Tangkapan Perikanan Pancing Dasar di Perairan Teluk Buyat Fransisco P.T. Pangalila
Jurnal IPTEKS Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Vol. 2 No. 3 (2015)
Publisher : Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (858.117 KB) | DOI: 10.20956/jipsp.v2i3.77

Abstract

Perairan Teluk Buyat memiliki topografi dasar yang kompleks, dengan terumbu buatan (reef ball) yang ditebarkan oleh PT Newmont Minahasa Raya sekitar 10 tahun  yang lalu. Oleh karena itu alat tangkap yang dapat dioperasikan di daerah itu hanya terbatas pada pancing dasar.  Tujuan penelitian ini adalah adalah untuk mengetahui status perikanan tangkap pancing ikan dasar dan membuat peta tematik lokasi penangkapan.Penelitian ini dilaksanakan di sekitar Teluk Buyat Kecamatan Ratatotok Kabupaten Minahasa Tenggara, selama 7 bulan yang diawali dengan tahap perencanaan sampai dengan penulisan laporan. Penelitian ini dikerjakan dengan menggunakan metode survei yang didasarkan pada pendekatan deskriptif. Tertangkap sebanyak 96 jenis ikan dasar dengan tangkapan yang dominan sebanyak 12 jenis, yaitu Bobara buliling dan biru (Carangoides gymnostethus), bobara pongko (Carangoides fulvoguttatus), bobara kotak, kuning dan wayan (Carangoides ferdau), bobara napo dan bobara lao (Citula armatus), bobara mopi (Caranx ignobilis), bobara sangkalade dan sangkapete (Carangoides uii) dan bobara sepo (Seriola dumerili). Semua jenis ikan tertangkap dengan pancing dodango.Musim penangkapan ikan dasar terjadi selama tujuh bulan dalam setahun, yaitu pada bulan Januari dan Maret, kemudian pada bulan Mei hingga Juli dan bulan Nopember serta Desember. Tangkapan maksimum yang lestari dilakukan sebanyak 25 trip per hari dengan jumlah tangkapan sebanyak 152 ekor.  Rata-rata tangkapan berukuran berat 1,5 kg dengan demikian biomassa sebesar 228 kg per hari. Bila per kg tangkapan sebesar Rp. 10.000,- maka setiap nelayan mempunyai pendapatan sebesar Rp. 90.000,- per hari. Ikan dasar tertangkap di sekitar perairan Buyat dengan lokasi-lokasi napo yang ada dengan kisaran kedalaman antara 30 hingga 80 meter. 
Studi tentang pengaruh perbedaan daya mesin terhadap kecepatan dan konsumsi bahan bakar minyak pada perahu pakura (Study of the effect of engine power difference on speed and fuel consumption of pakura boats) Stefanny S. Tumigolung; Fransisco P.T. Pangalila; Frangky E. Kaparang
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 2 No. 5: Juni 2017
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.2.5.2017.15943

Abstract

The fishing boat fleet, seeking for a kind of fishing gear. One of the most common fishing boat types in Bitung Oceanic Fishing Port is pambut (Pumpboat). The researcher is concerned about the effect of engine power difference on speed and fuel consumption of pakura boats. The objective of the research is to determine the speeds of boat in the operation and to determine the average consumption of fuel of engine by in different horse power.  The method used in this research is the experimental method. The primary data is stored at the same time as the observations performed by the target system. The effect of engine throttle opening with the speed and fuel consumption is analyzed by a regression that uses Microsoft excel. The relation data is denoted in interpretation with table, grafic and a form of a sentence.  In conlusion, the best speed of the 6.5 HP is 7.57 knots while the 9 HP powered are 8,96 knots. The best fuel consumption of engine that powered 6.5 HP is averaged 2.87 l/hr while the engine powered 9 HP an average of 4.40 l/hr.Keywords: pakura, speed, fuel AbstrakArmada penangkap ikan, mengusahakan berbagai macam jenis alat tangkap ikan. Salah satu jenis kapal penangkap ikan yang umum terdapat di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung yaitu pambut (Pumpboat). Peneliti merasa  perlu dilakukan penelitian tentang Studi tentang pengaruh perbedaan daya mesin terhadap kecepatan dan konsumsi bahan bakar minyak pada perahu pakura. Adapun tujuan penelitian adalah untuk menentukan kecepatan terbaik  perahu pakura dalam operasi penangkapan ikan dengan daya mesin yang berbeda dan menentukan rata-rata konsumsi bahanbakar yang dibutuhkan perahu pakura dalam melakukan operasi penangkapan ikan dengan daya mesin yang berbeda.  Data primer yaitu data yang diambil langsung pada saat pengamatan yang dilakukan dengan cara target system. Hubungan bukaan gas dengan kecepatan dan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) akan dianalisa dengan analisa regresi yang menggunakan Microsoft excel. Data hubungan tersebut digambarkan dalam bentuk tabel dan grafik yang di interpretasi dalam bentuk kalimat.  Kecepatan yang terbaik pada mesin yang berdaya 6,5 HP adalah 7,57 knot sedangkan pada mesin yang berdaya 9 HP adalah 8, 96 knot. Konsumsi BBM  yang terbaik pada mesin yang berdaya 6,5 HP adalah rata-rata  2,87 l/jam sedangkan pada mesin yang berdaya 9 HP rata-rata 4,40  l/jam.Kata kunci : pakura, kecepatan, bahan bakar
Co-Authors 2 Jhonny Budiman, 2 3 Aglius T.R. Telleng, 3 4 Emil Reppie, 4 Aglius T.R. Telleng Aglius T.R. Telleng Alfret Luasunaung Alfret Luasunaung Alfret Luasunaung Alsen Siadadi Angge, Irawan Anselun Mandagi Benyamin Rumbrawer Bill Bright Cavin Manoppo Christian Yosua Worang Dalegi, Jefry Damula, Reynold David Yusak Gandaria Dien, Heffry Veibert Effendi P. Sitanggang Eldy Majore Emil Reppie Emil Reppie Emil Reppie Fanny Silooy Frangky E. Kaparang Frangky E. Kaparang Frangky Ernes Kaparang Franky E Kaparang Greis S. Daruit Ivor L. Labaro Ivor L. Labaro Ivor Lembondorong Labaro Ixchel F Mandagi Janny F Polii Janny F. Polii Johnny Budiman Johny Budiman Johny Budiman K. W.A. Masengi Kaparang, Frangky F. Kawilarang W.A. Masengi Kawilarang Warouw Alex Masengi Kirwelakubun, Nikodemus Kristina Dorkas Yuninie Labaro, Ivor Lembondorong Larungkondo, Jerialdy Lefrand Manoppo Lefrand Manoppo Lefrand Manoppo Lembo, Liliyana Levandri Alski Lumi Lucia Manu Lusia Manu Makarondong, Geral Manuel Mariana E Kayadoe Mariana E. Kayadoe Mariana E. Kayadoe Mariana E. Kayadoe Mariana Elizabeth Kayadoe Masamitsu Iwata Modaso, Vivanda O. J. Musthaqim Massora Nelwan, Evander Ch. Odis Jefri Sawi Otniel T. Usior Pamikiran, Revols D. Ch. Pamikiran, Revols D.Ch Patrice N.I. Kalangi Patty, Wilhemina Polii, Janny F Rachim Sjah Agung Renato Waworoentoe Revols D.Ch Pamikiran Septin Palembang Shanice Rotama Sitorus Siti Nafisah Matafi Stefanny S. Tumigolung Supit, Aprililian E. Thamin, Arman Tumigolung, Stefanny S. Turang, Veni S. Vivanda O.J. Modaso Wilhelmina Patty Wilhelmina Patty Yuninie, Kristina Dorkas