Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PERBANDINGAN TINGKAT STATUS GIZI ANTARA SISWA SEKOLAH BERSTATUS NEGERI DENGAN SWASTA MENURUT IMT/U DI PULAU BAWEAN (STUDI PADA KELAS XII SMAN 1 SANGKAPURA DAN SMA UMAR MASUD SANGKAPURA) FAHMI, ZULFA
Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Vol 6, No 2 (2018): Volume 6 Nomor 2 Tahun 2018
Publisher : Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Manusia membutuhkan energi yang cukup untuk dapat menjalankan proses belajar yang efektif, energi tersebut dapat diperoleh dengan cara mengkonsumsi makanan. Bila makanan yang dikonsumsi tidak lengkap dan jumlahnya kurang, tubuh akan mengalami kekurangan zat gizi. Hal tersebut akan berdampak pada kesehatan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Sekolah menengah atas (SMA) di Pulau Bawean terbagi menjadi dua yaitu sekolah negeri dan swasta. Sekolah negeri adalah sekolah dirancang oleh pemerintah, mulai sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Sedangkan Sekolah swasta adalah sekolah dirancang non-pemerintah/swasta, penyelenggara berupa yayasan pendidikan yang mengikuti rancangan peraturan pemerintah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan tingkat status gizi siswa kelas XII pada SMAN 1 Sangkapura dan SMA Umar Ma?ud Sangkapura. Penelitian ini merupakan penelitian perbandingan yang menggunakan metode multistage random sampling dengan kriteria inklusi usia 19 tahun 0 bulan untuk menentukan sampel penelitian. Jumlah sampel yang didapat 85 dari jumlah populasi 88 siswa. Instrumen penelitian ini adalah IMT/U. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Chi-Square. Berdasarkan analisis data diketahui bahwa SMAN 1 Sangkapura mempunyai siswa dengan kategori normal berjumlah 37 siswa (69,8%), kategori kurus berjumlah 10 siswa (18,9%), kategori sangat kurus berjumlah 4 siswa (7,5%), kategori gemuk berjumlah 1 siswa (1,9%) dan kategori obesitas berjumlah 1 siswa (1,9%). Sedangkan SMA Umar Mas?ud Sangkapura mempunyai siswa dengan kategori normal berjumlah 22 siswa (68,8%), kategori sangat kurus berjumlah 6 siswa (12,5%), kategori kurus berjumlah 4 siswa (12,5%). Hasil perhitungan SPSS 21.0 menunjukkan hasil value 3,831 dan sig 0,429. Dapat ditarik kesimpulan bahwa sig (0,429) > ? (0,05) yang berarti Ha ditolak dan H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat status gizi yang signifikan antara siswa SMA Negeri 1 Sangkapura dan SMA Umar Mas?ud Sangkapura Kata Kunci :Status Gizi, Status Sekolah. Abstract Humans need enough energy to be able to run an effective learning process which can be obtained by consuming food. If the food consumed is incomplete and the amount is lacking, the body will experience nutritional deficiencies. It will affect both short-term and long-term health. Senior high school (SMA) in Bawean Island is divided into two namely public and private schools. Public schools are schools designed by the government, from primary school to college. Private schools are non-government or private designed schools, organizers of educational foundations that follow government regulation drafts. The purpose of this research was to know the difference of nutritional status level of students in class XII at SMAN 1 Sangkapura and SMA Umar Masud Sangkapura. This was a comparative study using multistage random sampling method with inclusion criteria aged 19 years 0 months to determine the study sample. The number of samples obtained was 85 from the total population of 88 students. The instrument of this research was IMT/U. The analysis used in this research was Chi-Square. Based on the data analysis, it was known that SMAN 1 Sangkapura had students with normal category of 37 students (69,8%), thin category of 10 students (18,9%), very skinny category of 4 students (7.5%), fat category of 1 student (1.9%) and obesity category of 1 student (1.9%). While SMA Umar Masud Sangkapura had students with normal category of 22 students (68.8%), very skinny category of 6 students (12.5%), thin category of 4 students (12.5%). The calculation result of SPSS 21.0 showed the values of 3,831 and sig of 0,429. It can be concluded that sig (0.429) > ? (0.05) which means Ha is rejected and H0 is accepted so it can be concluded that there is no significant difference in nutritional status between SMA Negeri 1 Sangkapura and SMA Umar Masud Sangkapura. Keywords: Nutrition Status, School Status.
Keterampilan Bersosialisasi Siswa Autis Di Sekolah Inklusi Sd Suryo Bimo Kresno Kota Semarang Bactiar, Fatimah Azzahra Putri; Aenika, Uti; Putri, Juliana Nur Amelia; Masfia, Irma; Fahmi, Zulfa
Jurnal Kajian Ilmu Pendidikan (JKIP) Vol. 4 No. 2 (2024): Jurnal Kajian Ilmu Pendidikan (JKIP)
Publisher : Lembaga Riset dan Inovasi Almatani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55583/jkip.v4i2.890

Abstract

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengevaluasi kemampuan interaksi sosial anak-anak dengan spektrum autisme di lingkungan sekolah inklusif di Semarang. Melalui pendekatan Kualitatif Deskriptif studi kasus, dan partisipan penelitian dipilih secara purposive sampling, data dikumpulkan dengan observasi kepada siswa/i autis kelas 4 yang ada di sekolah suryo bimo kresno di Kota Semarang dengan usia 9-12 tahun dan metode wawancara semi struktur kepada wali kelas dan wali murid, serta observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Keempat subjek dalam berinteraksi masih terbatas dilihat dalam dua hal dasar agar interaksi dapat terjadi: kontak mata dan komunikasi yang efektif, menurut Gilin (2010) dalam Christyastari (2023). Sedangkan keempat subjek ini dalam berkomunikasi secara verbal hanya sebatas pada menjawab pertanyaan yang ringan, untuk topik pembicaraan yang berat keempat subjek ini masih kesulitan sesuai dengan penelitian yang dilakukan (Waddington & Reed, 2017) (Iskandar & Indaryani, 2020) bahwa Kemampuan penderita autisme, seperti keterampilan sosial dan komunikasi, seringkali sangat terbatas. Sedangkan untuk komunikasi non verbal keempat subjek ini memiliki kontak mata yang sangat minim meskipun memang mereka mempertahankan kontak mata ini dalam rentang waktu yang berbeda-beda, selain itu untuk bahasa tubuh termasuk ekspresi wajah juga menjadi peran penting dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar, dan dari keempat subjek memiliki ekspresi wajah yang cukup baik.
Social and Parenting Dynamics of Deaf Adolescents in Semarang: An Empirical Study El-Fikri, Dewi Nabela Sofya; Maulina, Apriya Sani; Asri, Adinda Ratu Kencana; Masfia, Irma; Fahmi, Zulfa
Journal of Advanced Guidance and Counseling Vol. 5 No. 1 (2024)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/jagc.2024.5.1.21256

Abstract

Purpose - This study aims to understand the level of interaction and implementation of parenting patterns that can affect the lives of deaf teenagers. Method - In this study, the researcher uses a qualitative method with a case study and exploratory-descriptive approach. The research was conducted from February-April 2024. Data collection techniques include interviews, observations, and documentation. The analysis techniques consist of data collection, data reduction, data presentation, and drawing conclusions. Result - This study highlights the importance of social interaction and parenting patterns for deaf teenagers. It was found that awareness of the subject's condition begins from birth, with the main challenges in communication and environment. Parents tend to apply authoritative and democratic parenting styles. Communication with other deaf individuals uses sign language, while communication with family members or individuals without special needs uses spoken language. The subject's skills such as sewing, pantomiming, and painting can boost their self-confidence and enhance their social interaction skills by participating in competitions related to their skills. Originality - This research reinforces the findings on social interaction of deaf teenagers with individuals without special needs, as well as the independent parenting patterns applied by parents to deaf teenagers with special needs.***Tujuan - Penelitian ini bertujuan untuk memahami tingkat interaksi serta implementasi pola asuh orangtua yang dapat mempengaruhi kehidupan remaja tunarungu. Metode - Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif dengan studi kasus dan eksploratif-deskriptif. Penelitian ini dilakukan dari Februari-April 2024. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis dalam penelitian ini terdiri dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.Hasil penelitian - Penelitian ini menyoroti pentingnya interaksi sosial dan pola asuh bagi remaja tunarungu. Ditemukan bahwa kesadaran akan kondisi subjek dimulai sejak kelahiran, dengan tantangan utama dalam komunikasi dan lingkungan. Orang tua lebih menerapkan pola asuh otoriter dan demokratis. Cara komunikasi terhadap sesama berkebutuhan khusus tunarungu menggunakan bahasa isyarat sedangkan terhadap keluarga ataupun orang yang tidak memiliki kebutuhan khusus tunarungu menggunakan bahasa bibir. Adanya keterampilan yang dimiliki subjek seperti menjahit, pantomime, dan melukis yang dapat meningkatkan kepercayaan dirinya serta kelancaran dalam berinteraksi sosial dengan mengikuti ajang perlombaan sesuai dengan keterampilan yang dimilikinya. Originalitas– Penelitian ini memperkuat penemuan mengenai interaksi sosial remaja tunarungu terhadap individu yang tidak memiliki kebutuhan khusus, serta pola asuh mandiri yang di terapkan orangtua terhadap remaja yang memiliki kebutuhan khusus tunarungu.
Navigating communication barriers: The role of family dynamics in deaf adolescents' social interaction El-Fikri, Dewi Nabela Sofya; Maulina, Apriya Sani; Asri, Adinda Ratu Kencana; Masfia, Irma; Fahmi, Zulfa
Journal of Advanced Guidance and Counseling Vol. 5 No. 1 (2024)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/jagc.2024.5.1.21256

Abstract

Purpose - This study aims to understand the level of interaction and implementation of parenting patterns that can affect the lives of deaf teenagers. Method - In this study, the researcher uses a qualitative method with a case study and exploratory-descriptive approach. The research was conducted from February-April 2024. Data collection techniques include interviews, observations, and documentation. The analysis techniques consist of data collection, data reduction, data presentation, and drawing conclusions. Result - This study highlights the importance of social interaction and parenting patterns for deaf teenagers. It was found that awareness of the subject's condition begins from birth, with the main challenges in communication and environment. Parents tend to apply authoritative and democratic parenting styles. Communication with other deaf individuals uses sign language, while communication with family members or individuals without special needs uses spoken language. The subject's skills such as sewing, pantomiming, and painting can boost their self-confidence and enhance their social interaction skills by participating in competitions related to their skills. Originality - This research reinforces the findings on social interaction of deaf teenagers with individuals without special needs, as well as the independent parenting patterns applied by parents to deaf teenagers with special needs.***Tujuan - Penelitian ini bertujuan untuk memahami tingkat interaksi serta implementasi pola asuh orangtua yang dapat mempengaruhi kehidupan remaja tunarungu. Metode - Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif dengan studi kasus dan eksploratif-deskriptif. Penelitian ini dilakukan dari Februari-April 2024. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis dalam penelitian ini terdiri dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.Hasil penelitian - Penelitian ini menyoroti pentingnya interaksi sosial dan pola asuh bagi remaja tunarungu. Ditemukan bahwa kesadaran akan kondisi subjek dimulai sejak kelahiran, dengan tantangan utama dalam komunikasi dan lingkungan. Orang tua lebih menerapkan pola asuh otoriter dan demokratis. Cara komunikasi terhadap sesama berkebutuhan khusus tunarungu menggunakan bahasa isyarat sedangkan terhadap keluarga ataupun orang yang tidak memiliki kebutuhan khusus tunarungu menggunakan bahasa bibir. Adanya keterampilan yang dimiliki subjek seperti menjahit, pantomime, dan melukis yang dapat meningkatkan kepercayaan dirinya serta kelancaran dalam berinteraksi sosial dengan mengikuti ajang perlombaan sesuai dengan keterampilan yang dimilikinya. Originalitas– Penelitian ini memperkuat penemuan mengenai interaksi sosial remaja tunarungu terhadap individu yang tidak memiliki kebutuhan khusus, serta pola asuh mandiri yang di terapkan orangtua terhadap remaja yang memiliki kebutuhan khusus tunarungu.
Pola Komunikasi Interpersonal Dan Interaksi Sosial Pada Remaja Tunarungu Di SLB B/C Swadaya Semarang Listiyani, Lulus Anggun; Wulandari, Indryani Sapta; Auliasari, Anindya; Fahmi, Zulfa; Masfia, Irma
Innovative: Journal Of Social Science Research Vol. 4 No. 3 (2024): Innovative: Journal Of Social Science Research (Special Issue)
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/innovative.v4i3.11170

Abstract

Tunarungu memiliki keterbatasan pendengaran yang mempengaruhi cara mereka berkomunikasi dan berinteraksi. Perbedaan tersebut menjadi sebuah fenomena yang menarik untuk diteliti lebih lanjut. Penelitian ini dilakukan di SLB B/C Swadaya Semarang, yang bertujuan untuk melihat pola komunikasi dan interaksi sosial remaja tunarungu dengan teman sebaya dan guru di sekolah tersebut. Data didapatkan berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan subjek dan pengajar. Adapun hasilnya, Perbedaan pola komunikasi dan interaksi yang dimiliki oleh remaja tunarungu dipengaruhi oleh keterbatasan bahasa yang dimiliki, pola komunikasi interpersonal yang dibentuk remaja tunarungu dengan teman tunarungunya cenderung menggunakan bahasa isyarat, karena mudah dipahami oleh semua kriteria tunarungu. Sedangkan, pola komunikasi yang dilakukan remaja tunarungu dengan individu tidak tunarungu cenderung menggunakan bahasa yang beragam, meliputi verbal maupun nonverbal. Interaksi sosial remaja tunarungu memiliki keterbatasan dalam lingkungan pertemanan dan relasi, remaja tunarungu cenderung lebih terbuka dan merasa nyaman ketika berinteraksi dengan sesama teman tunarungunya dibandingkan dengan individu tidak tunarungu.