Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

PELATIHAN WHATSAPP BUSINESS BAGI PENGRAJIN GROWOL DI DESA NOMPOREJO KECAMATAN GALUR KULON PROGO: WHATSAPP BUSINESS TRAINING FOR GROWOL CRAFTSMAN IN NOMPOREJO VILLAGE GALUR DISTRICT KULON PROGO Adiputra*, Andre Kussuma; Puspaningtyas, Desty Ervira; Mardika Sari, Puspita; Styaningrum, Silvia Dewi
JAMAS : Jurnal Abdi Masyarakat Vol. 2 No. 2 (2024)
Publisher : Forind Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62085/jms.v2i2.106

Abstract

Permasalahan utama yang dihadapi oleh pengrajin growol di desa Nomporejo adalah rendahnya daya tarik dan nilai jual produk growol, serta terbatasnya jangkauan pemasaran. Untuk mengatasi masalah ini, dilakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat (abdimas) dengan fokus pada pelatihan pengemasan, pelabelan, dan penggunaan WhatsApp Business untuk pemasaran. Pelaksanaan kegiatan ini melibatkan beberapa langkah strategis. Pertama, diberikan pelatihan mengenai teknik pengemasan dan pelabelan yang menarik, dengan tujuan untuk meningkatkan daya tarik visual dan persepsi nilai produk growol. Kedua, dilakukan pelatihan penggunaan WhatsApp Business, yang dirancang untuk memperluas jangkauan pasar dan meningkatkan penjualan growol melalui platform digital yang mudah diakses dan digunakan oleh para pengrajin. Hasil dari kegiatan abdimas menunjukkan peningkatan signifikan dalam berbagai aspek. Pengemasan dan pelabelan yang lebih baik berhasil meningkatkan daya tarik dan nilai jual produk growol, membuatnya lebih kompetitif di pasar. Selain itu, penggunaan WhatsApp Business terbukti efektif dalam memperluas jangkauan pemasaran, meningkatkan visibilitas produk, dan akhirnya meningkatkan penjualan. Respon positif dari pengrajin growol di desa Nomporejo menunjukkan bahwa pelatihan ini tidak hanya relevan tetapi juga diapresiasi oleh komunitas lokal. Kesimpulannya, kegiatan abdimas ini berhasil mencapai tujuannya. Peningkatan daya tarik dan nilai jual growol melalui pengemasan dan pelabelan yang lebih baik, serta perluasan jangkauan pemasaran dengan WhatsApp Business, telah memberikan dampak positif terhadap penjualan dan penerimaan produk di pasar. Pelatihan ini mendapat respon yang baik dari para pengrajin, menunjukkan keberhasilan program dalam memberdayakan komunitas lokal dan meningkatkan kesejahteraan mereka melalui peningkatan keterampilan pemasaran dan pengemasan produk.
Color and texture analysis of glucomannan modified growol cookies for diabetic Puspaningtyas, Desty Ervira; Sari, Puspita Mardika; Styaningrum, Silvia Dewi; Sucipto, Adi; Rahmawati, Dwita Mukti; Lestari, Getha Puji
Jurnal SAGO Gizi dan Kesehatan Vol 5, No 2 (2024): April
Publisher : Poltekkes Kemenkes Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30867/gikes.v5i2.1686

Abstract

Background: Foods high in dietary fiber can provide good glycemic control for diabetics. Growol cookies have been developed as a healthy snack high in dietary fiber.Objectives: Colors and texture examination of Growol cookies need to be done to see the potential for product development.Methods: There are five variants of cookies: negative control growol cookies (cookies A), positive control growol cookies (cookies B), inulin-modified growol cookies (cookies C), 3% glucomannan-modified growol cookies (cookies D), and 7% glucomannan-modified growol cookies (cookies E). Color and texture were examined in triplicate using a chromameter and texture analyzer. Difference tests were carried out using ANOVA and Kruskal-Wallis.Results: There was no difference in brightness among cookies, but there was a difference in the a-value which describes the red color (p=0,001), and the b-value which describes the yellow color among cookies (p=0,038). There were differences in hardness in the first bite (p=0,004) and second bite (p=0,005), cohesiveness (p=0,032), gumminess (p=0,005), fracture (p=0,001), springiness (p=0,035), crispiness peak (p=0,021), crispiness (p=0,005), and crunchiness (p<0,001) among cookies.Conclusion: Colors and textures of cookies B, cookies C, and cookies D tend to be similar to control cookies, so these cookies have the potential to be developed for diabetics.  
Satiety and glycemic control after giving glucomannan-modified growol cookies Puspaningtyas, Desty Ervira; Sucipto, Adi; Styaningrum, Silvia Dewi; Sari, Puspita Mardika; Nidyarini, Anita; Rahmawati, Dwita Mukti; Lestari, Getha Puji; Sintia, Renata Deby; Ananda, Dhea Putri
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 12 ISSUE 4, 2024
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21927/ijnd.2024.12(4).284-295

Abstract

Background: Obesity has become an epidemic in all parts of the world. One in five deaths is related to obesity predisposition. Providing foods high in fiber can be a solution to treating obesity. The addition of glucomannan to growol cookies can optimize the fiber content of food which will have an effect in controlling satiety and glycemic control.Objective: To study the effect of glucomannan-modified growol cookies, as a healthy snack in the context of preventing obesity, on changes in satiety and blood glucose levels in excessive-weight subjects (ES) and normal-weight subjects (NS).Methods: A quasi-experimental study with a pre-post design without a control group was conducted on 30 subjects (15 NS and 15 ES). The research was carried out at Universitas Respati Yogyakarta in June-July 2023. The satiety test was carried out using the SLIM (Satiety Labeled Intensity Magnitude) method. Blood glucose levels were measured using the Rapid Test method using Easy Touch GCU before, immediately after, and 120 minutes after giving cookies. Data on satiety and blood glucose levels were sequentially analyzed using the Wilcoxon Signed Ranks Test and Paired Samples T Test (comparing before and after intervention) as well as the Mann-Whitney U Test and Independent Samples T Test (comparing between groups) with a significance of 95%.Results: There was a difference in the feeling of fullness between the 0th minute, 30th minute, 60th minute, and 90th minute compared to the initial feeling of fullness (basal) in the entire group (p<0.05). There was no difference in blood glucose levels between fasting blood glucose, 0-minute blood glucose, and 120-minute blood glucose. Glucomannan-modified growol cookies can delay hunger for 1-1.5 hours before the next big meal. Glucomannan-modified growol cookies can also maintain blood glucose stability in the range of 90 mg/dL.Conclusion: Glucomannan-modified growol cookies can have a positive effect on satiety control and glycemic control.
Efektivitas Pemberian Cookies Growol terhadap Profil Digesta Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan yang Diinduksi Diabetes Melitus Tipe 2 Br Simanjorang, Eta Hosana Eka Rizti; Puspaningtyas, Desty Ervira; Sari, Puspita Mardika; Sucipto, Adi; Styaningrum, Silvia Dewi
Ghidza: Jurnal Gizi dan Kesehatan Vol. 8 No. 2 (2024): December
Publisher : Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22487/ghidza.v8i2.1709

Abstract

Indonesia menempati peringkat ke-5 dengan jumlah penyandang diabetes mellitus (DM) sekitar 19,5 juta orang dan diprediksikan akan meningkat menjadi 28,6 juta pada tahun 2045. Lebih dari 90% kasus DM merupakan DM tipe 2. Pengendalian kadar glukosa darah dan perbaikan sensitivitas insulin dapat dilakukan dengan konsumsi makanan tinggi serat pangan. Serat pangan mampu memperbaiki profil digesta yang akan berefek pada kontrol glukosa darah. Salah satu produk tinggi serat pangan adalah cookies growol. Penelitian ini bertujuan meninjau efektivitas cookies growol sebagai produk pangan tinggi serat terhadap profil digesta (pH, kadar air, dan berat digesta) tikus DM. Penelitian true-experimental praklinik hewan coba dengan rancangan pre-posttest control group menggunakan 10 tikus jantan Sprague-Dawley yang diinduksi DM Tipe 2 dan dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama (K1) tidak diberikan intervensi sedangkan kelompok kedua (K2) diberikan intervensi cookies growol sebagai selingan pakan selama 28 hari. Setelah 28 hari, tikus diterminasi menggunakan ketamin kemudian dilakukan pengambilan digesta. Pengujian pH, kadar air, dan berat digesta menggunakan pH meter, oven pengering, dan timbangan analitik. Uji efektivitas pemberian cookies growol terhadap profil digesta dilakukan menggunakan Independent Sample T-Test. Hasil penelitian menunjukan tidak terdapat perbedaan signifikan pada berat digesta antara kelompok K1 (2.55±0.28 gram) dengan kelompok K2 (2.49±0.35 gram) (p=0,785). Pengaruh nyata terdapat pada kadar air digesta antara kelompok K1 (44.47±1.74%) dengan kelompok K2 (51.51±0.91%) (p<0,001) dan pH digesta antara kelompok K1 (6.13±0.02) dengan kelompok K2 (6.18±0.02) (p=0,015). Kesimpulan dari penelitian ini adalah cookies growol terbukti meningkatkan kadar air dan mempertahankan pH digesta dalam kondisi asam, namun tidak signifikan untuk meningkatkan berat digesta. Indonesia menempati peringkat ke-5 dengan jumlah penyandang diabetes mellitus (DM) sekitar 19,5 juta orang dan diprediksikan akan meningkat menjadi 28,6 juta pada tahun 2045. Lebih dari 90% kasus DM merupakan DM tipe 2. Pengendalian kadar glukosa darah dan perbaikan sensitivitas insulin dapat dilakukan dengan konsumsi makanan tinggi serat pangan. Serat pangan mampu memperbaiki profil digesta yang akan berefek pada kontrol glukosa darah. Salah satu produk tinggi serat pangan adalah cookies growol. Penelitian ini bertujuan meninjau efektivitas cookies growol sebagai produk pangan tinggi serat terhadap profil digesta (pH, kadar air, dan berat digesta) tikus DM. Penelitian true-experimental praklinik hewan coba dengan rancangan pre-posttest control group menggunakan 10 tikus jantan Sprague-Dawley yang diinduksi DM Tipe 2 dan dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama (K1) tidak diberikan intervensi sedangkan kelompok kedua (K2) diberikan intervensi cookies growol sebagai selingan pakan selama 28 hari. Setelah 28 hari, tikus diterminasi menggunakan ketamin kemudian dilakukan pengambilan digesta. Pengujian pH, kadar air, dan berat digesta menggunakan pH meter, oven pengering, dan timbangan analitik. Uji efektivitas pemberian cookies growol terhadap profil digesta dilakukan menggunakan Independent Sample T-Test. Hasil penelitian menunjukan tidak terdapat perbedaan signifikan pada berat digesta antara kelompok K1 (2.55±0.28 gram) dengan kelompok K2 (2.49±0.35 gram) (p=0,785). Pengaruh nyata terdapat pada kadar air digesta antara kelompok K1 (44.47±1.74%) dengan kelompok K2 (51.51±0.91%) (p<0,001) dan pH digesta antara kelompok K1 (6.13±0.02) dengan kelompok K2 (6.18±0.02) (p=0,015). Kesimpulan dari penelitian ini adalah cookies growol terbukti meningkatkan kadar air dan mempertahankan pH digesta dalam kondisi asam, namun tidak signifikan untuk meningkatkan berat digesta.
SKOR AKTIVITAS PREBIOTIK TEPUNG SINGKONG TERHADAP LACTOBACILLUS BULGARICUS, STREPTOCOCCUS THERMOPHILUS, LACTOBACILLUS ACIDOPHILLUS DIBANDING ESCHERICHIA COLI Rahmawati, Dwita Mukti; Puspaningtyas, Desty Ervira; Sari, Puspita Mardika; Styaningrum, Silvia Dewi; Sucipto, Adi
Medika Respati : Jurnal Ilmiah Kesehatan Vol 19, No 3 (2024)
Publisher : Universitas Respati Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35842/mr.v19i3.1042

Abstract

Latar belakang: Singkong atau ubi kayu (Manihot esculenta crantz) merupakan salah satu makanan sumber karbohidrat. Tingginya kandungan karbohidrat tidak tercerna seperti serat pangan dan pati resisten pada singkong berpotensi sebagai sumber prebiotik. Potensi tepung singkong sebagai sumber prebiotik sudah pernah dilakukan sebelumnya perlu dilakukan kajian lebih luas terhadap bakteri lainnya untuk semakin membuktikan peranan singkong sebagai sumber prebiotik. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara in vitro skor aktivitas prebiotik tepung singkong terhadap bakteri saluran cerna Lactobacillus bulgaricus, Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus acidophillus dibandingkan Escherichia coli. Metode: Penelitian ini merupakan jenis penelitian observational laboratory study yang menganalisis potensi prebiotik pada tepung singkong  melalui analisis skor aktivitas prebiotik. Substrat yang digunakan adalah tepung singkong, inulin dan glukosa. Isolat bakteri yang digunakan adalah Lactobacillus bulgaricus, Streptococcus thermophilus, Lactobacillus acidophillus dan Escherichia coli. Media untuk inokulasi bakteri adalah MRS Broth dan M9. Media penumbuhan  mikrobiologi yang digunakan adalah MRS Agar dan Nutrient Agar  Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor aktivitas prebiotik dari yang  tertinggi hingga terendah pada tepung singkong terdapat pada bakteri Lactobacillus bulgaricus (0,16), Lactobacillus acidophillus (-0,17) dan Streptococcus thermophilus (-0,26). Pada inulin semua hasil akhir menunjukkan angka positif dimulai dari yang tertinggi hingga terendah yaitu pada bakteri Lactobacillus bulgaricus (0,64), Lactobacillus acidophillus (0,33) dan Streptococcus thermophilus (0,28). Kesimpulan: Tepung singkong memiliki potensi prebiotik terhadap bakteri Lactobacillus bulgaricus, namun tidak memiliki potensi prebiotik terhadap bakteri Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus acidophillus.
Understanding of the Halal Certification Process Among Business Actors in the Food and Beverage MSME Sector in Indonesia Styaningrum, Silvia Dewi; Puspaningtyas, Desty Ervira; Sari, Puspita Mardika; Sucipto, Adi; Br Situmorang, Eta Hosana Eka Rizti
Disease Prevention and Public Health Journal Vol. 19 No. 1 (2025): Disease Prevention and Public Health Journal
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12928/dpphj.v19i1.12018

Abstract

Background: The obligation for halal certification is regulated under Law No. 6 of 2023, with initial implementation targeting food and beverage producers, including Micro, Small, and Medium Enterprises (MSME). In 2024, Indonesia has 65 million MSMEs, the majority operating in the food sector. Business actors' understanding of the halal certification process using the self-declare scheme needs to be examined to ensure a smooth certification process and to optimize the role of the Halal Product Process (PPH) companion. This study explores business actors' knowledge and experience regarding the self-declare halal certification process. Method: This study employs qualitative research with a narrative design. In-depth interviews were conducted with three purposively selected business actors in Nomporejo Village, Galur, Kulonprogo, between July and August 2024. The collected data were analyzed and presented narratively. Results: Findings indicate that business actors lack a clear understanding of the halal certification process through the self-declare scheme, particularly regarding certification objectives, process flow, and the involved parties. Their understanding of certification objectives is limited to business benefits, while they recognize only business actors and PPH companions were involved. Their comprehension of the certification process is restricted to document preparation, with the PPH companion handling all subsequent steps. Conclusion: This limited understanding affects certification effectiveness, as business actors rely entirely on PPH companions for technical matters. The government must strengthen the role of PPH companions, enhance educational efforts, and encourage business actors to take an active role in maintaining halal compliance to ensure a more effective and sustainable certification process
The Improvement of Reproductive Health Knowledge (Vaginal Discharge and Menstrual Pain) of Women Wantini, Nonik Ayu; Zakiya, Zahrah; Styaningrum, Silvia Dewi
Journal of Ners and Midwifery Vol 8 No 1 (2021)
Publisher : STIKes Patria Husada Blitar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26699/jnk.v8i1.ART.p055-063

Abstract

Vaginal discharge and menstrual pain are problems that are often faced by women. Women should be able to distinguish between physiological and pathological vaginal discharge, physiological and pathological menstrual pain. Based on the results of previous studies, most women have insufficient knowledge about vaginal discharge and menstrual pain. Health education is an effort to overcome these problems. The purpose of this study was to determine reproductive health care habits, history of menstrual pain and vaginal discharge, differences in knowledge about reproductive health, especially vaginal discharge and menstrual pain before and after health education was given. This study was a quasi-experimental design with one group pre test-post test. The sample was 27 women in Setan Hamlet, Maguwoharjo, Depok, Sleman who were selected by purposive sampling. The instrument used a questionnaire. The data analysis used paired sample t-test. The results showed that 66.7% had carried out routine genetalia care, 29.6% routinely used feminine cleansing soap, 25.9% experienced menstrual pain, vaginal discharge as much as 37%. The mean knowledge before health education was 48.70 (SD 23.59), while the mean knowledge after health education was 87.59 (SD 6.84). There is a difference between knowledge about reproductive health before and after health education is given (p-value = 0.000). The conclusion is that health education increases knowledge about reproductive health.
Hubungan Pengetahuan Gizi Ibu dengan Kejadian Stunted Kapanewon Gedangsari Gunung Kidul Samapaty, Claudia Morista; Nita, Vio; Styaningrum, Silvia Dewi
JIKES : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 4 No. 1 (2025): Juli-Desember 2025
Publisher : Yayasan Pendidikan Tanggui Baimbaian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.71456/jik.v4i1.1434

Abstract

Stunted merupakan salah satu kesehatan yang umum terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia. Prevalensi stunting di Indonesia sebesar 21,6%, dan stunted sebesar 24,4%. Stunted disebabkan oleh faktor multidimensi dan tidak hanya disebabkan oleh gizi buruk pada ibu hamil dan anak. Beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian stunted yaitu asupan makan, pemberian ASI eslusif, dan faktor infeksi. Tujuan penelitian ini untu mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian stunted pada balita usia 25-59 bulan di Kalurahan Mertelu Kapanewon Gedangsari Gunung Kidul. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif korelasional dan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian sebanyak 99 responden yaitu ibu yang mempunyai balita usia 25-59 bulan.Teknik pengambilan sampel adalah purposive random sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Hasil penelitian dianalisis dengan uji Chi-Square. Hasil penelitian ini adalah sebagian besar ibu berusia < 35 tahun (69,7%), 50,5% berpendidikan SMP,100% ibu berstatus ibu rumah tangga,58,6% berpengetahuan kurang, 53,5% balita usia 37-48 bulan, 54,5% berjenis kelamin laki-laki dan 54,5% mengalami stunted. Mayoritas ibu berpendidikan SMP (51,5%), Ibu dengan pengetahuan kurang dan memiliki anak stunted sebanyak 53,4%. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian stunted pada balita usia 25- 59 bulan ( p= 0,057). Tidak ada hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian stunted pada balita usia 25-59 bulan di Kalurahan Mertelu Kapanewon Gedangsari Gunung Kidul.