Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

Menghidupkan Kembali (Revitalisasi) Seni Budaya Panembromo di Kelurahan Kemijen Kota Semarang Dukut, Ekawati Marhaenny; Nurhayati, Bernadeta Resti
ABDIMASKU : JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT Vol 7, No 3 (2024): SEPTEMBER 2024
Publisher : LPPM UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62411/ja.v7i3.2340

Abstract

Panembromo adalah seni budaya Jawa berupa tembang yang dinyanyikan secara bersama-sama dalam satu kelompok dengan atau tanpa diiringi musik. Panembromo merupakan budaya Jawa kuno, yang hampir punah karena semakin jarang generasi muda yang tertarik untuk menghidupi seni budaya Panembromo. Namun di salah satu wilayah di Kelurahan Kemijen Kota Semarang, masih terdapat beberapa orang yang menggeluti budaya ini. Menggunakan metode kualitatif dalam melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat, Tim melakukan survey terlebih dahulu ke lapangan dengan menemui tokoh masyarakat, pendiri paguyuban, dan para anggota paguyuban panembromo RT 01 RW 03 Kelurahan Kemijen. Permasalahan yang dihadapi adalah: keterbatasan dana  untuk mendukung kegiatan latihan dan pentas, keterbatasan alat musik pengiring panembromo, dan pendampingan dalam latihan untuk membantu merevitalisasikannya. Oleh karena itu, diupayakan revitalisasi seni budaya panembromo di RT 01 RW 03 Kelurahan Kemijen kota Semarang dengan menelisik pada akar permasalahan melalui wawancara kepada Kepala Kelurahan Kemijen, tokoh masyarakat dan penggiat seni budaya panembromo serta para anggota sendiri yang rerata ibu-ibu dari wilayah tersebut. Kegiatan revitalisasi yang dihasilkan adalah  dengan mendampingi gladen, membantu memadukan tembang panembromo dengan alat musik rebana yang telah dimilikinya, mendukung pentas panembromo dalam berbagai event kegiatan dengan ikut terlibat, dan  mempromosikan panembromo melalui YouTube agar dikenal masyarakat luas pada umumnya dan generasi muda pada khususnya.
Penguatan Pengetahuan Tradisional bagi Siswa Sekolah Dasar di Negeri-Negeri di Ambon Melalui Lokakarya Penyusunan Modul Pembelajaran Resti Nurhayati, Bernadeta; Nalesti Dewi, Trihoni; Sunarimahingsih, Yulita; Tyas Susanti, B; Pandiangan, Andreas; Wahyu Nugroho, Abraham
Jurnal Atma Inovasia Vol. 5 No. 2 (2025)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/jai.v5i2.10302

Abstract

Kota Ambon kaya akan tradisi dan budaya yang masih dipelihara hingga saat ini. Salah satu diantaranya adalah eksistensi Desa Adat yang disebut “Negeri”. Tiap Negeri memiliki kekayaan berupa benda budaya serta benda lain yang dianggap sakral, dan berbagai tradisi serta pengetahuan tradisional. Namun saat ini, banyak dari benda budaya tersebut hilang, rusak, atau musnah. Dalam masyarakat sendiri terdapat kekhawatiran bahwa pengetahuan-pengetahuan tradisional tersebut akan luntur apabila tidak dipelihara dan diwariskan kepada para generasi muda. Cara yang dipandang efektif untuk menyampaikan warisan budaya melalui pendidikan di tingkat SD, agar pengetahuan tradisional tersebut tertanam sejak dini. Oleh karena itu Tim Pengabdian Masyarakat melaksanakan Lokakarya Penyusunan Modul bagi para Guru SD di Negeri-Negeri di Ambon dengan berbasiskan muatan lokal masing-masing Negeri. Lokakarya dilaksanakan secara hibryd mengingat kondisi pandemi serta jarak yang tidak memungkinkan. Isi modul pembelajaran terdiri dari: Sejarah Negeri, Struktur Sosial Masyarakat, Benda Budaya Simbol Adat, Ritual Adat, Kesenian, dan Kepemimpinan Negeri, yang dikembangkan sesuai dengan kondisi masing-masing Negeri. Modul diterapkan dalam proses pembelajaran dari masing-masing sekolah. Dengan diterapkannya Modul Pembelajaran ini diharapkan pengetahuan tentang adat, budaya, seni tradisi dan pengetahuan tradisional dari Negeri dapat diwariskan kepada para generasi muda dari Negeri mereka masing-masing.
The Development of Osing Kemiren Cultural Tourist Village and Community Welfare Nurhayati, Bernadeta Resti; Koesmartadi, Christophorus; Hadinugroho, Dwi Lindarto
Jurnal Adat dan Budaya Indonesia Vol. 7 No. 1 (2025)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jabi.v7i1.75135

Abstract

Kemiren Village is located on the eastern edge of Java Island, with the Osing tribe accounting for the majority of the population. The people of Kemiren village have been very strong in passing down their ancestral customs and culture from generation to generation. Their lifestyles are closely related to agricultural life. Kemiren hamlet has been certified as a traditional tourism village due to the preservation of traditions.  This paper employed a qualitative method with an empirical approach. The primary data used was gathered through in-depth interviews with traditional leaders and members of the Kemiren village community, while secondary data was obtained from a variety of sources. The Kemiren village was designated as an Osing traditional tourism village based on the concerns of the Kemiren people, who value the traditions passed down from their ancestors in their daily lives. This tradition is carried down through marriage, inheritance, tradition, and cultural system that is still practiced today. Many ceremonies have been performed up to the present day and are nicely packaged in the form of festivals, without sacrificing the substance of the tradition itself. This cultural and traditional celebration, which involves all members of the community, brings prosperity to the people of Kemiren.
HAK KEPERDATAAN ANAK LUAR KAWIN DALAM PERSPEKTIF ILMU HUKUM BERPARADIGMA PANCASILA Nurhayati, B. Resti Nurhayati
Jurnal Komunikasi Hukum Vol 1 No 2 (2015): Jurnal Komunikasi Hukum
Publisher : Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jkh.v1i2.6104

Abstract

Anak adalah generasi penerus cita-cita bangsa. Di tangan merekalah kehidupan bangsa dan Negara kita titipkan. Namun dalam fakta sehari-hari, kehidupan seorang anak tidaklah selalu mudah, karena masyarakat bahkan hukum mendiskriminasikan anak berdasarkan ukuran yang dibuat oleh masyarakat maupun oleh hukum. Anak dibedakan menjadi anak sah dan anak luar kawin. Berdasarkan pembedaan tersebut, anak diperlakuan secara berbeda oleh masyarakat dan hukum. Tulisan  ini bermaksud untuk menguraikan bahwa status hubungan hukum yang telah menyebabkan seorang anak dilahirkan ke dunia mestinya bukanlah satu-satunya ukuran untuk memberikan hak keperdataan bagi seorang anak. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif, dengan menganalisis persoalan perlindungan anak luar kawin mendasarkan pada paradigma Pancasila. Berdasarkan analisa ditemukan bahwa setiap anak berhak atas perlindungan hukum yang layak untuk mendapatkan pemeliharaan dan pendidikan, berhak untuk tumbuh kembang sebagaimana mestinya, serta mendapatkan hak-hak lain yang perlu untuk mendukung perkembangan jiwa raganya. Kata kunci: Anak Luar Kawin, Hak Keperdataan Anak, Paradigma Pancasila.
STATUS ANAK LUAR KAWIN DALAM HUKUM ADAT INDONESIA Resti Nurhayati, Bernadeta
Jurnal Komunikasi Hukum Vol 3 No 2 (2017): Jurnal Komunikasi Hukum
Publisher : Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jkh.v3i2.11827

Abstract

Masyarakat membedakan perlakuan terhadap anak sah dan anak luar kawin. Demikian pula hukum membedakan anak menjadi anak sah dan anak luar kawin. Akibatnya status, kedudukan, serta hak anak luar kawin berbeda dengan anak-anak yang lahir dari perkawinan yang sah. Anak sah memiliki status keperdataan, kedudukan serta hak waris secara penuh. Namun tidak demikian halnya dengan anak luar kawin. Undang-Undang Perkawinan mengatur tentang anak luar kawin, namun tidak secara tuntas. Di sisi lain, hukum Adat Indonesia dengan keanekaragaman sistem kemasyarakatannya telah menempatkan anak luar kawin pada posisi yang cukup baik. Tulisan ini mendasarkan pada kajian kepustakaan, untuk meninjau bagaimanakah Hukum Adat memberikan penghormatan terhadap status anak luar kawin, khususnya sebagai sumber dalam pembentukan hukum positif untuk melindungi anak luar kawin.
PENYALAHGUNAAN KEADAAN SEBAGAI DASAR PEMBATALAN PERJANJIAN Nurhayati, Bernadeta Resti
Jurnal Komunikasi Hukum Vol 5 No 1 (2019): Jurnal Komunikasi Hukum
Publisher : Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jkh.v5i1.16752

Abstract

 Kesepakatan antara para pihak merupakan ruhnya perjanjian. Namun dalam praktik, kesepakatan perjanjian tidak selalu diberikan secara bebas. Cukup banyak perjanjian yang memiliki cacat kehendak karena dibuat atas dasar keterpaksaan, ancaman, atau ketidaktahuan para pihak. Kecacatan pada kesepakatan bisa terjadi karena adanya dwang, dwaling, bedrog maupun karena terjadi penyalahgunaan keadaan. Perjanjian yang di dalamnya terkandung unsur penyalahgunaan keadaan berpotensi untuk digugat di pengadilan ketika salah satu pihak menyadari bahwa kesepakatan yang diberikan pada saat penandatanganan perjanjian bercacat. Metode penelitian yang digunakan dalam kajian ini adalah yuridis normatif, dengan pendekatan peraturan perundang-undangan (statute approach) dan pendekatan kasus (case approach). Berdasarkan kajian yang dilakukan, ditemukan bahwa dalam perkara gugatan penyalahgunaan keadaan, tidak selalu gugatan dimenangkan oleh pihak yang mendalilkan telah mengalami penyalahgunaan keadaan. Namun cukup banyak gugatan berdasarkan penyalahgunaan keadaan yang dimenangkan oleh pihak penggugat. Ini dapat diartikan bahwa dalil penyalahgunaan keadaan menjadi salah satu bentuk perlindungan hukum bagi pihak yang dirugikan karena masuk dalam sebuah perjanjian yang tidak berimbang. Kata kunci: perjanjian, cacat kehendak, penyalahgunaan keadaan.
CHILDREN FRIENDLY SCHOOLING TO FULFILL THE RIGHT TO EDUCATION Resti Nurhayati, Bernadeta
Jurnal Komunikasi Hukum Vol 6 No 1 (2020): Februari, Jurnal Komunikasi Hukum
Publisher : Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jkh.v6i1.23490

Abstract

Children are heir of a nation’s future. Therefore, they ought to be comprehensively prepared both physically and psychologically in order to reach desired adulthood. Parents, trustee, and teachers together play important roles in this regard. To reach impeccable adulthood, fulfilling certain education extenthas been serving obligatory purpose since long time ago. Generally, one child’s education and well-being have been parent’s responsibility. However, stateguarantees every child access to proper education fulfillment, as it is written on UUD 1945 article 28 C, which ensures citizen development via basic physical needs fulfillment, including getting education and benefit from science, art, and cultural advantages in order to improve quality life. Yet in the middle of the process, sometimes they face obstacles in form of physical and psychological harassment. It can be, they find it delivered through playing groups, teaching teams, or surrounding adults. The complication has to be ignorance to education in general and school reluctant specifically. If the effect carries over they would eventually loss the opportunity of getting education rights served right.This paper aims to study access to education in general, harassment in school environment, and children-friendly school as an effort to fulfill education rights.According to the study the author concludes that education rights serve as one of human rights. Consequently, government guarantee its access to ensure education rights served right, including carrying out feasible actions and countermeasure to prevent and resolve problems in the society. The author would like to suggest children-friendly schooling in every city or regency in Indonesia.Key words: children rights, education rights, children-friendly school