Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Jurnal Medisains Kesehatan

Proses Pelapisan Kayu Meranti Merah dengan Zat Warna Kulit Buah Manggis Terhadap Sifat Antijamur: Efek Variasi Temperatur Mossfika, Eldya; Aziz, Hermansyah
Jurnal Medisains Kesehatan Vol. 3 No. 1 (2022): Jurnal Medisains Kesehatan
Publisher : Universitas Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59963/jmk.v3i1.97

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap aktivitas antijamur pada proses pelapisan kayu meranti merah dengan ekstrak pewarna kulit manggis (Garcinia mangostana L.) dalam metanol dan untuk aktivitas antijamur. Aktivitas antijamur ditentukan di bawah pengaruh waktu penyinaran cahaya matahari selama proses pengeringan. Pengaruh suhu dan penyinaran cahaya dapat diketahui dari data uji aktivitas antijamur. Hasil terbaik adalah untuk pengeringan pada suhu kamar selama 24 jam sebesar 67,65%.
Pengaruh Pemberian Kadar Bertingkat Ekstrak Daun Ruku-Ruku Hutan (Ocimum Sp) Terhadap Penyembuhan Luka Sayat Pada Mencit Abeiasa, M. Saka; Ardika, Eche; Mossfika, Eldya
Jurnal Medisains Kesehatan Vol. 3 No. 2 (2022): Jurnal Medisains Kesehatan
Publisher : Universitas Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59963/jmk.v3i2.248

Abstract

Wound is a state of loss of continuity of tissue structure. Cut injury is an injury caused by being cut by an instrument sharp objects such as knives, razors, mirrors, and other sharp objects. Rukuruku forest is one of the ingredients of traditional medicine that has many properties as anti-bacterial, anti-inflammatory, anti-cancer, anti-fungal and has the effect of anti-oxidant activity. Rukuruku forest leaves contain flavonoid compounds, tannins, saponins, and essential oils that can speed up the treatment of injuries. The content of essential oils acts as an antibacterial, antimicrobial, antiseptic, anti-inflammatory, antioxidant. This research aims to identify the effect of "Rukuruku Hutan" on cut injuries. This research is experimental in nature with a posttest only control group design. Ethanol extract of the leaves of Rukuruku Hutan was made into 3 concentration alterations (10%, 30%, 50). %). Next, the extract was tested in each experimental group, where there was a control group that was given nothing, treatment group 1, treatment 2 and treatment 3, after which the wound healing skills were compared. The results of the research proved that the treatment was not given anything. - does the injury change gradually decrease. At a concentration of 10%, the injury closes more quickly and the length of the injury continues to decrease, at a concentration of 30% the injury turnover decreases only slightly, whereas at a concentration of 50% the injury only slightly undergoes treatment where the injury widens and does not closed after 8 days of testing. The conclusion of this research is that the leaf extract of the forest ruku-ruku can be effective f in the treatment of cut injuries with an optimum concentration of 10%.
Perbandingan Aktivitas Antibakteri Ekstrak Bonggol Nanas (Ananas comosus L.) dan Getah Pepaya (Carica papaya) Terhadap Bakteri Stapylococcus Aureus Mossfika, Eldya; Abeiasa, M. Saka; Putra, Doli Juanda
Jurnal Medisains Kesehatan Vol. 5 No. 1 (2024): Jurnal Medisains Kesehatan
Publisher : Universitas Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59963/jmk.v5i1.294

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan aktivitas antibakteri ekstrak limbah bonggol nanas (Ananas comosus L.) dan getah pepaya (Carica papaya) terhadap baktei Stapylococcus aureus. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen laboratorium dengan rancangan acak lengkap (RAL), menggunakan metode nutrium agar yaitu megunakan kertas disk  yang sudah terkandung  esktrak limbah bonggol nanas dan getah pepaya  terhadap bakteri Stapylococcus aureus dengan konsentrasi 25%, 50%, dan 75%. Hasil daya hambat pada getah pepaya mengalami naik turun pada  konsentrasi pada konsentrasi 25% dengan rata-rata daya hambat 5,5 mm, pada konsentrasi 50% dengan rata-rata daya hambat 3,4 mm, dan 75% dengan rata-rata daya hambat 4,2 mm. Pada ekstrak limbah bonggol nanas mengalami kanaikan pada setiap konsentrasi dengan rata-rata daya hambat pada konsentrasi 25% dengan rata-rata daya hambat 2,9mm, pada konsentrasi 50% dengan rata-rata daya hambat  3,2 mm, dan pada konsentrasi 75% dengan rata-rata daya hambat  5,6 mm. Dari data yang diperoleh menunjukan hasil terbaik terdapat pada ektrak bonggol nanas konsentrasi 75% dengan nilai rata-rata daya hambatnya 5,6 mm karna luasnya zona hambat yang tebentuk. Maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak getah pepapya dan bonggol nanas berpotensi menghambat bakteri Stapylococcus aureus yang ditandai dengan terbentuknya zona hambat.