Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

PERUBAHAN TEMPERATUR PERMUKAAN LAHAN DI KOTA BANDUNG TAHUN 2009-2018 Himayah, Shafira
Jurnal Pendidikan Geografi Gea Vol 19, No 2 (2019)
Publisher : Indonesia University of Education

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/gea.v19i2.20697

Abstract

Kegunaan teknologi penginderaan jauh diantaranya adalah dapat merekam area yang sama dalam waktu yang berbeda, diistilahkan sebagai resolusi multi temporal. Keunggulan ini dapat digunakan untuk mengamati fenomena dinamis permukaan bumi seperti perubahan temperatur permukaan lahan. Hasil perekaman temperatur lahan oleh sensor thermal penginderaan jauh dapat diobservasi di berbagai skala pengamatan, begitu pula dengan distribusinya. Kota Bandung merupakan Ibu Kota Provinsi yang senantiasa mengalami perubahan, termasuk dalam hal pertambahan penduduk. Keunikan lokasi Kota Bandung yang terletak di pusat Cekungan Bandung dengan topografi cenderung landai hingga bergelombang menjadi dasar dilakukannya penelitian dengan tujuan : 1) Menganalisis perubahan temperatur permukaan lahan di Kota Bandung tahun 2009 - 2018, 2) Menganalisis pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap perubahan temperatur permukaan lahan di Kota Bandung.Penelitian ini menggunakan metode pengolahan saluran infra merah dan infra merah termal untuk memperoleh perubahan nilai Land Surface Temperature (LST), dan analisa statistik data pertumbuhan penduduk untuk kemudian dilakukan komparasi antara kedua variabel tersebut. Hasil komaparasi antara data statistik pertambahan penduduk dengan hasil pengukuran LST menunjukkan bahwa secara teori dan konsep pertumbuhan penduduk memiliki andil dalam meningkatnya suhu permukaan lahan di suatu daerah. Namun terdapat faktor-faktor lain yang dapat dipertimbangkan sebagai penyebab kenaikan suhu pemukaan lahan di suatu daerah seperti kelas penutup lahan. Pertumbuhan penduduk yang sedikit namun terdapat pada area yang penggunaan lahannya banyak terkonversi menjadi lahan terbangun cenderung memiliki nilai suhu permukaan lahan yang tinggi dibandingkan area dengan peningkatan jumlah penduduk yang signifikan namun memiliki penggunaan lahan alami yang tidak banyak terkonversi.
Analisis Penentuan Lokasi Evakuasi Bencana Banjir Dengan Sistem Informasi Geografis Dan Metode Simple Additive Wighting (Studi Kasus Kecamatan Cileungsi) Fauzia, Alda; Pawestri, Dini Adha; Wahrudin, Udin; Rahmawati, Sri Nutfi; Himayah, Shafira; Nandi, Nandi
Jurnal Pendidikan Geografi Undiksha Vol 9, No 2 (2021): Jurnal Pendidikan Geografi Undiksha
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjpg.v9i2.35305

Abstract

Indonesia memiliki iklim tropis dengan curah hujan tinggi. Kabupaten Bogor memiliki tingkat Kerawanan Banjir yang tinggi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis penentuan Lokasi Evakuasi Bencana Banjir di Kecamatan Cileungsi, Kabupaten bogor dengan bantuan Sistem Informasi Geografis dan menciptakan Kecamatan Cileungsi sebagai Kawasan siaga bencana. Populasi penelitian ini adalah 12 desa. Metode penelitian menggunakan analisis Overlay dan Buffer dengan jenis deskriptif kuantitatif. Data dikumpulkan dari studi literatur dan pengolahan data melalui Aplikasi Sistem Informasi Geografis. Sedangkan teknik studi yang dipakai yaitu dengan mengumpulkan data-data yang mendukung penelitian ini kemudian diterapkan metode SAW (Sample Additive Wighting). Hasil yang ditemukan yaitu Kecamatan Cileungsi didominasi dengan ancaman tinggi dan rendah yang tersebar. Sehingga, diperlukan adanya titik evakuasi berdasarkan parameter yang telah dibuat dan menghasilkan 7 titik lokasi terbaik sebagai lokasi evakuasi di Kecamatan Cileungsi dengan Jenis Lahan Kosong, tingkat  Ancaman Rendah-Sedang, Jarak dari Sungai 0-100 m, Jarak permukiman menuju Lokasi Evakuasi rata-rata 0-250 meter, dan Curah hujan 151-300 mm (rendah-sedang). Hasil penelitian ini dapat dijadikan lokasi shelter tempat berkumpul sebelum dijadikan tempat evakuasi oleh pemerintah maupun pihak berkaitan lainnya. Lokasi Evakuasi ditempatkan tidak terlalu jauh dari lokasi pemukiman sehingga mobilitas evakuasi dapat dilakukan dengan cepat.
An Interactive Web-Gis Development for Risk Tsunami Hazard Potential Information In Pangandaran Village West Java Andrian, Juan; Ismail, Arif; Setiawan, Iwan; Himayah, Shafira
Social, Humanities, and Educational Studies (SHEs): Conference Series Vol 3, No 1 (2020): Social, Humanities, and Educational Studies (SHEs): Conference Series
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (713.603 KB) | DOI: 10.20961/shes.v3i1.45056

Abstract

In 2006, a tsunami disaster occurred on the coast of Pangandaran Regency which claimed up to 664 fatalities. A large number of people died due to lack of information in knowing areas that are prone to tsunami disasters. Therefore, a geographic information system for the tsunami disaster is needed to facilitate the Pangandaran community to find out areas that are prone to tsunami disasters. In making a geographic information system web tsunami disaster using GeoServer, PostgreSQL and LeafletJS. Making a geographic information system web is done in several ways, namely, entering shapefile data into a database and then displaying it on a map server. The results of creating a web of the tsunami geographic information system contain information on land use, public facilities, hamlet boundaries, road networks, river networks and tsunami disaster mitigation.
Analisis Sebaran Suhu Permukaan Laut Di Laut Banda Tahun 2017 – 2019 Menggunakan Data Dari Sensor Amsr-2 Agil Akbar Fahrezi; Ervika Putri Wulandari; Muhammad Arrafi; Riki Ridwana; Shafira Himayah
Jurnal Kelautan Vol 15, No 1: April (2022)
Publisher : Department of Marine Sciences, Trunojoyo University of Madura, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/jk.v15i1.9357

Abstract

ABSTRACTSea Surface Temperature (SST) measurement is one of the ten key variable in ocean climate change variable. SST can be measure using earth observing satellite (EOS) using thermal infrared or microwave spectrum in instrument such as MODIS or AMSR-2, making way for much complex study regarding rising ocean temperature. Observations using microwave-based sensor, has proven to be useful to measure SST, especially because the sensor capability to penetrate cloud and ignore atmospheric biases. The purpose of this study is to analyze the distribution of SST in Banda Sea using AMSR-2 and OISST data which were processed using IDL software. The result of this study has shown that, the average temperature in Banda Sea is 26oC – 30oC in period of 2017 – 2019, the year 2019 has lower average temperature compare to the year 2017. The yearly temperature also shown that the month of December has the highest average temperature and the lowest temperature happen in the month of august. Keywords: Sea Surface Temperature, IDL, AMSR-2 Instrument, and Remote SensingABSTRAKPengukuran Suhu Permukaan Laut (SST) adalah salah satu dari sepuluh variabel kunci dalam variabel perubahan iklim lautan. SST dapat diukur dengan menggunakan satelit pengamat bumi (EOS) dengan menggunakan spektrum inframerah termal atau gelombang mikro dalam instrumen seperti MODIS atau AMSR-2, sehingga membuka jalan bagi studi yang jauh lebih kompleks terkait dengan kenaikan suhu laut. Pengamatan menggunakan sensor berbasis gelombang mikro, terbukti bermanfaat untuk mengukur SST, terutama karena kemampuan sensornya untuk menembus awan dan mengabaikan bias atmosfer. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis sebaran SPL di Laut Banda dengan menggunakan data AMSR-2 dan OISST yang kemudian diolah menggunakan perangkat lunak IDL. Hasil pengolahan data menunjukan bahwa dalam rentang 2017 – 2019, Suhu Permukaan Laut di Laut Banda memiliki rata – rata sebesar 26oC – 30oC dengan tahun 2019, memiliki suhu rata – rata yang lebih rendah, selain dari itu, pola tahunan suhu permukaan di Laut Banda adalah suhu tertinggi terjadi di bulan desember, dan suhu terendah terjadi di bulan agustus.  Kata Kunci: Suhu Permukaan Laut (SPL), IDL, Sensor AMSR-2, dan Penginderaan Jauh
Analisis Penentuan Lokasi Evakuasi Bencana Banjir Dengan Sistem Informasi Geografis Dan Metode Simple Additive Wighting (Studi Kasus Kecamatan Cileungsi) Alda Fauzia; Dini Adha Pawestri; Udin Wahrudin; Sri Nutfi Rahmawati; Shafira Himayah; Nandi Nandi
Jurnal Pendidikan Geografi Undiksha Vol. 9 No. 2 (2021): Jurnal Pendidikan Geografi Undiksha
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjpg.v9i2.35305

Abstract

Indonesia memiliki iklim tropis dengan curah hujan tinggi. Kabupaten Bogor memiliki tingkat Kerawanan Banjir yang tinggi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis penentuan Lokasi Evakuasi Bencana Banjir di Kecamatan Cileungsi, Kabupaten bogor dengan bantuan Sistem Informasi Geografis dan menciptakan Kecamatan Cileungsi sebagai Kawasan siaga bencana. Populasi penelitian ini adalah 12 desa. Metode penelitian menggunakan analisis Overlay dan Buffer dengan jenis deskriptif kuantitatif. Data dikumpulkan dari studi literatur dan pengolahan data melalui Aplikasi Sistem Informasi Geografis. Sedangkan teknik studi yang dipakai yaitu dengan mengumpulkan data-data yang mendukung penelitian ini kemudian diterapkan metode SAW (Sample Additive Wighting). Hasil yang ditemukan yaitu Kecamatan Cileungsi didominasi dengan ancaman tinggi dan rendah yang tersebar. Sehingga, diperlukan adanya titik evakuasi berdasarkan parameter yang telah dibuat dan menghasilkan 7 titik lokasi terbaik sebagai lokasi evakuasi di Kecamatan Cileungsi dengan Jenis Lahan Kosong, tingkat  Ancaman Rendah-Sedang, Jarak dari Sungai 0-100 m, Jarak permukiman menuju Lokasi Evakuasi rata-rata 0-250 meter, dan Curah hujan 151-300 mm (rendah-sedang). Hasil penelitian ini dapat dijadikan lokasi shelter tempat berkumpul sebelum dijadikan tempat evakuasi oleh pemerintah maupun pihak berkaitan lainnya. Lokasi Evakuasi ditempatkan tidak terlalu jauh dari lokasi pemukiman sehingga mobilitas evakuasi dapat dilakukan dengan cepat.
Analisis Perubahan Land Surface Temperature Akibat Kebakaran Hutan dan Lahan di Kota Pekanbaru Riau Tahun 2000 dan 2020 Abyan Hilmy; Ayi Susandi; Bella Melania Damanik; Leo Widdyusuf; Riki Ridwana; Shafira Himayah
JPIG (Jurnal Pendidikan dan Ilmu Geografi) Vol. 6 No. 1 (2021): Maret
Publisher : Geography Education Study Program, Universitas Kanjuruhan Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (454.012 KB) | DOI: 10.21067/jpig.v6i1.5197

Abstract

Kebakaran hutan dan lahan merupakan salah satu permasalahan serius yang sampai saat ini masih belum dapat penanganan yang baik. Pulau Sumatera merupakan salah satu pulau dengan kejadian bencana kebakaran hutan yang sering terjadi, salah satunya di Provinsi Riau. Kebakaran hutan yang terjadi di Provinsi Riau menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan. Kondisi ini juga berdampak pada peningkatan suhu permukaan di wilayah perkotaan Kota Pekanbaru. Kenaikan suhu permukaan akan menyebabkan peningkatan suhu udara yang dapat berdampak pada tidak nyamannya aktivitas di Kota Pekanbaru. Penggunaan teknik Penginderaan Jauh dapat digunakan untuk memantau (monitoring) pada daerah yang luas. Melalui pemanfaatan data penginderaan jauh yang ada, maka dapat diketahui perubahan suhu yang terjadi pada suatu wilayah. Beberapa contoh data penginderaan jauh yang dapat digunakan untuk mengestimasi suhu permukaan tanah (Land Surface Temperature) adalah citra satelit Landsat 7 dan Landsat 8. Pengolahan data citra dilakukan menggunakan software ArcGIS. Penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan sebaran temperatur permukaan di Kota Pekanbaru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, suhu permukaan tanah Kota Pekanbaru tahun 2000 – 2020 meningkat pada beberapa titik, seperti pada bagian barat laut kota ini. Namun pada wilayah lain tidak terdapat perubahan yang cukup signifikan. Abstract : Forest and land fires are one of the serious problems that have yet to be handled properly. Sumatra Island is one of the islands with frequent forest fire disasters, one of which is in Riau Province. Forest fires that occurred in Riau Province caused environmental changes. This condition also has an impact on increasing surface temperature in the urban area of ​​Pekanbaru City. The increase in surface temperature will cause an increase in air temperature which can have an impact on uncomfortable activities in Pekanbaru City. The use of remote sensing techniques can be used to monitor (monitoring) in a large area. Through the use of existing remote sensing data, it can be seen the temperature changes that occur in an area. Some examples of remote sensing data that can be used to estimate the land surface temperature are Landsat 7 and Landsat 8 satellite imagery. Image data processing is performed using ArcGIS software. This research was conducted to produce the distribution of surface temperature in Pekanbaru City. The results showed that the land surface temperature of Pekanbaru City from 2000 to 2020 increased at several points, such as in the northwestern part of the city. However, in other areas there are no significant changes.
Pemanfaatan Citra Satelit Landsat 8 Dan Sentinel 2A Dalam Identifikasi Lahan Kritis Mangrove Di Wilayah Kecamatan Ciemas Kabupaten Sukabumi Adi Firmansyah; Efri Triana Nur Arifin; Ilham Nurfalah; Riki Ridwana; Shafira Himayah
JPIG (Jurnal Pendidikan dan Ilmu Geografi) Vol. 6 No. 1 (2021): Maret
Publisher : Geography Education Study Program, Universitas Kanjuruhan Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (864.69 KB) | DOI: 10.21067/jpig.v6i1.5198

Abstract

Hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem pesisir tropis atau sub-tropis yang sangat dinamis serta mempunyai produktivitas dan nilai ekologis yang tinggi. Ekosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem pesisir yang mengalami dampak perubahan akibat terjadinya perubahan iklim dan aktivitas manusia. Kecamatan Ciemas adalah wilayah yang menjadi tempat konservasi dan sentra wisata mangrove di provinsi Jawa Barat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tingkat kerentanan lahan kritis ekosistem mangrove di wilayah Kecamatan Ciemas Kabupaten Sukabumi. Metode yang digunakan adalah skoring dan pembobotan dengan memanfaatkan teknologi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis. Parameter yang digunakan diantaranya adalah penggunaan lahan, kerapatan vegetasi, kerapatan tajuk mangrove, dan jenis tanah atau kepekaannya terhadap abrasi atau erosi. Hasil yang diperoleh adalah pada citra Landsat 8 sebaran lahan kritis mangrove kategori rusak berat tersebar di dekat daerah pesisir. lalu untuk kategori rusak berada menyebar di daerah pesisir dan di pinggiran sungai. Sedangkan untuk hasil dari citra Sentinel 2A, sebaran lahan kritis mangrove dengan kategori rusak berat hanya berada pada titik tertentu dan mempunyai luasan paling kecil, dan untuk sebaran lahan kritis mangrove dengan kategori rusak mempunyai luasan paling besar. Kata Kunci : Lahan Kritis, Mangrove, Sistem Informasi Geografis, Kabupaten Sukabumi Abstract : Mangrove forest is one of the tropical or sub-tropical coastal ecosystems which is very dynamic and has high productivity and ecological value. The mangrove ecosystem is one of the coastal ecosystems that is experiencing the impact of change due to climate change and human activities. Ciemas sub-district is an area that is a conservation area and a tourist center for mangroves in West Java province. The purpose of this study was to identify the level of vulnerability of critical mangrove ecosystems in the Ciemas District, Sukabumi Regency. The method used is scoring and weighting using Remote Sensing technology and Geographic Information Systems. The parameters used include land use, vegetation density, mangrove canopy density, and soil type or its sensitivity to abrasion or erosion. The results obtained are in the Landsat 8 image, the distribution of critical mangrove lands in the severely damaged category is scattered near the coastal areas. then the damaged category is spread out in coastal areas and along river banks. Whereas for the results of the Sentinel 2A image, the distribution of critical mangrove land with the severely damaged category is only at a certain point and has the smallest area, and for the distribution of critical mangrove land with the damaged category has the largest area. Keywords : Critical Land, Mangroves, Geographic Information System, Sukabumi Regency
Komparasi Algoritma Spectral Angle Mapper dan Algoritma Spectral Information Divergence untuk Pemetaan Penutup Lahan pada Citra Pansharped Naufal Azmi; Shafira Himayah; Lili Somantri; Riki Ridwana
JPIG (Jurnal Pendidikan dan Ilmu Geografi) Vol. 6 No. 2 (2021): September
Publisher : Geography Education Study Program, Universitas Kanjuruhan Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1638.65 KB) | DOI: 10.21067/jpig.v6i2.5886

Abstract

Kota Bandung memiliki luas wilayah 16.731 hektar dan senantiasa berkembang dari tahun ke tahun termasuk dalam hal perubahan penutup lahan. Penelitian ini membandingan algoritma Spectral Angle Mapper dan Spectral Information Divergence untuk pemetaan penutup lahan di Kota Bandung menggunakan citra SPOT 7 PMS ORT tahun 2019. Pengolahan data citra dimulai dengan koreksi geometrik, koreksi radiometrik, pemotongan area kajian, dan pengambilan training area. Proses selanjutnya adalah klasifikasi citra masing-masing algoritma yang kemudian dibuat peta penutup lahan, validasi data, dan uji keakuratan. Hasil klasifikasi citra mengklasifikasikan 11 kelas penutup lahan, yaitu bangunan industri, bangunan permukiman, hutan kota, hutan lahan rendah, hutan lahan tinggi, jaringan jalan, kebun campuran, ladang, lahan terbuka, sawah, dan sungai. Algoritma SAM memperoleh luasan terbesar pada kelas penutup lahan bangunan permukiman seluas 7.551,37 hektar (45,20%) dan luasan terkecil pada kelas penutup lahan hutan lahan rendah seluas 349,24 hektar (2,09%). Lalu algoritma SID memperoleh luasan terbesar pada kelas penutup lahan bangunan permukiman seluas 4.837,70 hektar (23,37%) dan luasan terkecil pada kelas penutup lahan sawah seluas 287,53 hektar (1,72%). Nilaii uji akurasi keseluruhan agoritma SAM sebesar 90% lebih teliti 4% dibandingkan nilai uji akurasi keseluruhan algoritma SID sebesar 86%.
Pemanfaatan Object-Based Image Analysis (OBIA) pada Citra SPOT-6 untuk Identifikasi Jenis Penutup Lahan Vegetasi di Kota Bogor Farizkhar; Lili Somantri; Shafira Himayah
JPIG (Jurnal Pendidikan dan Ilmu Geografi) Vol. 7 No. 1 (2022): Maret
Publisher : Geography Education Study Program, Universitas Kanjuruhan Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1014.614 KB) | DOI: 10.21067/jpig.v7i1.6546

Abstract

Abstrak:Konversi lahan yang terjadi di wilayah perkotaan menajdikan keberadaan ruang terbuka hijau terancam. Ruang terbuka hijau terdiri dari vegetasi yang dapat dianalisis menggunakan penginderaan jauh. Selain menggunakan penginderaan jauh, penerapan sistem informasi geografis (SIG) juga mengambil peran penting dalam mengelola dan menghasilkan suatu informasi spasial. Dengan integrasi penginderaan jauh dan SIG, setiap jenis penutup lahan dapat diketahui persebarannya secara spasial dan dapat dilakukan analisis hingga dipetakan. Citra satelit SPOT-6 digunakan sebagai data untuk mengekstrak informasi penutup lahan vegetasi dengan memanfaatkan metode klasifikasi berbasis objek atau Object-Based Image Analysis (OBIA). Penelitian ini mengkaji pemanfaatan metode OBIA pada citra satelit SPOT-6 yang merupakan citra resolusi tinggi untuk mengidentifikasi penutup lahan berupa jenis vegetasi dengan karakteristik wilayah Kota Bogor. Akurasi penggunaan metode OBIA pada citra SPOT 6 mampu menghasilkan akurasi sebesar 94% dan nilai Kappa sebesar 91%. Dengan resolusi spasial citra SPOT-6 yang digunakan mencapai 1,5 meter, penggunaan metode OBIA di wilayah Kota Bogor mampu dengan baik menghasilkan klasifikasi penutup lahan vegetasi dengan jenis dan karakteristiknya. OBIA mampu membedakan kelas-kelas penutup lahan dengan karakteristik vegetasi yang berbeda seperti, pohon, semak dan belukar, serta herba dan rumput. Kata kunci: OBIA, penutup lahan, vegetasi, RTH, SPOT-6 Abstract: Land conversion that occurs in urban areas makes the existence of green open spaces threatened. Green open space consists of vegetation that can be analyzed using remote sensing. In addition to using remote sensing, the application of geographic information systems (GIS) also plays an important role in managing and producing spatial information. With the integration of remote sensing and GIS, each type of land cover can be identified spatially and can be analyzed and mapped. SPOT-6 satellite imagery is used as data to extract vegetation land cover information by utilizing the Object-Based Image Analysis (OBIA) classification method. This study examines the use of the OBIA method on SPOT-6 satellite imagery which is a high-resolution image to identify land cover in the form of vegetation types with the characteristics of the Bogor City area. The accuracy of using the OBIA method on SPOT-6 images is able to produce an accuracy of 94% and a Kappa of 91%. With the spatial resolution of the SPOT-6 imagery used reaching 1.5 meters, the use of the OBIA method in the Bogor City area is able to produce a classification of vegetation land cover with its types and characteristics. OBIA is able to distinguish land cover classes with different vegetation characteristics such as trees, shrubs, as well as herbs and grasses. Keywords: OBIA, land cover, vegetation, green open space, SPOT-6
IDENTIFIKASI RUANG TERBUKA HIJAU MENGGUNAKAN METODE NORMALIZED DIFFERENCE VEGETATION INDEX DI KOTA DEPOK (Identification of Green Open Spaces Using the Normalized Difference Vegetation Index in Depok City) Alvian Aji Purboyo; Alvien Hanif Ramadhan; Eva Safitri; Riki Ridwana; Shafira Himayah
Jurnal Sains Informasi Geografi Vol 4, No 1 (2021): Edisi Mei
Publisher : Universitas Muhammadiyah Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31314/j sig.v4i1.740

Abstract

Permasalahan yang sering terjadi di wilayah perkotaan diakibatkan oleh perkembangan dan pemekaran setiap tahunnya. Kota Depok merupakan salah satu kota yang terus mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Melalui aktivitas pembangunan dan perkembangan wilayah yang semakin meningkat, mengakibatkan lahan ruang terbuka hijau di Kota Depok Semakin berkurang. Berdasarkan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, proporsi ruang terbuka hijau adalah sebesar 30% dari luas total wilayah kota tersebut. Dalam upaya memantau ketersediaan ruang terbuka hijau, dapat dilakukan identifikasi ruang terbuka hijau dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh. Metode yang digunakan adalah Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) yang dilakukan pada citra Landsat 8 OLI/TIRS dengan waktu perekaman tahun 2020. Hasil yang diperoleh berupa rentang nilai NDVI -0.93 hingga 0.76 dengan jenis kerapatan vegetasi antara lain non ruang terbuka hijau, sangat rendah, rendah, sedang, dan tinggi. Luasan ruang terbuka hijau yang terdapat saat ini sebesar 2709.14 ha atau mencapai 13.64%. Hal tersebut menunjukkan Kota Depok belum memenuhi proporsi ruang terbuka hijau.Kata kunci: Ruang Terbuka Hijau, Penginderaan Jauh, Citra Landsat 8, NDVI