Ikan tuna merupakan komoditas laut unggulan dengan kandungan protein tinggi. Salah satu bentuk diversifikasi olahan yang potensial adalah sate lilit. Saat ini, proses pematangan sate umumnya menggunakan metode tradisional seperti pembakaran arang, yang kurang higienis dan efisien. Oleh karena itu, diperlukan metode alternatif seperti pemanasan menggunakan gelombang elektromagnetik (microwave). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh metode pemanasan (tradisional dan microwave) serta variasi waktu pemanasan (8, 10, dan 12 menit) terhadap karakteristik organoleptik sate lilit ikan tuna. Penelitian dilakukan secara eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pola faktorial 2 × 3, mencakup dua faktor: metode pemanasan dan lama waktu pemanasan, masing-masing diulang tiga kali. Parameter yang diamati meliputi warna, aroma, rasa, dan tekstur, dinilai secara organoleptik oleh 30 panelis tidak terlatih menggunakan uji hedonik skala 5. Hasil analisis menunjukkan bahwa metode pemanasan dan lama pemanasan berpengaruh signifikan terhadap seluruh atribut organoleptik. Perlakuan terbaik diperoleh pada pemanasan microwave selama 10 menit, menghasilkan warna kuning kecokelatan menarik, aroma tuna yang kuat, rasa gurih seimbang, dan tekstur padat namun tidak kering. Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan microwave selama 10 menit merupakan metode yang efektif untuk menghasilkan sate lilit tuna berkualitas, serta dapat dijadikan acuan dalam pengembangan produk olahan ikan dengan teknologi pemanasan yang higienis dan efisien. Tuna is a leading marine commodity known for its high protein content. One potential form of product diversification is sate lilit (minced fish satay). Currently, the cooking process for this product commonly uses traditional methods such as charcoal grilling, which tend to be less hygienic and inefficient. Therefore, an alternative method is needed, such as electromagnetic heating using a microwave. This study aims to evaluate the effects of heating methods (traditional and microwave) and different heating durations (8, 10, and 12 minutes) on the organoleptic characteristics of sate lilit made from tuna.cThe research was conducted experimentally using a Completely Randomized Design (CRD) with a 2 × 3 factorial pattern, consisting of two factors: heating method and heating duration, each replicated three times. The parameters observed included color, aroma, taste, and texture, which were evaluated organoleptically by 30 untrained panelists using a 5-point hedonic scale. Statistical analysis showed that both heating method and duration had a significant effect on all organoleptic parameters. The best treatment was microwave heating for 10 minutes, which resulted in an appealing golden-brown color, a strong tuna aroma, a balanced savory taste, and a firm yet moist texture. These findings indicate that microwave heating for 10 minutes is an effective method for producing high-quality tuna sate lilit and can serve as a reference for further development in fish-based product diversification using appropriate and hygienic heating technology.