Widhi Astuti
Unknown Affiliation

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

BENTUK PENDIDIKAN KARAKTER DI KARATON KASUNANAN SURAKARTA BERBASIS AJARAN TRI HITA KARANA Widhi Astuti
Widya Aksara Vol 25 No 1 (2020)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (443.005 KB)

Abstract

Karaton kasunanan Surakarta which is located in Surakarta city. Precisely at the east end of Brigadier General Slamet Riyadi. The Surakarta kasunanan Palace was built at the initiative Susuhan Pakoe Boewono ll to move the Kartasura Palace which had been damage by the rebellion. According to spiritual experts Sala village is suitable for the establish of a new Karaton, and will be 200 years old. The prediction did indeed happen The Kasunanan Surakarta palace was inaugurated in 1745 and in 1945 the Karaton Kasunanan Surakarta no longer function as the center of government, now a culture preservation. All literary works, buildings and ceremonies of the Karaton Kasunanan Surakarta as a source of Javanese culture, As a noble culture heritage of java must be preserved, all are symbols that serve as a guide for life, material for character education for human life. Support of the preservation of Javanese culture are Susuhan Pakoe Boewono, all members of the Karaton and Abdi Dalem and who are loyal to the culture Kasunanan Karaton in Surakarta. In the discussion is to emphasize the teachings of Tri Hita Karana which is still applied in Karaton Kasunanan Surakarta. Hindu teaching teach three forms of good relationships to achieve harmony in life, namely the so-call Tri Hita Karana, humans with fellow humans and humans with nature. These three relationships can be found with in the Karaton Kasunanan Surakarta scope which also contains elements of education about God. Behavior that is completely immoral, orderly, polite, virtuous, smooth.  
PENDIDIKAN KARAKTER REALISASI TRI HITA KARANA DAN NILAI PANCASILA DI PURA MANDIRA SETA BALUWARTI SURAKARTA Widhi Astuti; Nukning Sri Rahayu
Widya Aksara Vol 25 No 2 (2020)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pura Mandara Seta Terletak di lingkungan Karaton Kasunanan Surakarta, secara kedaerahan termasuk Kalurahan Baluwarti, Kecamatan Pasar Kliwon, tepatnnya dalam area Karaton Kasunanan Surakarta terletak di bagian timur laut. Untuk memberi gambaran yang lebih jelas dan lebih rinci maka penelitian menggunakan metode analisis kualitatif, yang mengacu pengupasan pelaksanaan pendidikan karakter bagi yang belajar mengenai keagamaan di Pura Mandara Seta tersebut. Gambaran pelaksanaan pendidikan karakter melalui realisasi Tri Hita Karana dan Nilai Pancasila di Pura Mandira Seta ini seiring sejalan dengan perkembangan pemikiran bapak RW Hardjanta sebagai pendiri pura tersebut. Agar pelaksanaan pendidikan karakter ini terarah dibentuklah Yayasan Sanatana Dharma Majapahit dan Pancasila ( Sadhar – mapan ) dan didirikan Pura Mandira Seta untuk melaksanakan kegiatan. Fungsi pendidikan karakter tersebut membentuk manusia indonesia yang berkepribadian kuat mewarisi ajaran agama Hindu yang berkembang pada Jaman Majapahit dan dapat menerapkannya dalam negara Pancasila. Ajaran Tri Hita Karana dengan berpedoman Pustaka Suci Weda dan pustaka – pustaka suci Hindu yang ada di Indonesia, India dan negeri Belanda, sebagai acuan dalam pelaksanaanya. Pokok pemikiran bapak Hardjanta, mendidik umat Hindu untuk membangkitkan pelaksanaan diri mencapai kebahagiaan secara vertikal (batin) dan kebahagian horizontal ( lahir )sehingga dapat berguna bagi diri sendiri maupun masyarakat, bangsa dan negara serta alam seisinnya Substansi penelitian adalah pendidikan karakter, fungsi, makna melalui realisasi Tri Hita Karana dan Nilai Pancasila di Pura Mandira Seta Baluarti, Surakarta.
DAMPAK MEDIA YOUTUBE DALAM PROSES PEMBELAJARAN DAN PENGEMBANGAN KREATIFITAS BAGI KAUM MILENIAL Titin Sutarti; Widhi Astuti
Widya Aksara Vol 26 No 1 (2021)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Era digital ini bisa dikatakan hampir tidak ada kaum muda milenial yang tidak mengenal YouTube. Bila kita pandang dari segi kontruktifnya maka YouTube mampu membawa dan mengedukasi pengguna untuk menuju sesuatu yang bersifat membangun dan berorientasi pada kebaikan dan kebahagiaan banyak orang tanpa meninggalkan nilai, norma dan etika serta asas kemanusiaan. Dalam proses belajar mengajar, dengan kemajuan tekhnologi ini menuntut guru dan siswa melakukan inovasi dalam pembelajaran demi tercapainya tujuan pembelajaran. Media merupakan alat bantu untuk mencapai tujuan pembelajaran agar siswa mampu memperoleh pengetahuan. Teknologi informasi dan komunikasi dapat dimanfaatkan sebagai salah satu media pembelajaran, yakni sarana yang menjembatani hubungan antara siswa, guru dan sumber belajar. Salah satunya adalah menggunakan media YouTube, dalam proses belajar mengajar ini penyampaian konsep materi, siswa atau pengguna video dapat melihat dan mendengarkan video guru dalam berceramah dan memberikan contoh pemahaman seperti halnya ketika siswa sedang menyimak pembelajaran langsung di dalam kelas. Manfaat media YouTube dalam proses pembelajaran adalah dapat menyampaikan materi pembelajaran, memberikan ilustrasi materi, tutotial terhadap materi praktek, tampilan yang menarik akan memotivasi semangat belajar, menambah wawasan dalam ilmu pengetahuan, menyelesaikan masalah pada persoalan materi pelajaran, mendapatkan informasi yang beranekaragam dan berguna dalam pembelajaran. Bagi pengajar media social YouTube selain sebagai media untuk menyampaikan ilmu di sisi lain juga bisa digunakan untuk menimba ilmu atau sumber referensi materi yang lebih mendukung dan inovatif modern terhadap materi yang akan disampaikan dalam proses pembelajaran. YouTube sebagai media sosial memiliki kontribusi dalam menumbuhkan kreatifitas seseorang baik secara langsung maupun tidak langsung. Kreativitas sebagai wujud ekpesi diri manusia terhadap segala kebutuhan dan gagasanya dalam memenuhinya dapat terwujud dalam beberapa macam bentuk antara lain kreativitas dalam bentuk ide kreativitas dalam bentuk produk kreativitas dalam bentuk gagasan kreativitas dalam merubah bentuk dan memperbaiki produk
MAKNA DAN IMPLIKASI REPLIKA BANGUNAN SUCI DI PURA SAHASRA ADHI PURA BAGI UMAT HINDU Widhi Astuti
Widya Aksara Vol 27 No 1 (2022)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54714/widyaaksara.v27i1.177

Abstract

Pura Sahasra Adhi Pura terletak didesa Sonosewu, Wirun, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo. Lokasi terletak 5 km sebelah timur kota Surakarta dan sebelah timur Bengawan Solo. Pura tersebut menempati areal seluas 9.000 meter persegi. Kompleks Pura akan membentuk pusat Metafisis Global dan Pusat Hinduisme Global. Konsep yang dikatakan masalah dunia adalah permasalahan manusia dan tidak pernah dapat diatasi jika permasalahan manusia belum dipecahkan ( Hardjanto 1953 : 19 ). Struktur Pura Sahasra Adhi Pura menggunakan dasar astronomi ( Jyotisa ),geodectic, dengan meletakkan replica bangunan suci menggunakan system ketentuan Weda, system tata surya, system galaksi bima, system cakra, system vastupurusamandala. Fungsi replika bangunan suci dunia sebagai pratima sebagai wahana mencapai tujuan tersebut. Tattwa harus dimengerti untuk meningkatkan kecerdasan emosional, pemujaan yajna dan yoga Samadhi dilaksanakan untuk meningkatkan kecerdasan spiritual. Makna replica bangunan suci dunia tersebut perwujudan penyerahan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Implikasi adanya replica bangunan suci belajar mewujudkan manusia berkarakter untuk menjadi manusia budaya, manusia yang merdeka, manusia sehat sejahtera dan bijaksana berdasar kebenaran. Belajar menerapkan konsep “ Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Mangrawa” secara insentif bersama – sama “ memayu hayuning bhawana, sepi ing pamrih rame ing gawe”
ANALISIS SWOT DALAM PENCANANGAN CANDI PRAMBANAN SEBAGAI PUSAT RITUAL UMAT HINDU I Nyoman Warta; Dewi Ayu Wisnu Wardani; I Nyoman Santiawan; Widhi Astuti; Ni Luh Putu Wiardani Astuti; Talang Dewayanti
Widya Aksara Vol 27 No 1 (2022)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54714/widyaaksara.v27i1.183

Abstract

Pencanangan candi Prambanan sebagai tempat ibadah umat Hindu merupakan harapan besar bagi umat Hindu. Dengan terbitnya Surat Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu Nomor 26 tahun 2021 tentang Tim Kerja Pencanangan Candi Prambanan sebagai tempat ibadah Hindu Indonesia dan Dunia, maka akan terbuka lebar peluang itu bisa diwujudkan. Penelitian ini bertunjuan untuk mengetahui SWOT analisis candi Prambanan sebagai pusat ritual umat Hindu. Penelitian ini merupakan tracer study, tetapi berkaitan dengan pendeskripsian, penguraian dan penggambaran suatu masalah yang sedang terjadi. Hasil penelitian menujukan Kekuatan: Umat Hindu terbesar nomor 3 di dunia, Candi Prambanan terletak di tengah-tengah umat Hindu Daerah Istimewa Yogyakarta dan Klaten, Candi Prambanan telah digunakan sejak lama sebagai tempat kegiatan ritual umat Hindu, kegiatan Tawur Kesanga mendapatkan pengakuan, kegiatan di Candi Prambanan didukung oleh pemerintah pusat dan daerah. Kelemahan: Belum ada definisi dan rumusan yang jelas terkait apa arti Candi Prambanan sebagai tempat ibadah Hindu Indonesia dan dunia, belum ada legal formal yang mengijinkan pelaksanaan ibadah di Candi Prambanan, dan perbedaan pandangan. Peluang: Pusat pariwisata spiritual baru di Indonesia, terjadi pertumbuhan perekonomian, terserapnya tenaga kerja, dan terciptanya kesejahteraan. Ancaman: Perubahan kebijakan setiap kepemimpinan, persaingan dengan negara lain dan pemikiran/pandangan yang berbeda.