Titin Sutarti
Unknown Affiliation

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PUASA MENURUT AJARAN AGAMA HINDU ( PERSPEKTIF BUDAYA JAWA ) Titin Sutarti
Widya Aksara Vol 24 No 2 (2019)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (486.199 KB)

Abstract

  Fasting in Javanese various types, fasting or asceticism can be done in many ways, many models and forms. Tapa brata, both physical and mental, cannot be separated because it is an integrated whole. Fasting has a very good and big effect on the body and mind. Fasting in a supernatural way alters the physical and etheric molecular systems of the body and increases its vibrations so as to make the body more sensitive to supernatural energy or power, while at the same time trying to awaken one's sixth sense ability. When a person is accustomed to fasting, the vibrations of the physical and etheric body will increase so that all poisons, negative energy and negative etheric beings in his body will come out and his body will be clean. The direct or indirect impact of the implementation of fasting on the physical or spiritual in the long term or short term, for the individual or the environment, namely; Increased physical health, psychology, and spiritual, Increased sensitivity and concern for others, Increased adherence to Hyang Widi. Fasting intends to restrain the pleasures, desires or passions that are not good and unwise in life, and galvanize yourself to get the 'endurance' of body and soul in the face of the waves of life. Peace in life can be seen from the attitude of someone who lives this life in moderation, this life is lived proportionally, in harmony with what is truly a necessity of life, and does not exceed the limits of appropriateness or fairness.
PERAN PEMIMPIN HINDU DALAM MEMIMPIN MASYARAKAT HINDU Titin Sutarti
Widya Aksara Vol 25 No 2 (2020)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pemimpin adalah pengayom, mengayomi dan melindungi rakyat yang berada dalam kekuasaannya. Membentuk generasi yang kuat, militant, dan memiliki kemampuan untuk memimpin, serta terciptanya suasana kehidupan masyarakat Hindu yang dinamis, kondusif, dan konstruktif dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan peradaban sesuai dengan cita-cita luhur ajaran kitab suci, merupakan tugas pokok, kewajiban, dan fungsi kepemimpinan Hindu kini dan mendatang. Merupakan suatu kewajiban dari seorang pemimpin yang telah mendapatkan pengesahan untuk melindungi dan menata sehingga seluruh kehidupan menjadi baik. Kehidupan masyarakat Hindu yang modern, ialah sebuah kehidupan yang dinamis dan konstruktif. Pemimpin merupakan seseorang yang menggunakan kemampuannya, sikapnya, nalurinya, dan kepribadiannya untuk menciptakan suatu keadaan, sehingga orang lain yang dipimpinnya dapat saling bekerja sama untuk mencapai tujuan. Dalam pelaksanaan tugasnya setiap pemimpin memiliki ciri khas gaya atau karakteristik yang berbeda dari satu dengan yang lain dikarenakan sifat kepribadian tiap pemimpin berbeda. Kehidupan pada aspek Jagadhita dapat terpenuhi tanpa sedikitpun mengesampingkan aspek rokhaniahnya (moksa). Taraf hidup harkat dan martabat serta keberadaban kehidupan umat Hindu semakin terangkat, sehingga menjadikan masyarakat Hindu memiliki daya tawar bahkan bisa menjadi agen perubahan kearah yang lebih baik bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Seorang pemimpin harus mampu menumbuh-suburkan dalam diri para anggota dan teman-teman pengurus, kemauan untuk melakukan berbagai penyesuaian yang diperlukan. Artinya preferensi pribadi harus diabdikan / disumbangkan kepada kepentingan dan tuntutan organisasi / lembaga, yang diterjemahkan oleh pemimpin ke dalam strategi, kebijakan, berbagai keputusan, dan praktek-praktek operasional.
DAMPAK MEDIA YOUTUBE DALAM PROSES PEMBELAJARAN DAN PENGEMBANGAN KREATIFITAS BAGI KAUM MILENIAL Titin Sutarti; Widhi Astuti
Widya Aksara Vol 26 No 1 (2021)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Era digital ini bisa dikatakan hampir tidak ada kaum muda milenial yang tidak mengenal YouTube. Bila kita pandang dari segi kontruktifnya maka YouTube mampu membawa dan mengedukasi pengguna untuk menuju sesuatu yang bersifat membangun dan berorientasi pada kebaikan dan kebahagiaan banyak orang tanpa meninggalkan nilai, norma dan etika serta asas kemanusiaan. Dalam proses belajar mengajar, dengan kemajuan tekhnologi ini menuntut guru dan siswa melakukan inovasi dalam pembelajaran demi tercapainya tujuan pembelajaran. Media merupakan alat bantu untuk mencapai tujuan pembelajaran agar siswa mampu memperoleh pengetahuan. Teknologi informasi dan komunikasi dapat dimanfaatkan sebagai salah satu media pembelajaran, yakni sarana yang menjembatani hubungan antara siswa, guru dan sumber belajar. Salah satunya adalah menggunakan media YouTube, dalam proses belajar mengajar ini penyampaian konsep materi, siswa atau pengguna video dapat melihat dan mendengarkan video guru dalam berceramah dan memberikan contoh pemahaman seperti halnya ketika siswa sedang menyimak pembelajaran langsung di dalam kelas. Manfaat media YouTube dalam proses pembelajaran adalah dapat menyampaikan materi pembelajaran, memberikan ilustrasi materi, tutotial terhadap materi praktek, tampilan yang menarik akan memotivasi semangat belajar, menambah wawasan dalam ilmu pengetahuan, menyelesaikan masalah pada persoalan materi pelajaran, mendapatkan informasi yang beranekaragam dan berguna dalam pembelajaran. Bagi pengajar media social YouTube selain sebagai media untuk menyampaikan ilmu di sisi lain juga bisa digunakan untuk menimba ilmu atau sumber referensi materi yang lebih mendukung dan inovatif modern terhadap materi yang akan disampaikan dalam proses pembelajaran. YouTube sebagai media sosial memiliki kontribusi dalam menumbuhkan kreatifitas seseorang baik secara langsung maupun tidak langsung. Kreativitas sebagai wujud ekpesi diri manusia terhadap segala kebutuhan dan gagasanya dalam memenuhinya dapat terwujud dalam beberapa macam bentuk antara lain kreativitas dalam bentuk ide kreativitas dalam bentuk produk kreativitas dalam bentuk gagasan kreativitas dalam merubah bentuk dan memperbaiki produk
MEMBANGUN KEPRIBADIAN DAN BUDI PEKERTI LUHUR MELALUI PENERAPAN AJARAN AGAMA HINDU Titin Sutarti
Widya Aksara Vol 27 No 1 (2022)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54714/widyaaksara.v27i1.176

Abstract

Kepribadian dan Budi Pekerti merupakan dua buah istilah yang saling melengkapi. Kepribadian merupakan sifat-sifat atau karakter yang mendasari atau yang dimiliki oleh pribadi seseorang, sedangkan budhi pekerti adalah sifat, perbuatan atau tingkah laku seseorang yang dilakukan dan dilaksanakan dengan kesadaran dalam bertindak. Budi pekerti merupakan bentuk sikap dan perilaku positif yang dilakukan dan akan membentuk kepribadian dari seseorang. Tingkah laku manusia dalam berbuat tidaklah terlepas dari adanya pengaruh intern dan ekstern. Sifat, karakter, pengalaman hidup, orientasi dan pemahaman nilai merupakan “unsur dalam” yang ada dalam diri manusia. Sedangkan lingkungan yang kondusif, sehat, aktif, positif akan mendukung tingkah laku seseorang dalam hal-hal yang positif dan tidak terlepas dari nilai-nilai etika. Budi pekerti yang salah satu unsur didalamnya adalah perilaku sopan santun atau etika dalam bertingkah laku, merupakan sebuah sikap dan tindakan yang diperoleh berdasarkan kebiasaan yang dilakukan sejak kecil. Memiliki budi pekerti luhur sangat didambakan bagi setiap orang. Dengan tingkah laku yang baik, diharapkan kelak dikemudian hari, seseorang akan memperoleh kehidupan yang jauh lebih baik, terlepas dari kesengsaraan dan pada giliranya kebahagianlah yang di diperolehnya. Maka pendidikan budhi pekerti sangat dibutuhkan oleh setiap insan manusia khususnya untuk generasi muda sebagai generasi penerus bangsa. Hal ini telah diterapkan dalam kurikulum 2013 yang awalnya disebut dengan mata pelajaran Pendidikan Agama, kini berubah menjadi Pendidikan Agama dan Budi Pekerti. Dengan pendidikan budi pekerti diharapkan akan membentuk sebuah karakter atau kepribadian yang baik dan dapat menciptakan hubungan yang harmonis dengan Sang Hyang Widhi, sesama manusia dan lingkungan yang disebut dengan ajaran Tri Hita Karana. Yang pada gilirannya, kehidupan masyarakat, bangsa dan negara akan menjadi ‘tata titi tentrem kerta raharja, gemah ripah lohjinawi’. Tri kerangka pokok ajaran agama Hindu telah menegaskan bahwa, disamping penguatan Tattwa dan pelaksanaan tata cara upacara keagamaan, menjunjung tinggi etika dan susila adalah mutlak harus dilaksanakan. Baik etika vertikal (hubungan manusia dengan Sang Hyang Widi) dan etika horizontal (hubungan manusia dengan sesama dan alam lingkungannya). Ajaran Etika atau Susila ini antara lain meliputi Tat Twam Asi, Tri Kaya Parisudha, Panca Satya, Tri Parartha, Dasa Nyama Bratha, Nawa Widha Bhakti, Catur Paramitha. Sudah seharusnya ajaran ini harus dijunjung tinggi dengan cara dipahami, dilaksanakan dan diwujudkan dalam bentuk normatif ideologis dan aplikatif kontekstual sebagai satu kesatuan utuh untuk dapat mendukung terwujudnya budi pekerti luhur demi terciptanya keharmonisan, keselarasan serta keberadaban semesta alam .
IMPLEMENTASI PEMBIASAAN MENINGKATAKAN KARAKTER DAN PRESTASI SISWA PADA PENDIDIKAN PASRAMAN NON FORMAL DI EKS KARESIDENAN SURAKARTA Farida Setyaningsih; Putu Budiadnya; Setyaningsih; Titin Sutarti; Sujaelanto; Gayatri Sindi Mahesti
Widya Aksara Vol 27 No 1 (2022)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54714/widyaaksara.v27i1.184

Abstract

Pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak, jika hal tersebut tertanam dan terpatri dalam diri setiap insan sejak dini, hal tersebut merupakan awal yang baik bagi setiap Pendidikan anak bangsa untuk menjalani proses selanjutnya. Melihat betapa pentingnya pembiasaan meningkatkan karakter dan prestasi siswa, maka peneliti mengambil 3 rumusan masalah yaitu; jenis pembiasaan apa yang digunakan untuk meningkatkan karakter dan prestasi siswa pada Pendidikan Pasraman Non Forma di Eks Karesidenan Surakarta, bagaimana implementasi pembiasaan untuk meningkatkan karakter dan prestasi siswa pada Pendidikan Pasraman Non Formal di Eks Karesidenan Surakarta, dan bagaimana dampak implementasi pembiasaan terhadap karakter dan prestasi siswa pada Pendidikan Pasraman Non Forma di Eks Karesidenan Surakarta. Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji dari rumusan masalah supaya bermanfaat secara teoritis maupun praktis dengan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan wawancara, dokumentasi, observasi, partisipan dan kepustakaan. Penelitian ini mengunakan teori pembiasaan klasik untuk membedah rumusan masalah 1, teori pembentukan karakter digunakan untuk membedah rumusan masalah 2, dan teori dampak untuk membedah rumusan masalah 3. Sehingga dapat ditarik simpulan jenis pembiasaan antara Pasraman satu dengan yang lainnya bisa ada beberapa yang sama, juga ada jenis pembiasaan yang berbeda, dalam implementasi pembiasaan juga ada yang sama dan ada yang berbeda, dalam arti ada yang rajin, kurang raji, fokus, lebih fokus, dan kurang fokus, bahkan ada yang rutin, telaten, tepat waktu sesuai jadwal yang ditentukan namun ada juga yang kurang disiplin, sehingga dampaknya juga berbeda terhadap peningkatan karakter dan prestasi siswa pada Pendidikan Pasraman Non Formal di Eks Karesidenan Surakarta. i
Penerapan Ajaran Dasa Yama Brata Untuk Memperkuat Kesusilaan Dan Menciptakan Keharmonisan Titin Sutarti
Widya Aksara : Jurnal Agama Hindu Vol 29 No 1 (2024)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54714/widyaaksara.v29i1.263

Abstract

Kesusilaan sangat penting untuk saat ini digaungkan dan ditekankan kembali implementasinya terutama di kalangan anak muda, hal itu dikarenakan saat ini nilai nilai serta pemahaman menengai kesusilaan dan implementasinya perlu diperkuatkan kembalikeberadaan serta eksistensinya. Kesusilaan ini memiliki peran penting dalam kehidupan social karena menyangkut layak dan tidaknya sesuatu dilakukan di suatu tempat. Dasa Yama Bratha sebagai salah satu ajaran tata susila, berfungsi untuk membina dan menempa watak pribadi maupun budi pekerti yang luhur bagi setiap umat manusia seperti berperilaku rendah hati, sopan santun, menghargai orang lain, dan lain sebagainya. Setiap orang perlu bekerja keras untuk menjaga dirinya dalam kehidupan sehari-hari agar hal-hal negatif tidak menimpa dirinya. Ajaran Dasa Yamabrata, terdiri atas : a) Ànåûangsya yaitu harimbawa berarti tidakmementingkan diri sendiri, b) Kûmā berarti tahan akan panas dan dingin, c) Satya berarti tidak berkata bohong, d) Ahimsā berarti berbuat bahagianya makhluk, e) Dama berarti sabar serta dapat menasihati diri sendiri, f) Àrjawa berarti tulus hati, berterus terang, g) Prtti berarti sangat welas asih, h) Prasāda berarti kejernihan hati, i) Mādhurya berarti manis pandangan dan manis perkataan, j) Mārdawa berarti kelembutan hati. Ajaran Dasa Yama Bratha sangat penting diterapkan dalam kehidupan manusia karena ajaran ini sangat berorientasi pada pengendalian diri serta upaya menjaga keselarasan dan keseimbangan perilaku manusia agar apa yang menjadi tujuan hidup manusia dapat tercapai serta keselarasan dan keseimbangan kehidupan terjaga dengan baik. Agar ajaran Dasa Yama Bratha ini bisa terserap dan teraplikasikan banyak orang maka bagi orang yang telah mempelajari dan memahami harus berupaya mengimplementasikan dalam kehidupan. Dengan penerapan ajaran ini akan mampu menyeimbangkan keharmonisan hidup antar manusia, karena setiap insan manusia akan senantiasa memiliki rasa cinta kasih dan saling menghormati.