Ni Luh Putu Wiardani Astuti
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

ANALISIS SWOT DALAM PENCANANGAN CANDI PRAMBANAN SEBAGAI PUSAT RITUAL UMAT HINDU I Nyoman Warta; Dewi Ayu Wisnu Wardani; I Nyoman Santiawan; Widhi Astuti; Ni Luh Putu Wiardani Astuti; Talang Dewayanti
Widya Aksara Vol 27 No 1 (2022)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54714/widyaaksara.v27i1.183

Abstract

Pencanangan candi Prambanan sebagai tempat ibadah umat Hindu merupakan harapan besar bagi umat Hindu. Dengan terbitnya Surat Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu Nomor 26 tahun 2021 tentang Tim Kerja Pencanangan Candi Prambanan sebagai tempat ibadah Hindu Indonesia dan Dunia, maka akan terbuka lebar peluang itu bisa diwujudkan. Penelitian ini bertunjuan untuk mengetahui SWOT analisis candi Prambanan sebagai pusat ritual umat Hindu. Penelitian ini merupakan tracer study, tetapi berkaitan dengan pendeskripsian, penguraian dan penggambaran suatu masalah yang sedang terjadi. Hasil penelitian menujukan Kekuatan: Umat Hindu terbesar nomor 3 di dunia, Candi Prambanan terletak di tengah-tengah umat Hindu Daerah Istimewa Yogyakarta dan Klaten, Candi Prambanan telah digunakan sejak lama sebagai tempat kegiatan ritual umat Hindu, kegiatan Tawur Kesanga mendapatkan pengakuan, kegiatan di Candi Prambanan didukung oleh pemerintah pusat dan daerah. Kelemahan: Belum ada definisi dan rumusan yang jelas terkait apa arti Candi Prambanan sebagai tempat ibadah Hindu Indonesia dan dunia, belum ada legal formal yang mengijinkan pelaksanaan ibadah di Candi Prambanan, dan perbedaan pandangan. Peluang: Pusat pariwisata spiritual baru di Indonesia, terjadi pertumbuhan perekonomian, terserapnya tenaga kerja, dan terciptanya kesejahteraan. Ancaman: Perubahan kebijakan setiap kepemimpinan, persaingan dengan negara lain dan pemikiran/pandangan yang berbeda.
Implementasi Tri Hita Karana Dalam Upacara Merti Bumi Nyadran Surocolo Di Seloharjo Bantul Yogyakarta Ni Luh Putu Wiardani Astuti
Widya Aksara : Jurnal Agama Hindu Vol 29 No 1 (2024)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54714/widyaaksara.v29i1.262

Abstract

Nyadran Surocolo merupakan serangkaian upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat Kampung Surocolo sebagai ungkapan rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Hal itu dikarenakan adanya sumber mata air di tuk Surocolo, dimana itu digunakan untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari dan untuk bercocok tanam, karena masyarakat kami kebanyakan bercocok tanam. Di Surocolo ada sendang sumber air yang bisa digunakan untuk pertanian, bisa untuk kebutuhan kehidupan sehari-hari. Sebagai salah satu ungkapan rasa syukur tersebut salah satunya dengan nyadran yaitu memohon pada Tuhan Yang Maha Esa agar sendang atau sumber air tidak berhenti untuk tetap mengalir. Upacara adat nyadranan di tempat lain dilakukan di bulan ruwah menjelang bulan puasa tetapi upacara nyadranan di Surocolo dilakukan di mangsa kapapat/puncak kemarau menjelang musim hujan antara bulan September atau Oktober atau November. Tri Hita Karana. Tri Hita Karana berasal dari kata “Tri” yang berarti tiga, “Hita” yang berarti kebahagiaan dan “Karana” berarti penyebab. Tri Hita Karana menurut pandangan Agama Hindu adalah tiga penyebab terciptanya kebahagiaan. Adapun bagian-bagiannya ajaran Tri Hita Karana yaitu a. Parhyangan Hubungan Manusia dengan Tuhan, b. Pawongan Hubungan Manusia dangan Manusia, c. Palemahan Hubungan Manusia dengan Alam Semesta. Terciptanya rangkaian Upacara Adat Nyadran Surocolomengimplementasikan dari Tri Hita Karana sendiri untuk adanya keseimbangan.