Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Formulation and Effectivity of Henna Leaves (Lawsonia inermis L.) Extract Ointment Against Burn Healing of Rabbit (Orctolagus cuniculus) Wandira, Ayu; Astriani, Dian; Wahyudin, Munifah
Ad-Dawaa: Journal of Pharmaceutical Sciences Vol 5 No 2 (2022)
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/djps.v5i2.36124

Abstract

Burns are tissue injury resulting from contact with a source of heat. The henna leaves extract (Lawsonia inermis L.) contains tannin, which acts as an astringent to treat wounds. This research seeks to determine the efficacy and quality of henna leaves ointment (Lawsonia inermis L.). The extraction method for henna leaves (Lawsonia inermis L.) entailed maceration with a 96% ethanol solvent. The phytochemical analysis of the 96% ethanol extract of henna leaves revealed the presence of flavonoids, tannins, saponins, and terpenoids. Variable concentrations of henna leaves extract were used to formulate ointments: 2.5% (F1); 5% (F2); 10% (F3); negative control (C-); and bioplacenton® as the positive control. Organoleptic assays, homogeneity, pH, spreadability, and adhesion were used to evaluate the quality of the formulations. In rabbits with inflicted burns, administer ointments F1, F2, F3, C-, and C+ to determine the efficacy of burn treatment. The healing effect is evaluated based on the time it takes for the wound to close (maturation phase), which is characterised by the incision being covered with new tissue. The ointment made from 96% ethanol extract of henna leaves with various concentrations of F1, F2, and F3 met the test requirements for organoleptic, homogeneity, pH, spreadability, and adhesion, according to the results of the ointment quality test. The ANOVA analysis of the effect test revealed that F1, F2, and F3 had a healing effect on wounds. The lesion healing effect of Formula F3 (10%) was not significantly different from the positive control after 11 days
Pertumbuhan dan Hasil Buncis Tegak pada berbagai Dosis Pupuk Kandang Sapi dan Jarak Tanam Gaurifa, Arjuli Yanti; Dinarto, Wafit; Astriani, Dian
Proceedings Series on Physical & Formal Sciences Vol. 7 (2024): Prosiding Seminar Nasional Fakultas Pertanian dan Perikanan
Publisher : UM Purwokerto Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/pspfs.v7i.1199

Abstract

Usaha untuk meningkatkan produksi buncis dapat dilakukan dengan memperbaiki teknik budidaya, diantaranya pengaturan jarak tanam dan pemupukan yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis pupuk kandang sapi dan jarak tanam terbaik untuk pertumbuhan dan hasil buncis tegak. Penelitian dilakukan bulan Januari – April 2024 di UPT Kebun Percobaan Fakultas Agroindustri, Universitas Mercu Buana Yogyakarta pada ketinggian 110 m di atas permukaan laut. Penelitian ini merupakan percobaan faktorial 3x2 yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap dengan tiga ulangan. Faktor perlakuan pertama adalah dosis pupuk kandang sapi terdiri atas tiga aras, yaitu: 0, 10, dan 20 t/ha. Faktor kedua adalah jarak tanam, terdiri atas dua aras yaitu: 30 cm x 40 cm dan 40 cm x 40 cm. Data dianalisis menggunakan analisis ragam (Anova) ?= 5 %, dan apabila perlakuan berbeda nyata dilanjutkan Uji Duncan ?= 5%. Hasil penelitian menunjukkan ada interaksi antara faktor perlakuan dosis pupuk kandang sapi dengan jarak tanam. Pemberian dosis pupuk kandang sapi berpengaruh nyata terhadap komponen pertumbuhan buncis tegak dan hasil buncis tegak. Perlakuan jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap komponen pertumbuhan dan hasil buncis tegak.
Optimasi Budidaya Bawang Merah Secara Organik dengan Formulasi Kompos Gulma Siam Berbasis Agens Hayati Nugroho, Bambang; Mildaryani, Warmanti; Astriani, Dian
Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol 24 No 3 (2024)
Publisher : Politeknik Negeri Lampung.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25181/jppt.v24i3.3419

Abstract

Conventional shallot cultivation has brought negative effects such as chemical pollution, decrease in biodiversity, and fungal pathogen resistance.  The use of organic fertilizer and biopesticides is a good solution to overcome the problems.  This research was done to find optimum dose of siam weed compost combined with biocontrol of avirulent Fusarium oxysporum f. sp. cepae on shallot production.  A single factor arranged in Randomized Complete Design with 3 replications was used.  The treatment was the dose of siam weed compost i.e. A = control, B = 5 tons/ha, C = 10 tons/ha, D = 15 tons/ha, and E = 20 tons/ha.  Siam weed compost was enriched with the biocontrol before used.  The results showed that up to 20 tons/ha, siam weed compost increased only shallot growth of fresh and dry weight of plant.  There was no significant effect to shallot yield.  Incidence of moler disease was very low during the research.  
Low Input Sebagai Implementasi Sustainable Agriculture di Kelompok Tani Sumber Rejeki, Kapanewon Tempel, Kabupaten Sleman Sambodo, Reo; Astriani, Dian; Dinarto, Wafit
Reswara: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 6, No 2 (2025)
Publisher : Universitas Dharmawangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46576/rjpkm.v6i2.3842

Abstract

Kabupaten Sleman merupakan salah satu wilayah sentra produksi pertanian yang memiliki potensi besar di Daerah Istimewa Yogyakarta. Namun, Kelompok Tani Sumber Rejeki yang berada di Kapanewon Tempel menghadapi tantangan serius terkait kenaikan harga pupuk kimia, terutama pupuk non-subsidi, yang berdampak langsung pada peningkatan biaya produksi. Sebagai respons terhadap kondisi tersebut, Program Studi Agroteknologi melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat berbasis pemberdayaan, dengan pendekatan partisipatif yang menekankan prinsip pertanian berkelanjutan dan penggunaan input rendah (low input). Kegiatan ini bertujuan meningkatkan pengetahuan dan kapasitas anggota kelompok tani dalam mengelola sistem pertanian yang ramah lingkungan dan berbiaya efisien. Evaluasi kegiatan dilakukan melalui pengukuran perubahan pengetahuan menggunakan pre-test dan post-test. Hasil menunjukkan peningkatan signifikan pada pemahaman masyarakat tentang pertanian berkelanjutan (60%), pupuk organik (12%), dampak penggunaan pupuk organik (36%), manfaat pupuk organik bagi tanaman (20%), serta bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai pupuk organik (20%). Selain itu, minat masyarakat untuk menerapkan praktik pertanian berkelanjutan meningkat dari 20% menjadi 80% setelah sosialisasi dilakukan. Temuan ini mengindikasikan bahwa pendekatan partisipatif dan sosialisasi intensif efektif dalam meningkatkan kesadaran dan kesiapan masyarakat untuk bertransformasi menuju sistem pertanian yang berkelanjutan.
VARIASI VIRULENSI ISOLAT Fusarium oxysporum f.sp.cepae PADA BEBERAPA VARIETAS BAWANG MERAH Nugroho, Bambang; Astriani, Dian; Mildaryani, Warmanti
Agrin Vol 15, No 1 (2011): Agrin
Publisher : Jenderal Soedirman University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.agrin.2011.15.1.114

Abstract

Penyakit moler yang disebabkan oleh Fusarium oxysporum f.sp.cepae merupakan penyakit utama bawangmerah yang selalu ditemukan di setiap daerah penanaman dengan intensitas penyakit yang bervariasi. Variasi inididuga berkaitan dengan variasi virulensi patogennya dan variasi ketahanan varietas bawang merah. Beberapaisolat patogen diuji pada beberapa varietas bawang merah untuk mengetahui variasi virulensinya dan ketahananbawang merah terhadap penyakit moler. Lima varietas bawang merah yaitu Tiron, Filip, Kuning, Thailan, danBiru diinokulasi dengan empat isolat patogen yang berasal dari Kulonprogo (isolat Kp), Bantul (isolat Bt),Brebes (isolat Br), dan Nganjuk (isolat Ng). Sebelum inokulasi dengan cara perendaman umbi bibit dalamsuspensi mikrokonidium patogen konsentrasi 106, umbi didisinfeksi dengan perendaman dalam kloroks 1%selama 1 menit, dicuci dengan akuades steril, dan dikeringanginkan semalam. Umbi yang sudah diinokulasikemudian ditanam dalam polibeg yang berisi medium tanam yang berupa campuran tanah:pupuk kandang sapi2:1 v/v. Isolat Bt menunjukkan virulensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan 4 isolat yang lain pada semuavarietas bawang merah yang diuji. Isolat Bt menyebabkan penyakit dengan intensitas yang lebih tinggi, danmenyebabkan kematian total pada varietas Kuning. Varietas Filip dan Biru adalah varietas yang paling tahan,sebaliknya varietas Kuning adalah yang paling rentan terhadap penyakit moler.Kata kunci: variasi virulensi, Fusarium oxysporum f.sp.cepae, resistensi, bawang merah ABSTRACTMoler (shallot twisting disease) caused by Fusarium oxysporum f.sp.cepae is a major disease on shallotthat is always found in every shallot plantation with various disease intensity. The variation of disease intensitymay be related to variation of virulence of the pathogen and the resistance of shallot varieties. Several isolatesof the pathogen were tested on several shallot varieties to know the variation of their virulence as well as theresistance of the shallot varieties. Five varieties of shallot i.e. Tiron, Filip, Kuning, Thailan, and Biru wereinoculated with four isolates of the pathogen originated from Kulonprogo (Kp isolate), Bantul (Bt isolate),Brebes (Br isolate), and Nganjuk (Ng isolate). Before inoculation by deeping the bulbs in 106/ml microkonidiumsuspension for 30 minutes, the bulbs were disinfected with 1% NaOCl for about 1 minute, washed with sterilizedaquadest, and air dryed overnight. The inoculated bulbs were then planted in polybags containing plantingmedium of soil:organic fertilizer 2:1 v/v. Bt isolate showed the higher virulence compared to 4 other isolates onall varieties tested. The isolate gave the higher disease intensity, and it caused total plant death on Kuningvariety. Filip and Biru varieties were the most resistant, whilst Kuning variety was the most susceptible to thedisease.Key word: variation of virulence, Fusarium oxysporum f. sp. cepae, resistance, shallotÂ