Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

SOSIALISASI INOVATIF: PENGGUNAAN PGPR “BIOFERTI” SEBAGAI PUPUK UNTUK BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK Aiman, Umul; Sriwijaya, Bambang; Nugroho, Bambang; Mildaryani, Warmanti
ABDI KAMI: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 7 No 1 (2024): (Februari 2024)
Publisher : LPPM Institut Agama Islam (IAI) Ibrahimy Genteng Banyuwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69552/abdi_kami.v7i1.2367

Abstract

PGPR "Bioferti" is a PGPR that contains a consortium of 4 bacteria, namely Azotobacter sp., Pseudomonas sp., Bacillus sp., and Pseudomonas fluorescens which can increase plant growth and yield. PGPR is a product that functions as a biofertilizer, biostimulant (stimulates growth due to the presence of ZPT), and bioprotectant. This activity aims to provide knowledge about PGPR in general and specifically PGPR "Bioferti" for vegetable cultivation. The methods used are counseling and practice/implementation of PGPR. The activity begins with providing an understanding of PGPR, types of vegetables with their nutritional content, an understanding of organic vegetables with their advantages and disadvantages, and how to cultivate organic vegetables. Apart from providing theory, the service also invited partners to practice directly by providing seeds of various vegetables and PGPR as well as organic fertilizer for cultivation in their respective yards. The results of the service activities were an increase in community knowledge about PGPR. The evaluation results show that the community is enthusiastic about using PGPR and can cultivate organic vegetables. To ensure its continuity, continuous assistance and consultation is carried out.
Efek Antijamur Ekstrak Daun Selasih Liar (Ocimum gratissimum) pada Fusarium oxysporum f. sp. cepae dan Alternaria porri pada Bawang Merah The antifungal properties of clove basil (Ocimum gratissimum L.) extract on Fusarium oxysporum f. sp. Cepae and Alter Nugroho, Bambang; Mildaryani, Warmanti
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia Vol. 29 No. 3 (2024): Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18343/jipi.29.3.364

Abstract

The antifungal properties of clove basil (Ocimum gratissimum L.) extract on Fusarium oxysporum f. sp. Cepae and Alternaria porri were evaluated in vitro and in vivo. Thirty grams of the clove basil sterilized leaves were mashed in a sterile mortar, soaked for 24 hr in 100 mL of 96% ethanol as an extractant. The extract was filtered through sterile Whatman No. 1 filter paper and stored at 4°C for subsequent use. Three different concentrations (5, 10, and 15%) were applied using the poisoned food technique. A 4-mm diameter mycelial disc of each tested fungus was inoculated on each amended agar plate. Daily radial growth was recorded for 7 days. For the in vivo test, two different concentrations (15% and 20%) were used. No spray and mancozeb spraying were used as controls. Seed bulbs of shallots were planted in a 25 cm x 25 cm polybag and allowed to be naturally infected by Alternaria porri. The clove basil leaf extract and mancozeb were sprayed onto the plants once a week, starting when the first symptom of the purple blotch disease appeared. The results showed that clove basil leaf extract had good efficacy in inhibiting F. Oxysporum f. sp. Cepae and A. Porri in vitro, with a growth inhibition up to 55%. The extract can also reduce the disease intensity of purple blotch with an infection rate of 0.029, indicating that it has the potential to be developed as a botanical fungicide. Keywords: antifungal effect, Alternaria porri, clove basil, Fusarium oxysporum f. sp. cepae, leaf extract
Optimasi Budidaya Bawang Merah Secara Organik dengan Formulasi Kompos Gulma Siam Berbasis Agens Hayati Nugroho, Bambang; Mildaryani, Warmanti; Astriani, Dian
Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol 24 No 3 (2024)
Publisher : Politeknik Negeri Lampung.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25181/jppt.v24i3.3419

Abstract

Conventional shallot cultivation has brought negative effects such as chemical pollution, decrease in biodiversity, and fungal pathogen resistance.  The use of organic fertilizer and biopesticides is a good solution to overcome the problems.  This research was done to find optimum dose of siam weed compost combined with biocontrol of avirulent Fusarium oxysporum f. sp. cepae on shallot production.  A single factor arranged in Randomized Complete Design with 3 replications was used.  The treatment was the dose of siam weed compost i.e. A = control, B = 5 tons/ha, C = 10 tons/ha, D = 15 tons/ha, and E = 20 tons/ha.  Siam weed compost was enriched with the biocontrol before used.  The results showed that up to 20 tons/ha, siam weed compost increased only shallot growth of fresh and dry weight of plant.  There was no significant effect to shallot yield.  Incidence of moler disease was very low during the research.  
Analisis Usaha Tani Padi Lahan Persawahan dan Lahan Rawa di Desa Asinan Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang Jawa Tengah Kristiawan, Yogi Ananda; Sambodo, Reo; Mildaryani, Warmanti
Proceedings Series on Physical & Formal Sciences Vol. 8 (2025): Prosiding Seminar Nasional Fakultas Pertanian dan Perikanan
Publisher : UM Purwokerto Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/pspfs.v8i.1481

Abstract

Padi (Oryza sativa L) adalah makanan pokok di Indonesia, dimana saat ini beras dianggap tak tergantikan. Lahan pertanian padi terus berkurang akibat konversi untuk pemukiman dan infrastruktur. Desa Asinan Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, adalah salah satu penghasil padi terbesar di daerah tersebut, dengan lahan sawah yang luas dan terdapat lahan rawa yang di manfaatkan petani untuk budidaya padi.Penelitian ini bertujuan menganalisis karakteristik usaha tani padi di lahan rawa dan lahan sawah serta menentukan mana yang lebih menguntungkan antara kedua usahatani. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli 2024 hingga Januari 2025 menggunakan metode survei. Data yang dianalisis termasuk biaya produksi, penerimaan, dan pendapatan, kemudian diuji dengan independent sample t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total biaya usaha tani padi sawah mencapai Rp 6.047.150/Ha/musim tanam, lebih tinggi dibandingkan dengan padi rawa yang sebesar Rp 5.507.186, namun total penerimaan padi rawa lebih tinggi 46.626.160/Ha/musim tanam dibandingkan dengan padi sawah yang hanya Rp.45.394.163/Ha/musim tanam. Pendapatan rata-rata dari padi rawa juga lebih besar Rp 41.118.974/Ha/musim tanam, sedangkan dari padi sawah hanya Rp 36.344.41 /Ha/musim tanam. R/C Rasio menunjukkan usaha tani padi rawa lebih menguntungkan (8,5) dibandingkan padi sawah (7,0). Sedangkan pada B/C rasio padi lahan rawa mendapatkan nilai sebesar (7,5) lebih tinggi dibanding lahan sawah yang hanya sebesar (6,0).Hasil Uji-t independent sample test menunjukkan perbedaan signifikan antara kedua jenis usaha tani, dengan pendapatan petani padi rawa yang lebih besar.
Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pengalaman Bertani dan Luas Lahan Terhadap Pendapatan Petani Kakao di Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo Resmianto, Adolfince Hifolianti; Sambodo, Reo; Mildaryani, Warmanti
Proceedings Series on Physical & Formal Sciences Vol. 8 (2025): Prosiding Seminar Nasional Fakultas Pertanian dan Perikanan
Publisher : UM Purwokerto Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/pspfs.v8i.1500

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui analisis usaha tani kakao dan pendapatan petani kakao di Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, dan (2) mengetahui pengaruh tingkat pendidikan, pengalaman bertani, dan luas lahan terhadap pendapatan petani kakao di Kecamatan Girimulyo. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan teknik pengumpulan data survei menggunakan kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah 150 petani kakao di Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, dengan sampel sebanyak 52 orang yang dipilih dengan teknik random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani (sig < 0,001), sedangkan pengalaman bertani tidak berpengaruh signifikan (sig > 0,05). Luas lahan juga berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani (sig < 0,001). R/C ratio yang diperoleh sebesar 11 mengindikasikan bahwa usaha tani kakao di Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, layak untuk dijalankan.
Analisis Vegetasi dan Nilai Ekonomi Kebun Campuran di Padukuhan Tompak, Girimulyo, Kulon Progo Aizhah, Risma Siti Nur; Sambodo, Reo; Mildaryani, Warmanti
Proceedings Series on Physical & Formal Sciences Vol. 8 (2025): Prosiding Seminar Nasional Fakultas Pertanian dan Perikanan
Publisher : UM Purwokerto Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/pspfs.v8i.1518

Abstract

Kebun campuran merupakan salah satu bentuk agroforestri yang ditanami oleh berbagai jenis tanaman berkayu di lahan milik rakyat. Dilakukan analisis vegetasi untuk mengetahui berbagai verietas yang ditanam di suatu wilayah tersebut. Nilai ekonomi merupakan nilai yang diberikan seseorang terhadap suatu barang ekonomi berdasarkan manfaat yang diperolehnya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui analisis vegetasi dan nilai ekonomi kebun campuran di padukuhan Tompak, Girimulyo, Kulon Progo. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui keragaman varietas dan untuk mengetahui potensi nilai ekonomi pada kebun campuran. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan September sampai Desember 2024 di padukuhan Tompak Kecamatan Girimulyo Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta dengan ketinggian 450-650 di atas permukaan laut. Teknik pengumpulan data menggunakan metode sampling yang digunakan dalam penelitian kuantitatif (survey). Metode pengambilan data menggunakan wawancara dan kuisioner. Teknik analisa data yang digunakan adalah analisis vegetasi dan analisis nilai ekonomi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata luas lahan kebun campuran yaitu 1.981,33 m2 dengan tanaman dominan adalah tanaman kakao dengan jumlah tanaman adalah 718 dengan rata-rata 47,86. Sehingga diperoleh rata-rata nilai ekonomi kebun campuran yaitu Rp. 4.362.400 lebih tinggi dibandingkan dengan nilai ekonomi tegakan pohon yaitu Rp. 697.777. Hasil analisis nilai ekonomi berpengaruh pada pendapatan petani di Padukuhan Tompak dengan berbagai varietas yang ada pada kebun campuran.
Analisis Kelayakan Usahatani Tanaman Bawang Merah Daerah Pesisir Dan Daerah Lahan Sawah Rama, Alessandro; Sambodo, Reo; Mildaryani, Warmanti
Prosiding Seminar Nasional Mini Riset Mahasiswa Vol 4, No 1 (2025)
Publisher : Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum) merupakan tanaman hortikultura dari komoditi sayuran yang telah lama diusahakan oleh petani. Lahan pertanian di sawah terus berkurang akibat pemukiman dan infrastruktur yang meningkat. Kabupaten bantul merupakan daerah lahan pesisir yang memilki sumber daya alam dan kegiatan ekonomi dalam pertanian. Kabupaten Bantul dan Kabupaten Kulonprogo merupakan salah satu penghasil bawang merah terbesar di yogyakarta. Penelitian ini bertujuan menganalisis kelayakan bawang merah lahan pesisir dan lahan sawah serta menentukan mana yang lebih menguntungkan antara kedua tempat tersebut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2024 sampai bulan Maret 025 menggunakan metode survey. Data yang dianalisis termasuk biaya produksi, penerimaan, pendapatan kemudian diuji dengan independent sample t-test. Hasil penelitian menunjukan bahwa total biaya usahatani bawang merah lahan pesisir mencapai Rp 57.209.658,29/Ha/musim tanam, lebih kecil dibandingkan dengan usahatani bawang merah lahan sawah hanya sebesar Rp 73.458.030,47/Ha/musim tanam, namun total penerimaan bawang merah lahan pesisir lebih tinggi yaitu Rp 202.098.958/Ha/musim tanam dibandingakan lahan sawah yang hanya Rp 161.309.511/Ha/musim tanam. pendapatan rata-rata dari bawang merah lahan pesisir lebih besar Rp 144.203.300/Ha/musim tanam, sedangkan bawang merah lahan sawah hanya Rp 87.851.480/Ha/musim tanam. R/C rasio menunjukan usahatani bawang merah lahan pesisir lebih menguntungkan 2,5 dibandingkan bawang merah lahan sawah 1,2. Hasil uji-t independent sample test menunjukan perbedaan yang signifikan antara kedua lokasi usaha tani, dengan pendapatan petani bawang merah lahan pesisir lebih besar.Kata Kunci : Usahatani, Usahatani bawang merah lahan pesisir, Usahatani Bawang Merah Lahan Sawah, Uji Beda t test.