Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Pengaruh Suhu Terhadap Karakteristik Oleoresin Pada Ekstraksi Jahe Putri, Ayu Retno; Poku, Muthi Sucirawati; Yani, Syamsuddin; Wiyani, Lastri
Journal of Chemical Process Engineering Vol. 1 No. 2 (2016): Journal of Chemical Process Engineering
Publisher : Fakultas Teknologi Industri - Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33536/jcpe.v1i2.807

Abstract

Jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu komoditas ekspor penting dan bahan baku obat tradisional serta fitofarmaka yang banyak digunakan dalam industri obat herbal Indonesia. Jahe memiliki kandungan aktif yaitu oleoresin. Oleoresin jahe mengandung komponen gingerol, shogaol, zingerone, resin dan minyak atsiri. Oleoresin adalah ekstrak yang mengandung essential oil dan fixed oil yang mempunyai karakteristik rasa dari tumbuh-tumbuhan, biasanya digunakan dalam food flavoring applications. Tujuan penelitian ini untuk melihat karakteristik oleoresin jahe pada dua suhu ekstraksi. Dengan dilakukannya studi ini diharapkan dapat diketahui komponen pada oleoresin jahe dan pengaruh suhu ekstraksi pada proses ekstraksi oleoresin. Penelitian dilakukan dengan metode ekstraksi menggunakan pelarut campuran etanol-air. Dilakukan pengupasan jahe terlebih dahulu setelah itu dipotong kecil-kecil. Kemudian jahe dihancurkan dengan blender lalu dikeringkan dengan oven pada suhu 500C. Serbuk jahe di ayak menggunakan ayakan dengan ukuran 20 mesh (tyler screen mesh), setelah itu dilakukan penimbangan jahe. Kemudian dimasukkan ke dalam labu leher empat untuk diekstraksi suhu yang digunakan masing-masing 30oC dan 40oC. Digunakan pelarut etanol dengan perbandingan berat partikel jahe dan berat pelarut sebesar 1:3 pada kecepatan pengadukan 450 rpm selama 6 jam. Lalu dilakukan pemisahan antara oleoresin dan ampas. Kemudian dilakukan identifikasi sampel dengan menggunakan analisa berat jenis , indeks bias dan kromatografi GC-MS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen dalam oleoresin jahe untuk shogaol (6,7%), zingerone (29,47%), zingiberene (17%) dan others (46,81%). Kondisi suhu yang terbaik didapatkan pada suhu 40oC komponen utama yaitu shogaol dengan luas area 6,7%.
Pembuatan Bioetanol dari Limbah Popok Bayi Melalui Proses Hidrolisis dan Fermentasi Rachmat, Rachmat; Yani, Syamsuddin; Artiningsih, Andi; Ramdani, Nurfika
Journal of Chemical Process Engineering Vol. 6 No. 2 (2021): Journal of Chemical Process Engineering
Publisher : Fakultas Teknologi Industri - Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33536/jcpe.v6i2.814

Abstract

Penggunaan popok bayi sekali pakai di Indonesia mencapai 85% dari angka kelahiran bayi setiap tahunnya akan menjadi permasalahan di bidang lingkungan, sehingga limbah tersebut dapat dimanfaatkan dalam pembuatan bioetanol. Penelitian ini bertujuan melakukan penelusuran pustaka untuk kondisi optimum proses hidrolisis dan fermentasi dalam pembuatan bioetanol, serta menentukan analisa kelayakan pembuatan bioetanol dari limbah popok bayi. Metode penelitian ini melalui proses hidrolisis menggunakan larutan asam sulfat dan proses fermentasi menggunakan bakteri saccaromyces cereviceae. Hasil studi literatur dari penelusuran pustaka menunjukkan bahwa popok bayi memiliki serat selulosa sebanyak 40% yang dapat menghasilkan glukosa menjadi bahan baku bioetanol. Kondisi optimum proses hidrolisis dan fermentasi pembuatan bioetanol adalah konsentrasi asam 0,05 M pada suhu 121oC selama 150 menit dengan perbandingan ragi : NPK = 3:4 gram selama 5 hari memberikan kadar etanol yang tinggi. Analisa kelayakan ekonomi untuk skala home industry berbasis bahan baku 6.875 kg/bulan menunjukkan layak untuk diaplikasikan dengan BEP: 15,70%, ROI: 16,72% dan POT: 9,42 bulan.
Adsorpsi Gas CO2 Menggunakan Kapur Tohor, Arang Aktif Dan Zeolit Pada Kendaraan Bermotor Roda Dua Ramli, Abdur Rifai; Suryanto, Andi; Yani, Syamsuddin
Journal of Chemical Process Engineering Vol. 4 No. 1 (2019): Journal of Chemical Process Engineering
Publisher : Fakultas Teknologi Industri - Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33536/jcpe.v4i1.832

Abstract

Pemanasan global yang terjadi akibat emisi gas rumah kaca merupakan salah satu persoalan yang menjadi perhatian dunia secara luas dalam dekade terakhir. Berbagai upaya pengendalian emisi gas CO2 yang menjadi komponen utama gas rumah kaca telah banyak diupayakan dan diteliti, antara lain penggunaan teknologi zero emission dan pengendalian gas CO2 pada sumber emisi. Penelitian ini difokuskan pada upaya pengurangan kandungan CO2 dari gas buang kendaraan bermotor roda dua dengan metode adsorpsi menggunakan 3 jenis adsorben (kapur tohor, arang aktif, dan zeolit), dengan variasi massa adsorben 50 gram, 100 gram, dan 150 gram. Selain itu dilakukan juga pengamatan daya adsorpsi dari campuran ketiga jenis adsorben tersebut dalam berbagai komposisi. Pengukuran emisi dilakukan sebelum dan setelah penggunaan adsorben menggunakan flux 4005 infrared multigas analyser pada menit ke 1, 5, 10, 15 dan 20. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adsorpsi maksimal terjadi pada berat 150 gram dan menit ke 10 untuk setiap jenis adsorben. Adsorben yang paling besar daya adsorpsinya adalah kapur tohor yaitu 30,68% kemudian zeolit sebesar 28,94% dan yang paling kecil adalah arang aktif sebesar 27,45%. Komposisi campuran adsorben yang paling besar daya adsorpsinya adalah perbandingan 1 : 1 : 1 (K1Z1A1) dengan daya adsopsi CO2 sebesar 27,61%.
Kinetika Reaksi Pembakaran Biobriket Campuran Batubara Dengan Biomassa Salawali, Rismul Trianto; Zainuddin, Ibnu Munzir; Mandasini; Yani, Syamsuddin
Journal of Chemical Process Engineering Vol. 2 No. 2 (2017): Journal of Chemical Process Engineering
Publisher : Fakultas Teknologi Industri - Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33536/jcpe.v2i2.892

Abstract

Briket adalah bahan bakar padat, maka didalam penyalaannya memerlukan waktu sedikit lebih lama dibandingkan dengan bahan bakar cair dan gas. Reaksi pembakaran dari bahan bakar padat berupa arang karbon dengan oksigen pada permukaan partikel akan menghasilkan karbon monoksida dan karbon dioksida. Sebelumnya ditimbang massa biobriket, biobriket yang telah jadi dimasukkan kedalam Reaktor, temperatur diset masing-masing campuran briket pada suhu 300°C sampai 350°C dan regulator dinyalakan, setelah temperature tercapai maka laju alir dialirkan dari tabung oksigen menuju Reaktor sebanyak 1 liter/menit. Kemudian dari hasil pembakaran yang terjadi didalam reaktor terjadi reaksi dimana C + O2 → CO2 + H2O yang kemudian akan diteruskan menuju Kondensor, pada proses kondensasi dihasilkan berupa kondensat yang dianggap H2O yang keluar dan gas yang akan menekan pada tangki penampung yang beisi air sehingga akan keluar air menuju penampungan gelas ukur, air yang keluar dianggap sebagai CO2, dicatat ketinggian volume kondensat dan gas selang waktu 10 menit sampai 60 menit, setelah itu ditimbang massa briket setelah pembakaran, prosedur ini diulangi untuk campuran biobriket lainnya. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa temperatur optimum dalam proses pembakaran yaitu 300°C dengan nilai konstanta reaksi pada campuran batubara dengan biomassa kulit durian 14647.13/menit, tempurung kelapa 14400.24/menit, serbuk gergaji 15244.90/menit.
Co-Firing Limbah Biomassa Dan Charcoal Cocopeat Dengan Batubara Pada Industri Fero Nikel Hendrik, Hardiyanti; Yani, Setyawati; Yani, Syamsuddin
Innovative: Journal Of Social Science Research Vol. 4 No. 6 (2024): Innovative: Journal Of Social Science Research
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/innovative.v4i6.17147

Abstract

Sumber energi alternatif yang banyak dikembangkan dan diteliti saat ini adalah bahan bakar biomassa dari limbah industri. Biomassa yang berasal dari limbah hasil industri dan kehutanan merupakan bahan yang dapat dimanfaatkan menjadi sumber energi bahan bakar alternatif. Biomassa cocopeat yang merupakan limbah dari industri pembuatan coconet banyak ditemukan akibat pemanfaatan yang tidak maksimal. Sampel cocopeat ini memiliki nilai kalor 4704,6 kkal/kg dan sulfur 0,093% kemudian dilakukan pencampuran dengan batubara dengan nilai kalor 6909,8 kkal/kg yang digunakan pada industri feronikel, namun sebelumnya cocopeat ini dibagi menjadi dua sampel yaitu biomassa cocopeat dan charcoal cocopeat yang telah dipirolisis. Pada proses pirolisis digunakan gas nitrogen dengan laju alir 2L/menit dengan hasil charcoal yaitu dengan nilai kalor 7161,3 kkal/kg. Penelitian ini bertujuan menentukan rasio optimum campuran co-firing biomassa dengan batubara serta menganalisis karakteristik campuran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio optimum biomassa cocopeat adalah 10%, menghasilkan nilai kalor 6689,3 kkal/kg dan kadar sulfur 0,721%. Rasio optimum pada charcoal cocopeat juga diperoleh 10%, menghasilkan nilai kalor 6929,0 kkal/kg dan kadar sulfur 0,673%. Kedua rasio memenuhi spesifikasi Rotary Kiln pada industri feronikel dengan batas minimum nilai kalor 6686,25 kkal/kg dan sulfur <1%. Pemanfaatan cocopeat mampu menekan biaya bahan bakar dan emisi sulfur serta mendukung penerapan energi terbarukan..
Innovation of Traditional Salt Pond by Enhancing Evaporation Rate using Coconut Coir Waste Yani, Setyawati; Yani, Syamsuddin; Artiningsih, Andi; Adawiah, Rifani Rabiatul; Ramadhani, Tarisa
Journal of Chemical Process Engineering Vol. 9 No. 2 (2024): Journal of Chemical Process Engineering
Publisher : Fakultas Teknologi Industri - Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/jcpe.v9i2.967

Abstract

National salt production capacity is dominated by smallholder salt production through the crystallization process in traditional salt ponds. One of the salt producing areas in South Sulawesi Province is located in Jeneponto Regency. Salt farmers in Jeneponto Regency produce salt through traditional salt ponds. Jeneponto Regency is also one of the main coconut producing areas. Coconut coir from the people's plantation industry is currently only used as fuel in small and medium home industries or is simply thrown away as waste. Coconut coir has the ability to absorb water. The aim of this research is to innovate the use of coconut coir waste to increase the surface area for water evaporation in traditional laboratory-scale salt ponds. This research was also carried out by conducting analysis on traditional ponds to study the factors that influence the salting process. Next, the salting process was carried out on a laboratory scale by making a replica of the traditional pond salting process which was equipped with the addition of coconut coir to increase the evaporation surface area. The results of the research show that the salting process in traditional salt ponds is greatly influenced by the season. The sun plays a very important role in the evaporation process in traditional salt ponds until salt crystals form in the ponds. Laboratory scale salt pond equipment shows that the use of coconut coir plays a very important role in speeding up the evaporation process and has the potential to increase salt production in traditional salt ponds.
Pengaruh jenis perekat terhadap kualitas biobriket hasil pirolisis limbah biomassa lignoselusa D07 Restin, Restin; Ifa, La; Yani, Syamsuddin
Jurnal Teknik Industri Terintegrasi (JUTIN) Vol. 8 No. 1 (2025): January
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jutin.v8i1.41569

Abstract

Currently the world is facing energy crisis. This is due to the increasingly depleting energy sources from non-renewable fossil raw materials such as petroleum, natural gas and coal which are not balanced by increasing population growth. The solution to the energy crisis from fossil raw materials is using alternative energy sources, one of them is biomass. Lignocellulose D07 is a product biomass from the seaweed processing industries, that comes from plant lignocellulose. Biomass quality can be improved by using the pyrolysis method. Pyrolysis is a thermal degradation method without the oxygen. Pyrolysis produces two main products, that is char (charcoal) and liquid smoke. Pyrolysis temperature can affect the quality of the resulting product. Charcoal from the pyrolysis process can be used for making biobriquettes. Biobriquettes one of renewable energy that can be produced from various raw materials, are cleaner and environmentally friendly. When we make biobriquettes, we need add adhesive to unite the charcoal granules so that they can be shaped as needed. The type of adhesive can affect the quality of the product produced. Based this background, this research has two objectives, namely to determine the effect of pyrolysis temperature on the quality of charcoal and to determine the effect of adhesive type on the quality of briquettes. There are three pyrolysis temperatures used, namely 300,350,400⁰C, while the adhesive used includes starch, sago and cornstarch. The analysis carried out includes water content, ash content, volatile matter, heating value and sulfur. Based on the research results, it was found that a pyrolysis temperature of 400 ⁰C was the best variable with a water content of 2.8%, ash content of 5.2%, volatile content of 30.47 and a heating value of 6832 cal/gram. Meanwhile, the briquette adhesive that showed the best quality was obtained from sago with the highest calorific value of 6874 cal/gram, water content of 4.9%, ash content of 5.06% and volatile matter of 40.66%.