Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

PENGARUH KEPUASAN KERJA TERHADAP PROXIMAL WITHDRAWAL STATES PADA KARYAWAN PERUSAHAAN PERBANKAN Venesia, Venesia; Tumanggor, Raja O.; Suyasa, P. Tommy Y.S.
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 4, No 1 (2020): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v4i1.3496.2020

Abstract

Banks play an important role in a country's economy. However, banks face various challenges in meeting their objectives. One of the challenges faced by some banks is a high employee turnover rate. In regards to turnover, there is a new concept of proximal withdrawal states proposed by Hom, Mitchell, Lee, and Griffeth (2012) as the closest and more accurate predictor of turnover than intention to leave (Li, Lee, Mitchell, Hom, & Griffeth, 2016).Proximal withdrawal states is the condition of one's motivation towards the company where he/she works, which consists of two dimensions, namely (a) preference to leave or stay in the company (intention to leave) and (b) control of those desires (perceived control over preference). The combination of the two dimensions forms four types of proximal withdrawal states, namely enthusiastic leavers, reluctant stayers, reluctant leavers, and enthusiastic stayers. Job satisfaction, which has a significant negative relationship with intention to quit (Masum et al., 2016), proved to be more accurate in predicting turnover when analyzed with proximal withdrawal states (Li et al., 2016).This study aims to determine the effect of job satisfaction on proximal withdrawal states in banking company employees. This study uses descriptive non-experimental research method, with purposive sampling technique. 273 banking company employees who participated in this study. The results of the analysis using multinominal logistic regression testing showed the effect of job satisfaction on proximal withdrawal states for banking employees. The higher the level of job satisfaction of banking employees, the greater the tendency for employees to become enthusiastic stayers or reluctant stayers, both of whom have a desire to remain in the company. Bank memiliki peran penting bagi perekonomian negara. Namun bank menghadapi berbagai tantangan dalam memenuhi tujuannya. Salah satu tantangan yang dihadapi beberapa bank adalah tingkat turnover karyawan yang tinggi. Terkait dengan turnover, terdapat konsep baru mengenai proximal withdrawal states yang diusulkan oleh Hom, Mitchell, Lee, dan Griffeth (2012) sebagai faktor (prediktor) yang paling dekat dan lebih akurat untuk memprediksi turnover dibandingkan intention to leave (Li, Lee, Mitchell, Hom, & Griffeth, 2016). Proximal withdrawal states adalah kondisi motivasi seseorang terhadap perusahaan di mana ia bekerja, yang terdiri dari dua dimensi yaitu (a) preferensi untuk keluar atau menetap di perusahaan (intention to leave) dan (b) kendali atas keinginan tersebut (perceived control over preference). Perpaduan kedua dimensi tersebut membentuk empat jenis proximal withdrawal states, yaitu enthusiastic leavers, reluctant stayers, reluctant leavers, dan enthusiastic stayers. Kepuasan kerja, yang memiliki hubungan signifikan negatif dengan intention to quit (Masum et al., 2016), terbukti semakin akurat dalam memprediksi turnover ketika dianalisis dengan proximal withdrawal states (Li et al., 2016). Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh kepuasan kerja terhadap proximal withdrawal states pada karyawan perusahaan perbankan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian non eksperimental deskriptif, dengan teknik purposive sampling. Terdapat 273 karyawan perusahaan perbankan yang menjadi partisipan dalam penelitian ini. Hasil analisis dengan pengujian regresi logistik multinominal menunjukkan adanya pengaruh kepuasan kerja terhadap proximal withdrawal states pada karyawan perbankan. Semakin tinggi tingkat kepuasan kerja karyawan perbankan, maka semakin besar peluang karyawan untuk menjadi enthusiastic stayers ataupun reluctant stayers, di mana keduanya memiliki keinginan untuk menetap di perusahaan.
GAMBARAN KESIAPAN KERJA PADA MAHASISWA YANG MENGIKUTI PROGRAM MAGANG MBKM DI JAKARTA Hasim, Viona Clara; Susanto, Priscilla Viona; Zamralita, Zamralita; Venesia, Venesia
PSIKOLOGI KONSELING Vol 15, No 2 (2023): Jurnal Psikologi Konseling
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/konseling.v15i2.55127

Abstract

Salah satu faktor meningkatnya angka pengangguran yang ada di Jakarta dikarenakan kurangnya kesiapan kerja pada setiap individu. Selain banyaknya perusahaan yang lebih membutuhkan tenaga kerja profesional, seseorang yang baru menyelesaikan pendidikannya pun sulit mendapatkan pekerjaan sehingga membuat tingkat pengangguran semakin meningkat. Hal ini disikapi oleh pemerintah dengan mengadakan program Merdeka Belajar – Kampus Merdeka (MBKM). Salah satu jenis program MBKM adalah magang.  Dengan adanya program magang MBKM, diharapkan dapat membantu mahasiswa untuk memiliki kesiapan kerja yang lebih tinggi karena mahasiswa dapat mengalami secara langsung bagaimana berada di dalam dunia kerja yang memiliki perbedaan dengan dunia perkuliahan. Selain itu, lewat program magang, mahasiswa mendapatkan pengalaman baru bagaimana bekerja dengan profesional. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dan alat ukur Employability Appraisal Scale (Llinares et al., 2008). Melalui penelitian ini dapat dilihat bahwa kesiapan kerja mahasiswa yang mengikuti program magang MBKM memiliki hasil sedang dengan skor M =2.6. Meskipun tergolong sedang, mahasiswa yang telah mengikuti program magang masih kurang memiliki kepercayaan diri dan keterampilan, optimisme, dan kurang memiliki pengendalian emosi yang baik.
GAMBARAN WORKPLACE WELL-BEING PADA KARYAWAN GENERASI MILENIAL DI JAKARTA Nurramadhania, Khairuzahra Putri; Denata, Medelin; Radiani, Danya; Zamralita, Zamralita; Venesia, Venesia
PSIKOLOGI KONSELING Vol 15, No 2 (2023): Jurnal Psikologi Konseling
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/konseling.v15i2.55128

Abstract

Daerah Khusus Ibukota Jakarta memiliki populasi terbesar di Indonesia. Jumlah penduduknya terus bertambah setiap tahun karena urbanisasi dan banyaknya peluang pekerjaan. Angkatan kerja di Jakarta juga meningkat setiap tahunnya. Generasi milenial adalah generasi pertama yang tumbuh dengan perkembangan digital dan memiliki preferensi dalam penggunaan teknologi. Mereka menginginkan keseimbangan kerja dan kehidupan pribadi, pengakuan, keadilan, dan peluang pengembangan. Workplace well-being, termasuk kepuasan kerja, penghargaan organisasi terhadap karyawan, perhatian dari perusahaan, dan pengaruh pekerjaan terhadap kehidupan pribadi merupakan faktor kunci dalam mencapai kesejahteraan karyawan. Penelitian ini berlangsung pada bulan Maret 2023, menggunakan metode survei cross-sectional dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data melibatkan 106 partisipan. Kuesioner yang digunakan adalah Workplace Well-Being Questionnaire (Parker & Hyet, 2011). Hasil penelitian menunjukkan bahwa workplace well-being karyawan generasi milenial di Jakarta berada di tingkat sedang dengan mean 2.86 dan dimensi intrusion of work into private life dengan nilai rata-rata rendah M =  2.33
QUALITY OF WORK LIFE, JOB SATISFACTION, AND PERFORMANCE: A MEDIATION ANALYSIS Venesia, Venesia
Bina Bangsa International Journal of Business and Management Vol. 5 No. 2 (2025): Bina Bangsa International Journal of Business and Management
Publisher : LPPM Universitas Bina Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46306/bbijbm.v5i2.151

Abstract

This research aims to determine the influence of quality of work life on job satisfaction, the influence of quality of work life on employee performance, the influence of job satisfaction on employee performance, and the influence of quality of work life on employee performance through job satisfaction. This research method is a quantitative method with a population of thirty-seven employees at PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) in Pontianak. The data collection technique is saturated sampling (census), the sample used is thirty-seven respondents where the author distributed questionnaires to all employees. From the calculation of the validity test, all variables are valid. The results of the reliability test also show that all instruments used by the researcher are reliable. The results of the hypothesis test show that quality of work life does not have a significant effect on job satisfaction, quality of work life does not have a significant effect on employee performance, job satisfaction has a positive and significant effect on employee performance by 66.10 percent, then quality of work life does not have a significant effect on performance through job satisfaction. Based on the mediation effect test, it is stated that the research model does not have a mediation effect.
GAMBARAN KESIAPAN KERJA PADA MAHASISWA YANG MENGIKUTI PROGRAM MAGANG MBKM DI JAKARTA Hasim, Viona Clara; Susanto, Priscilla Viona; Zamralita, Zamralita; Venesia, Venesia
PSIKOLOGI KONSELING Vol. 15 No. 2 (2023): Jurnal Psikologi Konseling
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/konseling.v15i2.55127

Abstract

Salah satu faktor meningkatnya angka pengangguran yang ada di Jakarta dikarenakan kurangnya kesiapan kerja pada setiap individu. Selain banyaknya perusahaan yang lebih membutuhkan tenaga kerja profesional, seseorang yang baru menyelesaikan pendidikannya pun sulit mendapatkan pekerjaan sehingga membuat tingkat pengangguran semakin meningkat. Hal ini disikapi oleh pemerintah dengan mengadakan program Merdeka Belajar “ Kampus Merdeka (MBKM). Salah satu jenis program MBKM adalah magang.  Dengan adanya program magang MBKM, diharapkan dapat membantu mahasiswa untuk memiliki kesiapan kerja yang lebih tinggi karena mahasiswa dapat mengalami secara langsung bagaimana berada di dalam dunia kerja yang memiliki perbedaan dengan dunia perkuliahan. Selain itu, lewat program magang, mahasiswa mendapatkan pengalaman baru bagaimana bekerja dengan profesional. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dan alat ukur Employability Appraisal Scale (Llinares et al., 2008). Melalui penelitian ini dapat dilihat bahwa kesiapan kerja mahasiswa yang mengikuti program magang MBKM memiliki hasil sedang dengan skor M =2.6. Meskipun tergolong sedang, mahasiswa yang telah mengikuti program magang masih kurang memiliki kepercayaan diri dan keterampilan, optimisme, dan kurang memiliki pengendalian emosi yang baik.
GAMBARAN WORKPLACE WELL-BEING PADA KARYAWAN GENERASI MILENIAL DI JAKARTA Nurramadhania, Khairuzahra Putri; Denata, Medelin; Radiani, Danya; Zamralita, Zamralita; Venesia, Venesia
PSIKOLOGI KONSELING Vol. 15 No. 2 (2023): Jurnal Psikologi Konseling
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/konseling.v15i2.55128

Abstract

Daerah Khusus Ibukota Jakarta memiliki populasi terbesar di Indonesia. Jumlah penduduknya terus bertambah setiap tahun karena urbanisasi dan banyaknya peluang pekerjaan. Angkatan kerja di Jakarta juga meningkat setiap tahunnya. Generasi milenial adalah generasi pertama yang tumbuh dengan perkembangan digital dan memiliki preferensi dalam penggunaan teknologi. Mereka menginginkan keseimbangan kerja dan kehidupan pribadi, pengakuan, keadilan, dan peluang pengembangan. Workplace well-being, termasuk kepuasan kerja, penghargaan organisasi terhadap karyawan, perhatian dari perusahaan, dan pengaruh pekerjaan terhadap kehidupan pribadi merupakan faktor kunci dalam mencapai kesejahteraan karyawan. Penelitian ini berlangsung pada bulan Maret 2023, menggunakan metode survei cross-sectional dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data melibatkan 106 partisipan. Kuesioner yang digunakan adalah Workplace Well-Being Questionnaire (Parker & Hyet, 2011). Hasil penelitian menunjukkan bahwa workplace well-being karyawan generasi milenial di Jakarta berada di tingkat sedang dengan mean 2.86 dan dimensi intrusion of work into private life dengan nilai rata-rata rendah M =  2.33
Diversity in the Workplace: A Systematic Literature Review of Global Research: English Venesia, Venesia; Ramadania, Ramadania
International Journal of Multidisciplinary Sciences and Arts Vol. 4 No. 4 (2025): International Journal of Multidisciplinary Sciences and Arts, Article October 2
Publisher : Information Technology and Science (ITScience)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47709/ijmdsa.v4i4.7243

Abstract

Employee diversity has increasingly been recognized as a strategic factor influencing organizational innovation, performance, and sustainability across sectors and countries. However, previous studies reveal limited geographical coverage and a predominant focus on demographic dimensions. This study aims to systematically review the global literature on employee diversity and identify emerging thematic, methodological, and theoretical trends. This research employed a Systematic Literature Review (SLR) using the PRISMA approach to ensure a transparent and rigorous selection and analysis process. Data were collected from the Scopus database for the period 2020–2025, yielding 56 eligible peer-reviewed articles. The analysis examined research contexts, theoretical frameworks, methodologies, core variables, and empirical findings. The results indicate that employee diversity research is dominated by themes of diversity management, gender equity, inclusive leadership, and psychological safety. Intersectionality and Social Identity Theory are the most frequently applied frameworks, while quantitative methods, particularly Structural Equation Modeling, remain dominant. Notable gaps include underrepresentation of developing countries, insufficient integration of cross-cultural perspectives, and inconsistent measurement of psychosocial variables. This review concludes that managing diversity should be viewed as a strategic organizational resource rather than a moral obligation. The study proposes the Multidimensional Diversity Integration Framework (MDIF) to integrate social, psychological, and cultural dimensions into inclusive and sustainable human resource management practices.