Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

ANALISIS PENGARUH KONSEP INTERIOR RUANG KERJA DI RUMAH TINGGAL PASCA PANDEMI COVID-19 Fivanda, Fivanda; Ismanto, Adi
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 5, No 1 (2021): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v5i1.11728.2021

Abstract

Residential is an important means for humans. The house must be able to provide tranquility, comfort, and convenience. Before the Covid-19 pandemic spreads, function of residents was to provide shelter from hot sun and rain. Since March 2020, complying with the social physical distancing protocols has required many companies have to limit the number of employees working in the office. This means that work from office activities have not been fully implemented and the work from home policy is the choice of companies. Employees spend every day 10 hours working. It is necessary to have a workspace arrangement in a residence that can separate between work zones and rest zones. The purpose of this research is to describe how the influence of workspace design in residential houses for the efficiency and effectiveness of workers. Through the Post Evaluation Occupancy (POE) research method, the workspace in the 25 respondents' residence was used as a reference for evaluation by obtaining data through the Focus Group Discussion (FGD) process. With 3 respondents, direct observations were made and 22 respondents supported through a questionnaire. The evaluation results obtained show that 90% of workers need furniture to work, window for ventilation, lighting, and providing natural views. Visualized in the design concept 'less is more' that the implementation of a simple workspace but provides a physical and psychological experience to support working from home. A design concept that prioritizes the fulfillment of activities towards the function and use of furniture as needed. Rumah tinggal merupakan sarana penting bagi manusia. Pada perkembangannya rumah bukan hanya sekedar untuk menghindarkan diri dari hujan dan panas tetapi melainkan rumah harus mampu memberikan ketenangan, kesenangan bahkan kenyamanan. Sebelum pandemi Covid-19 merebak, fungsi rumah tinggal bagi penghuninya sebatas memberikan tempat perlindungan dari panas matahari dan cuaca dingin supaya terhindar dari hujan. Semenjak bulan Maret 2020, keharusan dalam mematuhi protokol social physical distancing mengharuskan perusahaan membatasi jumlah karyawan yang bekerja di kantor. Ini artinya, kegiatan work from office belum sepenuhnya dapat berjalan dan kebijakan work from home menjadi pilihan dari perusahaan-perusahaan. Mengingat waktu yang dihabiskan karyawan bekerja di kantor berkisar 10 jam per hari. Maka, diperlukan tatanan ruang kerja pada rumah tinggal yang nyaman serta dapat membedakan antara zona bekerja dengan zona beristirahat. Tujuan penelitian untuk memaparkan bagaimana pengaruh desain ruang kerja pada rumah tinggal terhadap efisiensi dan efektivitas pekerja dalam menjalankan perannya. Melalui metode penelitian Post Evaluation Occupancy (POE) ruang kerja pada rumah tinggal 25 responden dijadikan acuan sebagai bahan evaluasi dengan mendapatkan data naracoba pengguna melalui proses Focus Group Discussion (FGD). Dengan 3 responden, dilakukan pengamatan langsung dan 22 responden pendukung melalui kuesioner. Hasil evaluasi yang diperoleh dari naracoba menunjukan bahwa 90% pekerja membutuhkan furnitur untuk bekerja, ventilasi jendela sebagai penghawaan, pencahayaan, serta memberikan pemandangan alami. Divisualisasikan dalam konsep desain ‘less is more’ bahwa implementasi ruang kerja yang sederhana tetapi memberikan pengalaman secara fisik dan psikis yang mendukung kinerja work from home. Sebuah konsep desain yang mengutamakan pemenuhan aktivitas terhadap fungsi dan penggunaan furnitur sesuai kebutuhan.
EVALUASI KONSEP RAMAH LINGKUNGAN PADA ARSITEKTUR DAN INTERIOR LOBBY HOTEL PASCA PANDEMI COVID-19 Fivanda, Fivanda; Ismanto, Adi
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol. 7 No. 2 (2023): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v7i2.22995.2023

Abstract

Perkembangan arsitektur dan interior dengan konsep ramah lingkungan terus meningkat seiring dengan kondisi global dan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan hidup yang berkelanjutan, termasuk dalam industri pariwisata seperti hotel. Pasca Covid-19, pariwisata resort menjadi salah satu industri yang paling diminati oleh masyarakat. Kawasan  puncak Bogor menjadi tujuan wisatawan lokal dan mancanegara karena akses yang dekat dan mudah dari kota Jakarta. Hal ini menjadi pertimbangan investasi industri pariwisata untuk terus meningkatkan sarana akomodasi hotel yang memenuhi kriteria yang sesuai dengan perkembangan bangunan berkonsep ramah lingkungan. Konsep ramah lingkungan harus didukung dengan pemanfaatan potensi lingkungan sekitarnya, dengan tagline konsep ‘hijau’ dan penerapan material yang ramah lingkungan direpresentasikan pada lobby interior bangunan hotel sebagai area utama yang memberikan kesan pertama pada pengunjung. Konsep interior ‘hijau’ bukan hanya dikategorikan area yang memiliki banyak tanaman dan penghijauan melainkan suatu bangunan dan ruang yang dampak digunakan sangat mengurangi memikirkan pertimbangan dalam mengurangi penggunaan energi hingga 20-25 persen dalam satu bangunan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memberikan parameter serta kriteria konsep interior ramah lingkungan pada objek penelitian lobby hotel bintang 5 di Kawasan Puncak, Cisarua dengan pemanfaatan potensi alam dan dibangun pasca pandemi. Dengan pengumpulan data melalui teknik purposive sampling dan menggunakan metode analisis terhadap evaluasi pasca pengguna (POE) dari pengguna hotel yaitu pengunjung dan karyawan hotel dengan usia produktif yang hasilnya dapat dijadikan acuan untuk desainer pada studi perancangan fasilitas sejenis. Variabel dari aspek interior dan bangunan lobby hotel dilakukan melalui sistem penilaian Greenship untuk Bangunan Baru versi 1.2 (GBCI, 2012) dan Greenship untuk Ruang Dalam Versi 1.0 (GBCI, 2012). Hasil dari evaluasi menunjukkan bahwa yang didapat dari metode purposive sampling telah memenuhi aspek green interior space pada rating GBCI sebanyak 78 poin prosentase 75.7% dengan kategori PLATINUM dari total 75 point minimum. Dapat diartikan bahwa dari segi konsep arsitektur dan interior serta keseluruhan aspek terapan interior ini dapat dikategorikan ramah lingkungan. Namun, diperlukan beberapa aspek yang perlu ditingkatkan dan dikembangkan sehingga dapat mencapai poin maksimal dari 43 kriteria penilaian ramah lingkungan. Pada saat ini belum ada tagline “Green Design” mengenai konsep hijau pada objek penelitian hotel dan resort. Keterkaitan antara kondisi lingkungan dan iklim di sekitar bangunan hotel sangat mempengaruhi perwujudan konsep desain ramah lingkungan.
EVALUASI PENERAPAN SERTIFIKASI CHSE PADA LOBBY HOTEL RESORT DI CISARUA PUNCAK - BOGOR Ismanto, Adi; Fivanda, Fivanda
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol. 7 No. 2 (2023): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v7i2.22998.2023

Abstract

Industri pariwisata dan perhotelan di Indonesia pada tahun 2022 diprediksi akan mengalami peningkatan seiring dengan kondisi global dan usaha pemerintah untuk menangani permasalahan pandemi Covid-19. Kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk sosial juga menjadi pertimbangan dalam dibukanya fasilitas publik termasuk hotel. Kawasan Puncak Bogor, Jawa Barat, merupakan salah satu Kawasan yang diminati wisatawan karena aksesnya yang mudah dari Jakarta. Kawasan resort pegunungan yang dilengkapi dengan banyaknya fasilitas rekreasi dan relaksasi, membuka banyaknya peluang investasi untuk fasilitas akomodasi, salah satunya adalah The Botanica Sanctuary yang baru dibuka pada masa pandemi bulan Oktober 2021. Sejak pertama dibuka hingga kuartal ketiga tahun 2022, tingkat hunian hotel mencapai 80-100% terutama pada akhir minggu dan momen liburan.Beberapa kriteria tingginya tingkat okupansi dipengaruhi oleh lokasi dan juga penerapan standar kebersihan, Kesehatan, keamanan dan  ramah lingkungan atau CHSE yang diarahkan pemerintah dapat diterapkan dengan baik. Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif dan kuantitatif terkait dengan bagaimana penerapan sertifikat CHSE dapat dilaksanakan pada hotel resort Botanica Sanctuary di Bogor, apa saja kriteria yang mempengaruhi kepercayaan pengguna untuk mau menggunakan sarana akomodasi di hotel tersebut sehingga dapat menjadi acuan parameter desainer dalam studi perancangan interior hotel resort. Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat menjadi rekomendasi untuk masyarakat umum dalam memilih dan melakukan aktivitas di hotel. Hasil data analisis tersebut akan dijadikan acuan untuk konsep pengembangan standar penerapan CSHE sebagai solusi pariwisata di masa dan menuju akhir pandemi di era new normal. Melalui penelitian ini didapatkan hasil bahwa desain interior yang dihasilkan sangat berperan dalam pertimbangan mengurangi resiko paparan Covid-19 dengan persentase implementasi kriteria sebesar 88% (lebih besar dari minimal capaian 85%). Berdasarkan evaluasi penerapan standar dan pedoman CHSE didapatkan kesimpulan bahwa The Botanica Sanctuary pada area masuk telah memenuhi sepenuhnya (100%) standar CHSE yang dianjurkan pemerintah. Pada area lobby dan lounge penerapan tercapai sebesar 92,8%. Pada area kamar penerapan CHSE mencapai persentase sebesar 96,4% dengan kekurangan pada kamar terbebas vektor atau binatang pembawa penyakit, hal ini terjadi karena lokasi hotel di resort pegunungan dan banyaknya bukaan yang langsung ke alam, setidaknya ada kemungkinan hewan tersebut memasuki kamar.
PENERAPAN BERKELANJUTAN MELALUI PEMANFAATAN BENANG SISA MENJADI PRODUK RAJUTAN DEKORASI INTERIOR Fivanda, Fivanda; Hung, Jennifer; Vanesa, Vanesa
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia Vol. 7 No. 3 (2024): Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jbmi.v7i3.32805

Abstract

Digitization and technology mobilization have evolved rapidly. Generation Z and post-generation Z play a key role in the transformation of education and interaction with technology. Generation Z is a generation that is already familiar with technology and has an average birth year of 1997-2012. Meanwhile, post generation Z is the generation born in 2013 and above until now. Generation Z and post generation Z are characterized by fast learning through digital platforms. In the midst of technological change and the Internet of Things (IoT), it is very important to ensure that the digital generation can utilize social potential and contribute to sustainable concepts. The concept of sustainability is important to introduce to generation Z. The use of leftover yarn waste is a conservation and reuse of resources as well as a form of concern for the environment. By continuing cooperation in PKM activities with partner Yayasan Rumah Pagi Bahagia Bintaro through training in the utilization of leftover knitting yarn. The target of partner participants aged 11-16 years who are included in the generation Z classification. In the training activities, the utilization of leftover knitting yarn into interior decoration aims to produce valuable products and produce interior decoration products such as coasters, tablecloths and wall hangings with various knitting techniques. The method of activity is offline by providing training to 20 participants aged 11-16 years from the fostered children of PKM partners. This training is also prepared with a video guide to the steps of knitting leftover yarn. The result of the PKM activity is the use of leftover yarn waste from knitting from previous activities into interior decoration products that are not only of creative value but generation Z can better understand the concept of sustainability in everyday life ABSTRAK Digitalisasi dan mobilisasi teknologi telah berkembang pesat. Generasi Z dan post generasi Z memainkan peran kunci dalam transformasi pendidikan dan interaksi dengan teknologi. Generasi z merupakan generasi yang sudah mengenal teknologi dan rata-rata memiliki tahun kelahiran 1997-2012. Sedangkan post generasi Z merupakan generasi yang lahir di tahun 2013 keatas sampai dengan saat ini. Generasi Z dan post generasi Z berkarakteristik belajar cepat melalui platform digital. Di tengah perubahan teknologi dan Internet of Things (IoT) sangat penting untuk memastikan bahwa generasi digital dapat memanfaatkan potensi sosial dan berkontribusi terhadap konsep berkelanjutan. Konsep keberlanjutan ini penting untuk dikenalkan kepada generasi Z. Penggunaan limbah benang sisa rajut dari kegiatan PKM sebelumnya merupakan kegiatan konservasi dan penggunaan kembali sumber daya serta wujud kepedulian terhadap lingkungan. Dengan melanjutkan kerjasama dalam kegiatan PKM dengan mitra Yayasan Rumah Pagi Bahagia Bintaro melalui pelatihan pemanfaatan benang sisa merajut. Target dari peserta mitra dengan usia 11-16 tahun yang masuk dalam klasifikasi generasi Z. Dalam kegiatan pelatihan pemanfaatan benang sisa merajut menjadi dekorasi interior bertujuan untuk menghasilkan produk bernilai guna dan menghasilkan produk dekorasi interior seperti tatakan gelas, taplak meja dan hiasan dinding dengan berbagai teknik merajut. Metode kegiatan secara luring dengan pemberian pelatihan kepada 20 peserta berusia 11-16 tahun dari anak binaan mitra PKM. Pelatihan ini juga dipersiapkan dengan panduan video langkah-langkah merajut benang sisa. Hasil dari kegiatan PKM penggunaan limbah benang sisa merajut dari kegiatan sebelumnya menjadi produk dekorasi interior yang tidak hanya bernilai kreatif tetapi generasi Z dapat lebih memahami konsep berkelanjutan dalam kehidupan sehari-hari