Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Gambaran Histopatologi Ginjal Marmut yang Diberi Ekstrak Daun Tapak Dara (Cantharanthus roseus) dan Wijayakusuma (Epiphyllum oxypetalum) Humaira, Sarah; Berata, I Ketut; Wardhita, Anak Agung Gde Jaya
Indonesia Medicus Veterinus Vol 9 (1) 2020
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (408.129 KB) | DOI: 10.19087/imv.2020.9.1.12

Abstract

Tanaman tapak dara (Catharanthus roseus) dan wijayakusuma (Epiphyllum oxypetalum) merupakan tanaman bahan obat tradisional yang mampu mempercepat kesembuhan luka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian kedua ekstrak tanaman tersebut terhadap ginjal yang diamati secara histopatologi. Penelitian menggunakan marmut, sebanyak 24 ekor, yang dibagi menjadi empat kelompok. Kelompok I diberi salep vaselin sebagai kontrol (K), Kelompok II (P1) diberi salep ekstrak tapak dara konsentrasi 15%, Kelompok III (P2) diberi salep ekstrak wijayakusuma konsentrasi 15%, dan Kelompok IV (P3) diberi salep kombinasi ekstrak tapak dara dan wijayakusuma konsentrasi 15%. Setelah tujuh hari pertama pemberian perlakuan, tiga ekor marmut dari setiap kelompok dikorbankan nyawanya kemudian dinekropsi dan tiga ekor yang masih hidup diberi perlakuan hingga hari ke-14 lalu dikorbankan nyawanya dan dinekropsi. Setelah dinekropsi pada minggu pertama dan kedua, organ ginjal diambil untuk kemudian diproses pembuatan preparat histologi. Proses pembuatan preparat histopatologi dilakukan dengan metode Kiernan dan pewarnaan hematoxylin-eosin (HE). Hasil analisis menunjukkan bahwa kelompok yang diberi kombinasi ekstrak daun tapak dara dan wijayakusuma, tampak lesi degenerasi melemak, kongesti, perdarahan dan nekrosisnya paling ringan dibandingkan kelompok yang diberi ekstrak daun tapak dara atau wijayakusuma secara tunggal. Kesimpulannya adalah pemberian kombinasi ekstrak daun tapak dan wijayakusuma konsentrasi 15% pada terapi kesembuhan luka paling baik terhadap kesehatan ginjal dibandingkan pemberian ekstrak daun tapak dara atau wijayakusuma secara tunggal.
Laporan Kasus: Keberhasilan Penanganan Hematuria karena Urolithiasis dengan Manajemen Diet dan Suplemen Glukosamin Humaira, Sarah; Widyastuti, Sri Kayati; Batan, I Wayan
Indonesia Medicus Veterinus Vol 10 (6) 2021
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/imv.2021.10.6.926

Abstract

Hewan kasus adalah seekor kucing persilangan Persia jantan, berumur satu tahun, bobot badan 3,5 kg. Hewan menunjukkan gejala klinis hematuria, oliguria, dan stranguria. Ketika dipalpasi pada daerah caudoventral abdomen terjadi distensi pada vesika urinaria. Pada saat ditekan bagian abdomen hewan tampak kesakitan. Hasil pemeriksaan organoleptik menunjukkan bahwa urin berwarna merah, keruh, dan berbau pesing yang tajam. Pemeriksaan kimia urin menunjukkan pH 6, leukosit (-), protein trace, bilirubin (-), urobilinogen (1+), eritrosit (4+), keton (-), glukosa (2+), nitrit normal, dan berat jenis urin 1,040. Pada pemeriksaan sedimen urin ditemukan adanya eritrosit dan kalkuli yaitu struvit dan kalsium oksalat. Pemeriksaan radiografi menunjukkan adanya retensi urin vesica urinaria. Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, hewan didiagnosis menderita urolithiasis. Penanganan pertama yang dilakukan adalah pemberian terapi cairan dengan Ringer Laktat 50 mL/kg/hari dan pemasangan kateter urin ukuran 1,0/1,0 x 130 mm yang bertujuan untuk memudahkan melakukan pembilasan/flushing pada kucing kasus. Pengobatan yang diberikan berupa terapi antibiotik cefotaxime dengan dosis 22 mg/kg BB (0,8 mL, IV, q24h), terapi suportif glukosamin (PO, q12h), dan pakan kucing rendah magnesium untuk mengurangi pembentukan kalkuli struvit. Perawatan selama tujuh hari menunjukkan perubahan positif yang signifikan, yaitu kucing bisa urinasi dengan normal dan tidak adanya hematuria.
Intensi Job Hopping pada Generasi Y dan Z Humaira, Sarah; Aprilia, Eka Dian; Mirza, Mirza; Khatijatusshalihah, Khatijatusshalihah
Syiah Kuala Psychology Journal Vol 2, No 1 (2024)
Publisher : Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/skpj.v2i1.29672

Abstract

Fenomena job hopping telah dianggap menjadi masalah dalam lingkungan pekerjaan saat ini. Dalam lingkup pekerjaan, adanya perbedaan karakteristik antar generasi pekerja dapat mengakibatkan individu untuk melakukan job hopping. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran perbedaan intensi job hopping pada generasi Y dan generasi Z. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode komparasi. Responden dalam penelitian ini sebesar 80 subjek untuk setiap kelompok generasi. Adapun jumlah responden yang diambil dalam penelitian ini adalah 160 pekerja generasi Y dan pekerja generasi Z yang aktif bekerja di suatu instansi/perusahaan/organisasi dan bekerja kurang dari 2 tahun pada tempat kerjanya saat ini. Pengumpulan data penelitian menggunakan skala Job Hopping Intention Scale (JHI) dengan () 0,906. Hasil analisis data uji statistik Independent T-test menunjukkan nilai signifikansi (p) =0,000 (0,000 0,05). Ada perbedaan signifikan pada nilai pekerja generasi Y (M=73,75) dan pekerja generasi Z (M=85,00). Berdasarkan nilai mean, pekerja generasi Z lebih tinggi daripada pekerja generasi Y. Hal ini menunjukkan bahwa pekerja generasi Z memiliki intensi Job hopping lebih besar dibanding pekerja generasi Y.The phenomenon of job hopping has been considered a problem in the current job environment. In the scope of work, differences in characteristics between generations of workers may result in individuals doing job hopping. This study aims to describe the differences in job hopping intentions in generation Y and generation Z. This study uses a quantitative approach with the comparative method. Respondents in this study amounted to 80 subjects for each generation group. The number of respondents taken in this study is 160 generation Y workers and generation Z workers who actively worked in an agency / company / organization and worked less than 2 years at their current workplace. The collection of research data using a Job Hopping Intention Scale (JHI) with () 0.906. The results of statistical test data analysis of the Independent T-test showed a significance value (p) = 0.000 (0.000 0.05). There is a significant difference in the value of generation Y workers (M= 73.75) and generation Z workers (M = 85.00). Based on the mean value, generation Z workers is higher than generation Y workers. This shows that generation Z workers have greater job hopping intentions than generation Y workers.
Educating General Practitioners about Medication-overuse Headache: Importance and Call to Action Sofyan, Henry Riyanto; Madjid, Irma Savitri; Faiq, Ahmad Rafi; Indrapriambada, Ery Riady; Humaira, Sarah; Aninditha, Tiara
Acta Neurologica Indonesia Vol. 3 No. 01 (2025): Acta Neurologica Indonesia
Publisher : Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69868/ani.v3i01.49

Abstract

Medication overuse headache (MOH) is a secondary headache that frequently accompanied chronic primary headaches which poses a great burden in an individual and systemic level. Globally, it is recognized as one of the relevant headaches for primary care. However, in Indonesia, it has not been included in the standard competence for doctors, and therefore has been underrecognized by general practitioners who encountered headache patients in primary care. In this policy brief, we mapped the problems regarding MOH and proposed several action plans, including educating GPs, as the recommendations.