Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

HUBUNGAN IMT DENGAN OSTEOPOROSIS WANITA 50-60 TAHUN SUBRAS DEUTERO MELAYU ETNIS BUGIS/MAKASSAR Reeny Purnamasari; Jufri Latief; Arifin Seweng
Green Medical Journal Vol 1 No 1 (2019): Green Medical Journal
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (488.384 KB) | DOI: 10.33096/gmj.v1i1.21

Abstract

Osteoporosis adalah suatu keadaan dimana massa tulang berkurang sehingga terjadi perubahan mikroarsitektur jaringan yang menyebabkan terjadinya kerapuhan tulang dengan resiko mudah patah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara indeks massa tubuh dengan osteoporosis pada wanita usia 50-60 tahun. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Cross Sectional. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan pada 29 subjek, lalu menilai indeks massa tubuhnya. Selanjutnya, dilakukan foto tulang belakang torakolumbal untuk menilai grading osteoporosis menurut Genant. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks massa tubuh normal paling banyak ditemukan, yaitu 13 sampel (44,8%) dan indeks massa tubuh underweight-obesitas paling sedikit, yaitu masing-masing 5 sampel (17,2%). Untuk grading osteoporosis, grading 0 paling banyak ditemukan, yaitu 15 sampel (51,7%) dan grading 3 paling sedikit, yaitu 2 sampel (6,9%). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan signifikan antara nilai indeks massa tubuh dengan grading osteoporosis menurut Genant. Semakin tinggi nilai indeks massa tubuh, semakin rendah skor Genant.     Kata kunci : Indeks massa tubuh; foto torakolumbal; grading mosteoporosis menurut genant
Penelitian Hubungan Kadar LDL(Low Density Lipoprotein) Dengan Tumor Payudara Yang Dicurigai Berisiko Maligna zulfitriani murfat; Prema Hapsari; Reeny Purnamasari; Santriani Hadi; Michaella Almirah
Wal'afiat Hospital Journal Vol 2 No 1 (2021): Wal'afiat Hospital Journal
Publisher : Rumah Sakit Ibnu Sina, Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (449.359 KB) | DOI: 10.33096/whj.v2i1.51

Abstract

Kanker payudara adalah salah satu penyakit tidak menular yang cenderung meningkat setiap tahun. Beberapa faktor risiko menyebabkan kanker payudara, salah satunya adalah konsumsi lemak berlebihan yang mengakibatkan hiperlipidemia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kadar LDL dan insiden tumor payudara yang diduga berisiko terkena penyakit ganas. Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan pendekatan penampang. Sampel dalam penelitian tersebut adalah pasien yang dirawat di Bedah Poliklinik Onkologi RSUD Ibnu Sina Makassar dengan tumor payudara sebanyak 30 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan pengucilan. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Hasil analisis univariat menunjukkan sebanyak 30 responden dengan tumor payudara dengan rentang usia terbanyak 31-40 tahun (37%), diikuti oleh usia 20-30 dan 41-50 tahun (20%), dan usia lebih dari 50 tahun ( 17%) , jenis tumor payudara terbanyak adalah jenis jinak dan kadar LDL tinggi pada jenis tumor payudara benigna dan maligna. Analisis bivariasi menggunakan Uji Chi-Square menunjukkan bahwa niai p 0,025, yang lebih kecil dari nilai p kurang dari 0,05, hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara kadar LDL dan insiden tumor payudara yang diduga berisiko ganas. Kesimpulan dari penelitian ini adalah hubungan antara tingkat LDL dan insiden tumor payudara yang diduga berisiko ganas.
Hubungan Jenis Kelamin, Usia Dan Jumlah Leukosit Pada Pasien Apendisitis Perforasi Dan Apendisitis Non Perforasi Irmayanti Johar Bima; Rachmat Faisal Syamsu; Sigit Dwi Pramono; Reeny Purnamasari; Sri Juliani; Hermiaty Nasruddin; Andi Fatihah Rizki Salsabilah R
Wal'afiat Hospital Journal Vol 2 No 1 (2021): Wal'afiat Hospital Journal
Publisher : Rumah Sakit Ibnu Sina, Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (557.379 KB) | DOI: 10.33096/whj.v2i1.56

Abstract

Apendisitis adalah salah satu kasus kegawatdaruratan. Diagnosis ditegakkan dengan mengenal gejala penyakit ini sejak dini untuk menghindari perburukan dari apendisitis akut menjadi apendisitis perforasi. Mengetahui hubungan jenis kelamin, usia dan jumlah leukosit dengan pasien apendisitis non perforasi dan pasien apendisitis perforasi di RS.Ibnu Sina Makassar tahun 2014 – 2018. Penelitian ini dengan rancangan penelitian cross sectional yaitu pengambilan sampel total sampling dengan total 125 sampel. Analisis data menggunakan uji chi square dengan p value hubungan jenis kelamin dengan apendisitis : 0.01, hubungan usia dengan apendisitis : 0.02 dan hubungan jumlah leukosit dengan apendisitis : 0.00 menggunakan program SPSS. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar pada bulan September-November 2019. Hasil penelitian menunjukkan sampel apendistis perforasi pada laki-laki 39 orang (65%) sedangkan pada perempuan 21 orang (35%). Hasil análisis menggunakan uji Chi-Square nilai signifikan 0.01 (p kurang dari 0.05) yang secara statistik menunjukkan terdapat hubungan antara suhu tubuh dan jumlah leukosit pada pasien appendisitis Sampel apendisitis perforasi usia 0-11 8 orang (13.3%), pada usia 12-25 18 orang (30%), pada usia 26-45 13 (21.7%) dan pada usia ≥46 21 (35%). Hasil análisis menggunakan uji Chi-Square nilai signifikan 0.02 (p kurang dari 0.05) yang secara statistik menunjukkan terdapat hubungan antara suhu tubuh dan jumlah leukosit pada pasien appendisitis. Sampel apendisitis perforasi dan leukosit kurang dari 11.000 1 orang (1.3%) dan pada ≥11.000 59 orang (98.7%). Hasil análisis menggunakan uji Chi-Square nilai signifikan 0.00 (p kurang dari 0.05) yang secara statistik menunjukkan terdapat hubungan antara suhu tubuh dan jumlah leukosit pada pasien appendisitis. Terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian apendistis perforasi, terdapat hubungan antara usia dengan kejadian apendistis perforasi dan terdapat hubungan antara jumlah leukosit dengan kejadian apendistis perforasi.
Literature Review: Outcomes Profile In Appendicitis Patients With Laparoscopic Appendectomy And Open Appendectomy Nurul Hikma; Sulfikar Rusdam; Mesak Sule; Reeny Purnamasari; Erwin Syarifuddin
Jurnal EduHealth Vol. 15 No. 03 (2024): Jurnal EduHealt (September), Year 2024
Publisher : Sean Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Acute appendicitis is an abdominal emergency condition that commonly occurs in individuals of all ages. Traditionally, open appendectomy has been the standard method for treating appendicitis. However, with the advent of laparoscopy, laparoscopic appendectomy is now a promising alternative with potentially significant benefits. This study aims to evaluate and compare the results of laparoscopic appendectomy and open appendectomy in the treatment of acute appendicitis. From an analysis of 16 articles published between 2020-2024, laparoscopic appendectomy showed significant advantages, including less severe postoperative pain, shorter length of stay, faster recovery, and lower risk of complications such as wound infection. Overall, laparoscopic appendectomy is a better option in the treatment of acute appendicitis compared with open appendectomy.
Characteristics Of Anorectal Malformation Patients Ummu M Qinayah; Reeny Purnamasari; Jusli, Jusli
Jurnal EduHealth Vol. 15 No. 02 (2024): Jurnal eduHealt, Edition April - June , 2024
Publisher : Sean Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Anorectal malformations represent a broad spectrum of abnormalities in the formation of the anus and rectum ranging from stenosis to anorectal agenesis. The mortality rate of patients with high anorectal malformations is higher than that of low anorectal malformations due to the higher incidence of comorbidities in high anorectal malformations. The incidence of anorectal malformations is still relatively low, while the characteristics of anorectal malformations based on classification, gender, age, birth weight... The method used is literature review with Narrative Review design. The results obtained in this literature are that there are 15 articles obtained with restrictions from 2018 - 2023 and in-depth analysis of the strengths and limitations of each article regarding the incidence and characteristics of anorectal malformations, 12 articles mention the incidence and characteristics of anorectal malformations and 3 articles only mention the incidence of anorectal malformations.
Literature Review: The Effectiveness of Recell in Wound Healing Burn Reeny Purnamasari; Selin Iriana Pasombak; Solecha Setiawati; Berry Erida Hasbi
Jurnal EduHealth Vol. 16 No. 04 (2025): Jurnal EduHealt, Edition October-December , 2025
Publisher : Sean Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background: Burns are serious tissue injuries that require rapid treatment to prevent infection, accelerate healing, and reduce the risk of scarring. One therapeutic innovation is Autologous Skin Cell Suspension (ASCS) using the ReCell device. Based on a real-world registry data study from the United States (Burn Care Quality), ReCell uses a small sample of patient skin processed into a cell suspension and sprayed onto the wound to stimulate skin regeneration and improve healing outcomes. Objective: This literature review aims to analyze the effectiveness of ReCell in healing burns based on ten articles published in the period 2018–2025. Methods: The literature review was obtained from PubMed, ScienceDirect, and Google Scholar, then analyzed narratively. Results: The study results showed that ReCell accelerates re-epithelialization with a shorter healing time compared to conventional skin grafts, and reduces the need for a skin donor area by more than 30%. In addition, ReCell provides better aesthetic results, although its effectiveness in reducing pain, infection, and repigmentation has not been consistent. Several pediatric studies also reported the success of ReCell as a monotherapy. Conclusion: ReCell is a promising method to help heal second-degree (deep partial thickness) to third-degree (full thickness) burns.