Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

CHARACTERISTICS OF INTERTROCHANTERIC FEMUR FRACTURE AT BALI MANDARA GENERAL HOSPITAL Prabawa, I Made Ngurah Angga; Sanjaya, Putu Agung Wirahadi; Kenwa, Komang Wiswa Mitra
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 11, No 3 (2024): Volume 11 Nomor 3
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v11i3.13137

Abstract

Abstract: Characteristics of Intertrochanteric Femur Fracture at Bali Mandara General Hospital. An intertrochanteric femur fracture is an extracapsular fracture that occurs along the line that is located between the greater and lesser trochanters. This study aims to determine the characteristics of intertrochanteric femur fracture cases. This retrospective descriptive study evaluated the characteristics of intertrochanteric femur fracture patients at Bali. Mandara General Hospital Denpasar from January to August 2022. There were 36 intertrochanteric femur fracture patients (8.78%). Intertrochanteric femur fracture patients are mostly found in female patients (25 patients [69.4%]) and the elderly. Based on the mechanism of trauma, 33 patients had a fracture due to low-energy trauma. According to Boyd and Griffin’s classification, type 2 intertrochanteric femur fracture was more common (14 patients [38.9%]). All patients had PFNA (100%) and most of them had a grade B Singh index (16 patients [44.4%]). The incidence of intertrochanteric femur fracture was 8.78%. The intertrochanteric femur fracture was more common in the female patient, aged more than 60 years old, occurs due to low energy trauma, has a type 2 Boyd and Griffin classification, has a grade B Singh index, and was treated using PFNA.
SPONTANEOUS QUADRICEPS TENDON RUPTURE: A CASE REPORT Pratama Suryadhi, Raditya Putra; Wirahadi Sanjaya, Putu Agung; Kenwa, Komang Wiswa Mitra
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 11, No 2 (2024): Volume 11 Nomor 2
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v11i2.13466

Abstract

ABSTRAK : RUPTUR TENDON QUADRICEPS SPONTAN: LAPORAN KASUS. Ruptur tendon paha depan secara spontan ditandai dengan robeknya jaringan fibrosa antara tulang patela dan otot paha depan. Kondisi ini jarang terjadi sehingga memerlukan perawatan bedah untuk mencegah kelainan bentuk permanen dan hilangnya fungsi lutut. Laporan ini bertujuan untuk mendeskripsikan kasus ruptur tendon quadriceps dan penatalaksanaannya. Seorang laki-laki berusia 38 tahun dengan riwayat penyakit ginjal stadium akhir yang menjalani hemodialisis rutin dan hipertensi mengalami nyeri dan ketidakmampuan untuk melenturkan lutut kanannya. Tidak ada riwayat trauma. Setelah pemeriksaan MRI, pasien didiagnosis mengalami ruptur tendon paha depan kanan secara spontan. Pasien dijadwalkan untuk perbaikan tendon paha depan elektif dengan teknik Codivilla. Setelah menjalani rehabilitasi fisik, ia dipulangkan tanpa komplikasi pasca operasi yang berarti. Setelah enam bulan masa tindak lanjut, pasien dapat kembali bekerja. Diagnosis klinis ruptur tendon paha depan ditandai dengan trias klasik nyeri lutut anterior, keterbatasan ekstensi lutut, dan teraba celah suprapatellar. Pasien dengan ruptur tendon paha depan spontan harus dinilai untuk mengetahui penyakit penyerta medis yang mendasarinya. Ultrasonografi dan MRI diperlukan untuk memastikan diagnosis. Penatalaksanaan ruptur tendon paha depan spontan lengkap dilakukan dengan perbaikan bedah. Perbaikan bedah dini diperlukan untuk menghindari retraksi dan atrofi otot paha depan. Jahitan tulang transversal adalah standar emas untuk perbaikan ruptur tendon paha depan akut, namun teknik perbaikan berlabuh memiliki sayatan yang lebih kecil dan waktu pembedahan yang lebih singkat.
KEJADIAN KLAUSTROFOBIA PADA PASIEN YANG MENJALANI MAGNETIC RESONANCE IMAGING (MRI): TINJAUAN LITERATUR Kenwa, Komang Wiswa Mitra; Ayu Surya Kanti, Luh Dindi
Jurnal Medika Malahayati Vol 8, No 1 (2024): Volume 8 Nomor 1
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jmm.v8i1.13467

Abstract

Abstrak: Kejadian Klaustrofobia Pada Pasien Yang Menjalani Magnetic Resonance Imaging (MRI): Tinjauan Literatur. Pencitraan Magnetic Resonance Imaging (MRI) Merupakan Salah Satu Alat Diagnostik Yang Sering Digunakan Dalam Praktik Klinis Saat Ini. Penggunaan Mesin MRI Dapat Memicu Klaustrofobia Atau Kecemasan Pada Pasien. Penelitian Ini Bertujuan Untuk Membahas Lebih Lanjut Mengenai Kejadian Klaustrofobia Pada Pasien Yang Menggunakan MRI. Pencarian Pubmed Dilakukan Dengan Kata Kunci ‘Claustrophobia’ AND ‘Magnetic Resonance Imaging’ Dari Database Selama 25 Tahun Terakhir. Kriteria Inklusi Yang Digunakan Adalah Full Paper Yang Dapat Diakses, Artikel Dalam Bahasa Inggris, Menggunakan Metode Penelitian Kohort Prospektif Atau Retrospektif, Uji Observasi, Atau Uji Acak Yang Diteliti Dalam Kurun Waktu 25 Tahun Terakhir (2013 Hingga 1998). Data 7 Penelitian Didapatkan Berdasarkan Kriteria Inklusi Dan Eksklusi. Berdasarkan Tabel Tersebut Didapatkan Penelitian Terlama Adalah Pada Tahun 1998 Dan Penelitian Terbaru Adalah 2017. Sebanyak 5 Penelitian Merupakan Penelitian Kohort, 1 Penelitian Merupakan Observasional Dan 1 Penelitian Merupakan Penelitian Sampingan Dari Uji Klinis Acak Terkontrol. Insiden Klaustrofobia Bervariasi Dari 0,54% Sampai 14% Tergantung Dari Jenis Alat MRI Yang Digunakan Dan Demografis Sampel.
Relationship between Sociodemographic and Psychopathology in Communities in Wanci Village, Wakatobi Regency I Made Wikrama Resindra; Kenwa, Komang Wiswa Mitra; Lintuuran, Rivo Mario Warouw
Jurnal Psikiatri Surabaya Vol. 12 No. 2 (2023): November
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jps.v12i2.44087

Abstract

Introductions: Mental disorders are a group of symptoms that co-occur in individuals at a particular time. Symptoms of mental disorders can include physical, biological, psychological, and cognitive symptoms. Mental disorders are considered a silent epidemic in rural areas. This condition is caused by the lack of access to health service centers, especially in the 3T areas (Tertinggal, Terdepan dan Terluar) or fall behind, frontier, and outermost. Wakatobi Regency is one of the regencies in Southeast Sulawesi Province, which has 142 islands and is included in the 3T area. Objective: This study aims to determine the sociodemographic description and its relationship with psychopathology in Wanci Village, Wakatobi Regency residents. Methods: This research is included in the cross-sectional survey using an accidental sampling technique. Respondents amounted to 46 people who have fulfilled the requirements. The research instrument used was the Self Reporting Questionnaire-20 (SRQ-20). Results: A total of 46 samples included in the inclusion criteria found that 22 respondents (47.8%) had SRQ-20 values ≥6 or experienced mental-emotional disorders. In bivariate analysis using chi-square tests, significant results were obtained (P<0.05) for age (P=0.029) and spouse (P=0.035). Conclusion: In this study, it was found that there was a statistically significant relationship between age and spouse variables on psychopathology.
Karakteristik Tomografi Komputasi Abses Otak Yang Menyerupai Tumor Pada Pasien Usia 73 Tahun: Laporan Kasus Pramadyanti, Kadek Dinda; Kenwa, Komang Wiswa Mitra
Jurnal Medika Malahayati Vol 8, No 3 (2024): Volume 8 Nomor 3
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jmm.v8i3.15093

Abstract

Pemeriksaan radiologis dengan kontras biasanya dapat membedakan tumor dari perdarahan, karena batas antara tumor dan perdarahan biasanya lebih jelas. Laporan kasus ini menggambarkan seorang pasien dengan hasil CT scan pada pasien yang diduga mengalami perdarahan dari tumor otak dengan diagnosis banding abses otak. Seorang wanita berusia 73 tahun datang ke ruang gawat darurat dengan keluhan penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan neurologis tidak ditemukan kaku kuduk, kesan kelemahan pada sisi kiri, tonus sisi kiri menurun dan kekuatan pada ekstremitas kiri juga menurun. Dilakukan CT scan tanpa kontras dan ditemukan kesan massa dengan transformasi pendarahan intra-tumor dengan edema di sekitarnya dan lesi temporoparietal kortikal subkortikal hipodens kiri yang menunjukkan infeksi dengan edema otak dan pergeseran garis tengah ke kiri. CT-scan kepala dengan kontras menunjukkan adanya kecurigaan massa otak ganas, metastasis disertai perdarahan. Pasien juga menjalani pemeriksaan patologi anatomi dan menemukan bahwa gambaran morfologi menunjukkan adanya proses inflamasi supuratif akut, tidak ada tanda-tanda keganasan yang terlihat pada sediaan ini. Seorang individu dengan gejala dan indikator yang mirip dengan tumor otak dan abses dilaporkan dalam studi kasus ini. Karena gambar dari CT scan tumor otak dan abses serupa, diagnosis satu kondisi juga harus dibuat berdasarkan pengamatan gejala lain atau pemeriksaan tambahan.
PSIKOTERAPI HIPNOTERAPI PADA PASIEN DENGAN AMNESIA DISOSIATIF: SEBUAH LAPORAN KASUS WIRADANA, I WAYAN; KENWA, KOMANG WISWA MITRA; PARINUSSA, ALLYSA DESITA MAGHDALENA; BUTAR, RUTH NATALIA BUTAR
HEALTHY : Jurnal Inovasi Riset Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 3 (2024)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/healthy.v3i2.3434

Abstract

Hypnotherapy is an effective modality of psychotherapy to address various psychological and emotional issues, including dissociative amnesia. This case report presents a 25-year-old patient with dissociative amnesia, which caused memory loss of his life from high school to his career as a soldier. The patient underwent several hypnotherapy sessions, including age regression, informed child therapy, and techniques such as desensitization and forgiveness to help address past traumas. Hypnotherapy effectively restored the patient’s memory gradually, supported by a work reassignment that offered increased comfort. This result highlights the significant role of hypnotherapy in treating dissociative amnesia and the influence of environmental support in the recovery process. ABSTRAKHipnoterapi adalah salah satu modalitas psikoterapi yang efektif dalam mengatasi berbagai gangguan psikologis dan emosional, termasuk amnesia disosiatif. Laporan kasus ini menggambarkan seorang pasien berusia 25 tahun dengan amnesia disosiatif yang menyebabkan hilangnya ingatan mengenai kehidupannya dari masa SMA hingga profesinya sebagai tentara. Pasien menjalani beberapa sesi hipnoterapi, mulai dari age regression, informed child therapy, hingga teknik desensitization dan forgiveness untuk membantu mengatasi trauma masa lalu. Hipnoterapi terbukti berhasil memulihkan ingatan pasien secara bertahap, didukung oleh keputusan mutasi yang memberikan kenyamanan lebih bagi pasien. Hasil ini menekankan peran penting hipnoterapi dalam terapi amnesia disosiatif dan pengaruh dukungan lingkungan dalam proses pemulihan.