Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Karakter Galuh Gaya Jero Ratna dalam Dramatari Arja Lakon Pajang Mataram di Banjar Kebon Singapadu Desiari,  Made Ayu; Sariada, I Ketut; Ruastiti, Ni Made
Kalangwan : Jurnal Seni Pertunjukan Vol 3 No 1 (2017): Juni
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (15029.948 KB) | DOI: 10.31091/kalangwan.v3i1.159

Abstract

Arja merupakan salah satu jenis dramatari Bali yang memadukan unsur drama, tari, tembang, dan musik. Di dalam sebuah pementasan dramatari Arja  terdapat tokoh-tokoh yang memiliki karakter tersendiri baik itu karakter keras maupun halus atau manis. Salah satu karakter yang dikaji dalam penelitian ini adalah karakter Galuh gaya Jero Ratna dalam sebuah pertunjukan dramatari Arja dengan Lakon Pajang Mataram yang dipentaskan di Banjar Kebon Singapadu. Kajian tentang Galuh dalam dramatari Arja sangat mendesak dilakukan sebab sampai saat ini belum ada studi yang mendalam tentang tokoh Galuh dalam dramatari Arja khususnya Gaya Jero Ratna. Studi ini merupakan sebuah penelitian kualitatif dengan pendekatan seni pertunjukan. Ada dua rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini yaitu (1) Bagaimanakah bentuk pertunjukan dramatari Arja Lakon Pajang Mataram di Banjar Kebon Singapadu, Gianyar?; dan (2) Bagaimanakah karakter Galuh Gaya Jero Ratna dalam pertunjukan dramatari Arja Lakon Pajang Mataram tersebut?. Sebagai pisau analisis digunakan tiga buah teori yaitu teori Fungsional-Struktural, teori Estetika, dan teori Semiotika. Data-data dari penelitian ini, baik data primer maupun data sekunder diperoleh melalui observasi, wawancara, dan studi kepustakaan. Seluruh data yang terkumpul dianalisis dan ditulis secara sistematis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) bentuk pertunjukan dramatari Arja Lakon Pajang Mataram di Banjar Kebon Singapadu dapat dilihat dari lakon, struktur pertunjukan, tokoh-tokoh, musik iringan, dan tempat pertunjukan. (2) Karakter Galuh Gaya Jero Ratna dalam pertunjukan dramatari Arja Lakon Pajang Mataram adalah sebuah karakter putri manis atau halus. Hal itu dapat ditinjau dari tembang pada igel penglembar dan igel pagunem, gerak tari, dan tata rias busana yang digunakan.
Karakter Mantri Manis dalam Pertunjukan Dramatari Arja Made Ayu Desiari; Ni Wy Suratni
Segara Widya : Jurnal Penelitian Seni Vol. 10 No. 1 (2022): Maret
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (523.104 KB) | DOI: 10.31091/sw.v10i1.1946

Abstract

Dramatari Arja merupakan sebuah seni pertunjukan yang memadukan unsur drama, tari, dan musik di dalamnya. Dalam penyajiannya dramatari Arja menampilkan beberapa jenis karakter yang berbeda-beda. Fokus kajian dalam penelitian ini adalah karakter Mantri Manis. Tujuan jangka panjang dari penelitian ini adalah pencatatan yang menyeluruh mengenai tokoh-tokoh yang terdapat dalam pertunjukan dramatari Arja, sehingga bisa dijadikan bahan acuan oleh generasi penerus dalam mempelajari salah satu kekayaan seni tradisi Bali. Untuk mencapai tujuan jangka panjang tersebut, diperlukan adanya tujuan jangka pendek yakni dengan melakukan kajian awal dengan menitikberatkan pada salah satu karakter, yakni Mantri Manis. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang dilakukan melalui tahapan observasi (Maret 2021), pengumpulan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan, wawancara, serta observasi partisipasi (Maret-Juli 2021), Selanjutnya dilakukan reduksi, analisis data, serta penarikan kesimpulan (Juli-Agustus 2021), dilanjutkan dengan pelaporan 70%, penyempurnaan, dan laporan akhir (Agustus-Oktober 2021). Seluruh tahapan dalam merealisasikan tujuan jangka panjang penelitian ini merupakan salah satu upaya untuk melestarikan salah satu kesenian tradisi Bali. Pelestarian budaya yang dimaksud tidak sebatas mempelajari tariannya saja melainkan juga mencatat dan menuliskan agar bisa dijadikan referensi atau acuan oleh para generasi penerus. Hasil penelitian menunujukkan bahwa : karakter Mantri Manis dalam pertunjukkan dramatari Arja adalah karakter putra halus atau manis. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa faktor diantaranya struktur tari yang terdiri dari igel panglembar dan igel pagunem, tata rias dan busana dengan ciri khas gelungan kakendon, serta penggunaan tembangnya dalam sebuah cerita yang berjudul “memandung anglukar gelung”
Traditions and Transformations: From Candomblé to the Sambodromo Carnival I Gde Made Indra Sadguna; Made Ayu Desiari
Journal of Music Science, Technology, and Industry Vol. 4 No. 2 (2021)
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (420.252 KB)

Abstract

Tujuan: Artikel ini akan berbicara tentang salah satu peristiwa paling penting di Brasil, bernama Karnaval Sambodromo. Ini adalah acara yang menyatukan orang-orang untuk perayaan dan kegembiraan saat berparade di jalanan. Metode penelitian: Artikel ini akan membahas bagaimana tradisi Candomblé sebagai asal mula samba, berubah menjadi karnaval Sambodromo modern, sekaligus menganalisis “O Santo EO Rei - Encantarias De Sebastião” oleh Paraíso Do Tuiuti sebagai salah satu peserta 2020 karnaval. Hasil dan pembahasan: Karnaval (keseluruhan perayaan populer, ritual, dan bentuk karnaval lainnya) mengakar kuat dalam jiwa manusia baik pada tingkat kolektif maupun individu. Implikasi: Karnaval di Brazil merupakan perpaduan antara tradisi dan transformasi. Ia mempertahankan semangat keberakarannya pada praktik relijius yang berasal dari dari praktik Candomblé.
BALI AGUNG: SEBUAH KARYA SENI AKULTURASI BUDAYA CINA DAN BALI Made Ayu Desiari; I Gde Made Indra Sadguna
VIDYA WERTTA : Media Komunikasi Universitas Hindu Indonesia Vol. 5 No. 2 (2022): Vidya Wertta: Media Komunikasi Universitas Hindu Indonesia
Publisher : FAKULTAS ILMU AGAMA DAN KEBUDAYAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32795/vw.v5i2.3499

Abstract

Bali Agung merupakan salah satu pertunjukan yang lahir dari perkembangan pariwisata di Bali. Pertunjukan ini dipentaskan di Bali Safari and Marine Park (BSMP) dengan mengambil cerita tentang Kerajaan Bali pada abad-12, di era pemerintahan Raja Jaya Pangus, di mana terjadi kisah percintaan dengan Kang Cing Wie dan Dewi Danu. Tulisan ini merupakan hasil observasi terhadap pertunjukan Bali Agung yang dipentaskan di Bali Theatre BSMP. Tujuan utama tulisan ini adalah untuk membahas tentang kisah, bentuk, serta eksistensi pertunjukan Bali Agung. Hasil observasi ini menunjukan bahwa Bali Agung adalah sebuah pertunjukan teater kolosal yang menggabungkan beberapa budaya namun tetap dibingkai dengan cerita Bali Kuno. Selain itu, eksistensi pertunjukan ini dapat dipertahankan hingga saat ini juga disebabkan oleh strategi pemasaran yang dilakukan oleh pihak manajemen.
Artikel Hasil Riset/Penelitian Skripsi Menganalisis Makna Gerak Tari Terang Bulan Di Sanggar Seni Nggara Simbelin Desa Lingga Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo Miranti Br Sembiring; Tjok. Istri Putra Padmini; Made Ayu Desiari
Jurnal IGEL : Journal Of Dance Vol 3 No 2 (2023)
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Tari Terang Bulan merupakan tarian kreasi tradisi yang berasal dari Tanah Karo, tarian ini diperkirakan lahir disekitar tahun 1965. Makna dari tarian ini adalah pertemuan muda mudi di tempat menumbuk padi yang disebut lesung pada saat terang bulan dari situlah tercipta Tari Terang Bulan. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan analisis makna gerak, kostum yang digunakan, pola lantai, dan instrumen yang digunakan dalam Tari Terang Bulan di Sanggar Seni Nggara Simbelin Desa Lingga. Metode penelitian yang digunakan yakni metode kualitatif, metode kuantitatif serta observasi partisipasi. Dan teknik pengumpulan data dengan observasi, observasi partisipasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gerak Tari Terang Bulan terdiri dari lima ragam gerak, kelima ragam gerak mengarah bagaimana seharusnya tahap-tahap untuk mendekati seorang gadis yang disukai oleh laki-laki. Kostum yang digunakan dalam Tari Terang Bulan bermakna kesopanan dan perlindungan dari pandangan masyarakat yang melihat. Pola lantai yang digunakan bermakna sebagai cara sepasang kekasih untuk menyampaikan rayuan-rayuan kepada lawan jenis. Dan untuk instrumen yang digunakan ada lima jenis yang disebut dengan Gendang Lima Sada Perarih. Kata kunci : Sanggar, Simbelin, Terang Bulan.
Dwaya Rupa Penggambaran Dua Karakter Dalam Satu Tokoh Wiwin Sari Putri, Ni Komang; kustiyanti, dyah; Ayu Desiari, Made
Jurnal IGEL : Journal Of Dance Vol 4 No 2 (2024): Jurnal IGEL Vol 4 No 2 2024
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/jijod.v4i2.3253

Abstract

This article discusses the creation of a new creative dance work that originates from the Panji Semirang story, the search for Galuh Candra Kirana when she disguised herself as Panji Semirang to look for her lost lover. The idea for this dance work is motivated by the phenomenon that exists around that when someone wants to be what other people want in order to be liked or respected by other people, they often forget their own identity. The purpose of creating a dance work. These are: (1) Inviting people to develop their creativity and improve their abilities in the art of dance, to create an original creative work through the processing and development of movement; (2) Become a source of reference for new works that will be created in the future; (3) To contribute to the progress and brilliance of dance creation in collaboration with the Wayan Geria Foundation. The process or stages of creation that are followed include: (1) Ngarencana, (2) Nuasen, (3) Makalin, (4) Nelesin, and (5) Ngebah. This work is realized in the form of a new dance creation consisting of seven female dancers depicting the characters Galuh Candra Kirana and Panji Semirang. The structure of this work is divided into three parts, namely beginning, content, and ending. The dance accompaniment used in this work is Gamelan Selonding with the addition of several instruments such as drums, flute, gentorag, cengceng ricik, and gong. This dance uses modified Balinese dance make-up and a semi-contemporary style fashion concept. The results of the dance creation process were performed at the Natya Mandala Building, Indonesian Institute of the Arts, Denpasar.
LEGENDA BANYUWANGI DALAM PERTUNJUKAN DRAMA GONG MODERN SRI TANJUNG Suratni, Ni Wayan; Iriani, Ni Wayan; Desiari, Made Ayu
Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasional Republik Seni Nusantara Vol. 4 (2024): Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasional Republik Seni Nusantara
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian terapan ini adalah menciptakan sebuah Drama Gong Bali modern Sri Tanjung. Drama Gong Tradisional Bali semakin termarjinalkan ditengah perkembangan industri hiburan seni yang semakin tidak monoton. Disatu sisi, tidak banyak penonton drama mengetahui tentang legenda Banyuwangi. Permasalahannya adalah: 1) Bagaimana bentuk drama gong Bali modern Sri Tanjung?; 2) Bagaimana proses penciptaan drama gong Bali modern Sri Tanjung yang berorientasi pada legenda Banyuwangi?; Sebuah drama Gong Bali Modern Sri Tanjung dapat terwujud berdasarkan penggunaan metode R&D dalam perspektif kajian seni. Penciptaan diawali dengan kegiatan studi lapangan dan studi pustaka mengenai drama gong tradisional Bali dan legenda Banyuwangi. Luaran dalam bentuk formula kemudian dikonstruksi, diimplementasikan dalam bentuk drama gong Bali, diujicoba dan dipromosikan sebagai drama Gong Bali modern Sri Tanjung. Hasil penelitian menunjukan: 1) bentuk drama gong Bali modern Sri Tanjung ini menggunakan cerita legenda Banyuwangi, gamelan gong kebyar, bahasa Indonesia, sound system, fog dan tata cahaya lampu modern; 2) horizon semesta panggung drama gong Bali modern Sri Tanjung ini tercipta melalui tahap mencari ide, tahap merancang karya seni, tahap sosialisasi, tahap uji coba karya seni pada panggung drama dan tahap promosi karya seni di panggung alas purwo extravaganza, Banyuwangi.
Dwaya Rupa Penggambaran Dua Karakter Dalam Satu Tokoh Wiwin Sari Putri, Ni Komang; kustiyanti, dyah; Ayu Desiari, Made
Jurnal IGEL : Journal Of Dance Vol 4 No 2 (2024): Jurnal IGEL Vol 4 No 2 2024
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/jijod.v4i2.3253

Abstract

This article discusses the creation of a new creative dance work that originates from the Panji Semirang story, the search for Galuh Candra Kirana when she disguised herself as Panji Semirang to look for her lost lover. The idea for this dance work is motivated by the phenomenon that exists around that when someone wants to be what other people want in order to be liked or respected by other people, they often forget their own identity. The purpose of creating a dance work. These are: (1) Inviting people to develop their creativity and improve their abilities in the art of dance, to create an original creative work through the processing and development of movement; (2) Become a source of reference for new works that will be created in the future; (3) To contribute to the progress and brilliance of dance creation in collaboration with the Wayan Geria Foundation. The process or stages of creation that are followed include: (1) Ngarencana, (2) Nuasen, (3) Makalin, (4) Nelesin, and (5) Ngebah. This work is realized in the form of a new dance creation consisting of seven female dancers depicting the characters Galuh Candra Kirana and Panji Semirang. The structure of this work is divided into three parts, namely beginning, content, and ending. The dance accompaniment used in this work is Gamelan Selonding with the addition of several instruments such as drums, flute, gentorag, cengceng ricik, and gong. This dance uses modified Balinese dance make-up and a semi-contemporary style fashion concept. The results of the dance creation process were performed at the Natya Mandala Building, Indonesian Institute of the Arts, Denpasar.
Bala Ghora Wira yasa, I Made Wira yasa; I Gede Oka Surya Negara; Made Ayu Desiari
Jurnal IGEL : Journal Of Dance Vol 5 No 1 (2025): Jurnal IGEL Vol 5 No 1 2025
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/jijod.v5i1.4846

Abstract

Bala Ghora The Bala Ghora dance is a new dance work inspired by Balinese cultural forms which cannot be separated from the traditional and religious activities of the Batulantang Traditional Village community. This dance has a religious function related to the majabajero ceremony at Kayangan Jagat Kancing Gumi Temple. As a work of art, the creation of the Bala Ghora Dance aims to fulfill the graduation requirements for undergraduate students at ISI Denpasar, Dance Study Program in 2024, as well as contributing to the development of the essence of Baris dance as a form of cultural heritage through the creation of creative dances that are modified according to creativity and imagination. The process of creating this dance uses the method of I Wayan Dibia in his book Panca Sthiti Ngawi Sani which includes five stages, namely; the inspiration stage (ngawirasa), the exploration stage (ngawacak), the conception stage (ngaplan), the execution stage (ngawangun), and the evaluation/ngebah stage (maedeng). The results of the creation of the Bala Ghora Dance are characterized by dynamic movement characteristics but combined with movement elements inspired by sacred rituals. Some of the movement motifs used are the first movement, lifting the left leg with the hand holding the kakereb, which is precisely above the head or crown of the head. Meanwhile, the motif of the second movement is the nengkleng movement by carrying a belocong property or (kecombrang tree trunk). The dance structure consists of eight male dancers. The composition of the Baris Babuang dance creation emphasizes the magical touch of dance, making it unique in strengthening humans' relationship with the universe. Keywords: Baris Babuang, Majabajero, Bala Ghora Dance
Artikel Hasil Riset/Penelitian Skripsi Menganalisis Makna Gerak Tari Terang Bulan Di Sanggar Seni Nggara Simbelin Desa Lingga Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo Miranti Br Sembiring; Tjok. Istri Putra Padmini; Made Ayu Desiari
Jurnal IGEL : Journal Of Dance Vol 3 No 2 (2023)
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Tari Terang Bulan merupakan tarian kreasi tradisi yang berasal dari Tanah Karo, tarian ini diperkirakan lahir disekitar tahun 1965. Makna dari tarian ini adalah pertemuan muda mudi di tempat menumbuk padi yang disebut lesung pada saat terang bulan dari situlah tercipta Tari Terang Bulan. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan analisis makna gerak, kostum yang digunakan, pola lantai, dan instrumen yang digunakan dalam Tari Terang Bulan di Sanggar Seni Nggara Simbelin Desa Lingga. Metode penelitian yang digunakan yakni metode kualitatif, metode kuantitatif serta observasi partisipasi. Dan teknik pengumpulan data dengan observasi, observasi partisipasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gerak Tari Terang Bulan terdiri dari lima ragam gerak, kelima ragam gerak mengarah bagaimana seharusnya tahap-tahap untuk mendekati seorang gadis yang disukai oleh laki-laki. Kostum yang digunakan dalam Tari Terang Bulan bermakna kesopanan dan perlindungan dari pandangan masyarakat yang melihat. Pola lantai yang digunakan bermakna sebagai cara sepasang kekasih untuk menyampaikan rayuan-rayuan kepada lawan jenis. Dan untuk instrumen yang digunakan ada lima jenis yang disebut dengan Gendang Lima Sada Perarih. Kata kunci : Sanggar, Simbelin, Terang Bulan.