Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU LAKOP PEL-LANTAI NEWER DENGAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) DI UD. PLASTIK Diana; Khafizh Rosyidi

Publisher : Department of Industrial Engineering - Universitas Yudharta Pasuruan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35891/jkie.v5i2.2014

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem pengendalian persediaan bahan baku yang seharusnya dilakukan oleh UD. Plastik dalam produksi pel-laintai Newer. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis data kuantitatif, dengan menggunakan Metode EOQ, persediaan pengaman dan titik pesan kembali. Berdasarkan analisis pembelian bahan baku limbah plastik untuk produksi pel-lantai Newer yang optimal menurut metode Economic Order Quantity selama tahun 2017 di UD. Plastik pada bahan HDPE sebanyak 2662 kg dan bahan PP sebanyak 1331 kg, sedangkan menurut kebijakan perusahaan pada bahan HDPE sebanyak 384,25 kg dan bahan PP sebanyak 192,16 per pemesanan. Frekuensi pembelian sebanyak 2 kali sedangkan menurut kebijakan UD. Plastik sebanyak 12 kali pembelian. Kuantitas persediaan pengaman menurut metode Economic Order Quantity tahun 2017 pada bahan HDPE adalah 96,45 kg dan bahan PP 47,89 kg sedangkan menurut kebijakan perusahaan tidak menerapkan sistem persediaan pengaman dalam proses produksi. Dari hasil analisis diketahui total biaya persediaan manurut Economic Order Quantity pada bahan HDPE sebesar Rp. 2.821.892,- dan bahan PP sebesar Rp. 1.830.601,-, sehingga jika UD. Plastik mengunakan metode Economic Order Quantity dapat menghemat biaya persediaan untuk bahan HDPE sebesar Rp. 7.157.054,- dan bahan PP sebesar Rp. 4.643.009,-. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan bahwa sistem pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan oleh UD. Plastik belum efektif.
STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH PENGOLAHAN KOPI DI KECAMATAN TUTUR KABUPATEN PASURUAN Khafizh Rosyidi; Nuri yanto

Publisher : Department of Industrial Engineering - Universitas Yudharta Pasuruan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (796.246 KB)

Abstract

Salah satu komoditas unggulan di Kabupaten Pasuruan adalah kopi. Potensi perkebunan kopi di Kabupaten Pasuruan terus mengalami perkembangan pesat. Kecamatan Tutur merupakan kecamatan yang memiliki areal terluas dengan luas lahan 1.833,7 Ha dan penghasil kopi terbanyak sebesar 674,28 ton (bijih oase) dibandingkan kecamatan lainnya di wilayah Kabupaten Pasuruan. Berdasarkan hasil perhitungan Location Quotient (LQ) pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa kopi di Kecamatan Tutur merupakan subsektor basis di Kabupaten Pasuruan dengan indeks LQ senilai 1,277618 (LQ > 1). Seiring dengan potensi tersebut, saat ini kini telah terbentuk 26 (dua puluh enam) kelompok tani (poktan)/KUB/KWT yang berpusat di 3 (tiga) desa di wilayah Kecamatan Tutur, antara lain: Desa Sumberpitu, Desa Kalipucang, dan Desa Tutur. Sebagaimana model diamond cluster dari porter di atas, dapat dipahami bahwa terdapat 4 (empat) aspek utama dengan beberapa point kriteria yang perlu diukur tingkat kesediannya sehingga goal peningkatan perekonomian daerah dan daya saing klaster benar-benar dapat terwujud. Secara umum kualitas kopi berada pada cita rasa yang khas sesuai dengan kondisi geografis masing-masing lokal daerahnya. Dalam rangka pengembangan IKM pengolahan kopi lokal, dilakukan melalui pendekatan pengembangan komoditas unggulan terpadu yang menjadi basis di Kecamatan Tutur, dan memperhatikan ragam komoditas unggulan lainnya yang berpotensi untuk disinergikan guna mewujudkan suatu obyek potensi unggulan yang terpadu. Perlu diupayakan pembentukan asosiasi pengusaha/produsen kopi dalam bentuk koperasi serba usaha bidang per-kopi-an guna peningkatan produktivitas IKM pengolahan kopi oleh pengusaha/produsen kopi lokal yang terorgnisir. Sebagaimana konsep diamond cluster model dari porter, perlu diupayakan sinergitas potensi unggulan Kecamatan Tutur antara lain potensi unggulan kopi, susu segar, dan apel khas nongkojajar (Kecamatan Tutur) menjadi obyek wisata agropolitan Kabupaten Pasuruan.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGENDALIAN KUALITAS PRODUKSI SUSU KENTAL MANIS PT. IDK PASURUAN Khafizh Rosyidi

Publisher : Universitas Yudharta Pasuruan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35891/jsb.v3i2.582

Abstract

Salah satu produk olahan susu yang telah berkembang dan dianggap populer hingga saat ini adalah susu kental manis. Di negara-negara berkembang, konsumsi susu kental manis semakin meningkat, baik itu untuk konsumsi langsung ataupun sebagai bahan tambahan pangan olahan lainnya. Jenis kemasan untuk produk susu kental manis pun sudah berkembang sesuai kebutuhannya, tidak hanya dalam bentuk kemasan kaleng, tetapi juga dalam kemasan bulkalumunium foil, ataupun kemasan bulk tanki untuk industri, dan yang sedang berkembang saat ini adalah kemasan satu kali konsumsi (kemasan sachet). Terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan untuk memproduksi susu kental manis antara lain: pengambilan bahan baku, proses penuangan bahan baku (tipping), proses (penimbangan bahan baku)weiging, pencampuran bahan baku (mixing), homogenisasi, pasteurisasi, pengentalan (flashcooler), filling packing, fisnish good. Pengawasan kualitas susu kental manis yang dilakukan oleh PT. IDK adalah terhadap sample pengujian kualitas dilakukan pada bahan baku, proses penuangan, dan pengawasan pada saat penyimpanan di dalam CT (crystalisatin tank). Kualitas merupakan hal yang terpenting didalam proses produksi susu kental manis yang dilakukan oleh PT. IDK, sehingga kualitas susu kental manis sangat diperhatikan untuk menghasilkan produk yang terjamin dan berkualitas. Produk yang dihasilkan harus sesuai dengan standar komposisi yang ditentukan yaitu 71.80 batas bawah dan 72,20 batas atas, jika hasil dari komposisi kurang dari standar akan dilakukan adjustment. Meskipun umumnya terdapat 9 (sembilan) faktor yang dapat mempengaruhi pengendalian kualitas suatu produksi, di PT. IDK terdapat 4 (empat) faktor utama yang mempengaruhi pengendalian kualitas proses produksinya, khususnya pada lini produksi susu kental manis, yaitu: a) Methode (manajemen), b) Man (manusia), c) Materials (bahan), dan d) Machines (mesin). Pengendalian pada kualitas susu kental manis dilakukan dalam frekuensi yang lebih sering agar tidak terjadi kelolosan pada komposisi standar yang di tetapkan sehingga produk yang dihasilakan terjamin kualitasnya. Penyeragaman komposisi bahan baku yang akan dipakai proses produksi agar produk yang dihasilkan sesuai dengan standar komposisi yang ditetapkan, sehingga produk yang dihasilkan tidak kurang ataupun over komposisi. Perlu ditingkatkan lagi sosialisasi terhadap seluruh karyawan tentang cara pengendaian kualias secara benar menurut WI, SOP dan GMP.
PENGUKURAN EFETIFITAS PENJADWALAN PRODUKSI PADA PERUSAHAAN JOB ORDER Khafizh Rosyidi

Publisher : Universitas Yudharta Pasuruan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (209.198 KB) | DOI: 10.35891/jsb.v2i1.669

Abstract

Production Planing and Control (PPC) merupakan faktor utama dalam setiap perusahaan untuk menunjang kelancaran proses produksi, baik perusahaan mass production maupun perusahaan job order. Perencanaan produksi memiliki peranan yang sangat penting dalam mengantisipasi supaya tidak terjadi keterlambatan dalam pemenuhan target produksi. Oleha karena itu harus dibuat perencanaan produksi (production planning) secara baik. Di lingkungan CV. YAD tingkat produksi harian didasarkan pada permintaan total harian untuk setiap model produk yang akan diproduksi selama satu minggu dibagi dengan banyaknya hari kerja dalam minggu tersebut. Rasio untuk setiap produk menentukan banyaknya unit yang harus diproduksi setiap hari dalam satu minggu agar dapat memenuhi sasaran dalam master schedule planning (MPS). Sebagaimana hasil penelitian bahwa permintaan total mingguan untuk produk A, B dan C di CV. YAD berturut-turut adalah: 500 unit, 2000 unit, dan 5000 unit. Dalam satu minggu diasumsikan terdapat 6 hari kerja, sehingga tingkat produksi harian untuk produk A = 500/6 = 83,33 unit (dibulatkan menjadi 84 unit), B = 2000/6 = 333,33 unit (dibulatkan menjadi 334 unit), dan C = 5000/6 = 833,33 unit (dibulatkan menjadi 834 unit). Berdasarkan pengukuran efektifitas dari metode sequencing, dapat diambil keputusan berkaitan dengan sekuens operasi mana yang terbaik untuk dipilih. Apabila perusahaan lebih memprioritaskan untuk meminimumkan keterlambatan penyerahan produk ke pelanggan, sebaiknya memilih pendekatan FCFS dengan sekuens operasi atau tugas: B-A-C-D, karena memiliki nilai rata-rata keterlambatan terkecil yaitu: 1,75 hari. Tetapi apabila perusahaan ingin memaksimumkan utilisasi sumber daya, disarankan untuk memilih dengan sekuens operasi atau tugas: A-B-C-D, karena memiliki nilai utilisasi tertinggi yaitu 46,3 %. Bagaimanapun juga aturan-aturan yang berkaitan dengan penetapan prioritas kerja dalam operasi manufacturing harus ditetapkan secara rasional, jelas dan konsisten dengan tujuan strategik dari pengambil keputusan perusahaan itu sendiri.
RESOLUSI KONFLIK HUBUNGAN INDUSTRIAL DALAM SISTEM PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN PASURUAN Heri Sunarno; Khafizh Rosyidi; Aris Setiawan; Hambali Hambali
Media Mahardhika Vol. 18 No. 1 (2019): September 2019
Publisher : STIE Mahardhika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29062/mahardika.v18i1.124

Abstract

National development in the labor sector that includes related elements between government, employers and workers is felt necessary to base their interests on their respective principles, so that dynamic industrial relations will be created, but the dynamics of industrial relations in Indonesia have recently been marked by the problem of lack - harmony between the entrepreneur and his workers. The government as the main sector in industrial relations must act based on the provisions of legal products from the industrial relations sector so that the PPHI process can be realized in accordance with the expectations of all parties. In the context of maintaining industrial relations in Pasuruan, regulations in the form of Regional Regulation No. 22 of 2012 concerning the employment system has been created. It is hoped that through this research, an easy-to-understand resolution model that illustrates efforts to resolve industrial relations disputes in accordance with Regional Regulation No. 22 of 2012. And this research is expected to produce a model of industrial relations conflict resolution which is the development of the Marshall model by considering the history of conflict through a picture of the birth of a particular conflict
Pendampingan Strategi Bersaing Untuk Meningkatkan Volume Penjualan Pada UMKM Esbas Toy’s Dengan Analisis Porter’s Five Forces Nuriyanto; Khafizh Rosyidi
Khidmatuna: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 2 No. 2 (2022): Khidmatuna: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat
Publisher : Institut Agama Islam Sunan Kalijogo Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Persaingan bisnis di era globalisasi saat ini semakin ketat. Bertambahnya perusahaan-perusahaan dengan berbagai produk atau jasa yang ditawarkan menyebabkan perusahaan berusaha untuk memenangkan persaingan dengan cara menerapkan strategi berasing. Strategi bersaing yang digunakan sangat menentukan keberhasilan pencapaian target yang diinginkan oleh perusahaan. Pendampingan strategi bersaing ini dilakukan pada UMKM Esbas Toy’s untuk mengetahui strategi bersaing pada UMKM tersebut serta merumuskan strategi bersaing alternartif yang dapat digunakan. Metode yang digunakan dalam pendampingan ini adalah analisis porter’s five forces. Keabsahan data dari kegiatan ini diuji menggunakan triangulasi data atau menggali kebenaran informai tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data, pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara dan dokumentasi. Hasil pendampingan ini menunjukkan beberapa strategi bersaing yang tepat digunakan oleh UMKM Esbas Toy’s dalam menghadapi persaingan pada industri yang memproduksi boneka. Strategi bersaing alternatif dari strategi generik juga dirumuskan untuk mengoptimalkan strategi bersaing (Porter’s five forces) yang sedang diterapkan UMKM.
Analisis Standard Kapasitas Pullplate pada Kayu Sengon Menggunakan Metode Uji Tarik di PT XXX Bagus Suwiryo; Khafizh Rosyidi
El-Mal: Jurnal Kajian Ekonomi & Bisnis Islam Vol. 5 No. 12 (2024): El-Mal: Jurnal Kajian Ekonomi & Bisnis Islam
Publisher : Intitut Agama Islam Nasional Laa Roiba Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47467/elmal.v5i12.4625

Abstract

Unloading is the process of removing the unit from the container, in the process it requires a tool, namely a pulplate, in the process there is often a failure of the unloading process that occurs this is due to the pulplate detaching from the wood so that the unit cannot be removed from the container under normal conditions. This study aims to analyze the strength of the screw patern in the pulplate connection with sengon wood using the tensile test method. The connection between pulplate and wood is an important aspect in wood construction, especially in structural applications. The tensile test method was used to evaluate the joint strength and performance of the patern screw under various tensile load conditions. This study was conducted by taking samples of pulplate and sengon wood connections that have been installed using a patern screw, and then subjected to a tensile force until they reach the point of failure. The analysis results will provide a better understanding of the strength of the connection between pulplate and sengon wood, as well as make it possible to optimize the screw patern design and improve the structural reliability of the connection. This research is expected to make an important contribution to the development of efficient and sustainable wood construction technology. The results showed that the new design was able to support a average load 1150.04 kg, compared to the old design which could only accommodate a average load 1115.39 kg. So we suggest changing the pullplate model currently in use and making new rules regarding pullplate installation which is expected to increase the reliability of the pullplate work function at PT XXX.
ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU LAKOP PEL-LANTAI NEWER DENGAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) DI UD. PLASTIK Diana; Khafizh Rosyidi
Journal Knowledge Industrial Engineering (JKIE) Vol 5 No 2 (2018): JKIE (Journal Knowledge Industrial Engineering)
Publisher : Department of Industrial Engineering - Universitas Yudharta Pasuruan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35891/jkie.v5i2.2014

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem pengendalian persediaan bahan baku yang seharusnya dilakukan oleh UD. Plastik dalam produksi pel-laintai Newer. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis data kuantitatif, dengan menggunakan Metode EOQ, persediaan pengaman dan titik pesan kembali. Berdasarkan analisis pembelian bahan baku limbah plastik untuk produksi pel-lantai Newer yang optimal menurut metode Economic Order Quantity selama tahun 2017 di UD. Plastik pada bahan HDPE sebanyak 2662 kg dan bahan PP sebanyak 1331 kg, sedangkan menurut kebijakan perusahaan pada bahan HDPE sebanyak 384,25 kg dan bahan PP sebanyak 192,16 per pemesanan. Frekuensi pembelian sebanyak 2 kali sedangkan menurut kebijakan UD. Plastik sebanyak 12 kali pembelian. Kuantitas persediaan pengaman menurut metode Economic Order Quantity tahun 2017 pada bahan HDPE adalah 96,45 kg dan bahan PP 47,89 kg sedangkan menurut kebijakan perusahaan tidak menerapkan sistem persediaan pengaman dalam proses produksi. Dari hasil analisis diketahui total biaya persediaan manurut Economic Order Quantity pada bahan HDPE sebesar Rp. 2.821.892,- dan bahan PP sebesar Rp. 1.830.601,-, sehingga jika UD. Plastik mengunakan metode Economic Order Quantity dapat menghemat biaya persediaan untuk bahan HDPE sebesar Rp. 7.157.054,- dan bahan PP sebesar Rp. 4.643.009,-. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan bahwa sistem pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan oleh UD. Plastik belum efektif.
Analisis Standard Kapasitas Pullplate pada Kayu Sengon Menggunakan Metode Uji Tarik di PT XXX Bagus Suwiryo; Khafizh Rosyidi
El-Mal: Jurnal Kajian Ekonomi & Bisnis Islam Vol. 5 No. 12 (2024): El-Mal: Jurnal Kajian Ekonomi & Bisnis Islam
Publisher : Intitut Agama Islam Nasional Laa Roiba Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47467/elmal.v5i12.4625

Abstract

Unloading is the process of removing the unit from the container, in the process it requires a tool, namely a pulplate, in the process there is often a failure of the unloading process that occurs this is due to the pulplate detaching from the wood so that the unit cannot be removed from the container under normal conditions. This study aims to analyze the strength of the screw patern in the pulplate connection with sengon wood using the tensile test method. The connection between pulplate and wood is an important aspect in wood construction, especially in structural applications. The tensile test method was used to evaluate the joint strength and performance of the patern screw under various tensile load conditions. This study was conducted by taking samples of pulplate and sengon wood connections that have been installed using a patern screw, and then subjected to a tensile force until they reach the point of failure. The analysis results will provide a better understanding of the strength of the connection between pulplate and sengon wood, as well as make it possible to optimize the screw patern design and improve the structural reliability of the connection. This research is expected to make an important contribution to the development of efficient and sustainable wood construction technology. The results showed that the new design was able to support a average load 1150.04 kg, compared to the old design which could only accommodate a average load 1115.39 kg. So we suggest changing the pullplate model currently in use and making new rules regarding pullplate installation which is expected to increase the reliability of the pullplate work function at PT XXX.