p-Index From 2020 - 2025
1.405
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Sehat Masada
Utami Helisarah, Desi
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dharma Husada Bandung

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Faktor Risiko Kejadian Presbiopia Dini Nur Hajri Rabbani1; Desi Utami Helisarah; Suparni Suparni; Motris Pamungkas
Sehat MasadaJurnal Vol 15 No 1 (2021): Sehat Masada Journal
Publisher : stikes dharma husada bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38037/jsm.v15i1.172

Abstract

Faktor risiko paling signifikan untuk presbiopia adalah usia. Namun, ketika gejala presbiopia terjadi lebih awal dari biasanya, itu disebut dengan presbiopia dini. Presbiopi dini adalah berkurangnya kemampuan akomodasi penglihatan jarak dekat mata yang lebih cepat dari perkiraan. Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui apa saja faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya presbiopia dini. Melakukan kajian literatur untuk mengetahui distribusi usia kejadian presbiopia dini dan mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan presbiopia dini. Penelitian ini dilakukan dengan metode study literature yaitu cara yang dipakai untuk menghimpun data-data atau sumber-sumber yang berhubungan dengan topik yang diangkat dalam suatu penelitian. Berdasarkan hasil kajian literatur dari beberapa jurnal dan hasil penelitian menunjukan bahwa kisaran usia penderita presbiopia dini berada pada jarak usia 36-39 tahun. Adapun faktor risiko yang mempengaruhi kejadian presbiopia dini yaitu : jenis kelamin (gender), penggunaan gadget dan aktivitas melihat dekat, kebiasaan merokok dan penggunaan tembakau, dan kelainan refraksi. Diharapkan kajian literatur ini dapat digunakan sebagai prediksi awal dalam penatalaksanaan pemeriksaan mata dasar dilihat dari aktivitas kesehariannya dan pola hidupnya dan juga diharapkan kajian literatur dapat ini menjadi acuan bagi refraksionis optisien dalam menangani pasien yang memiliki keluhan melihat dekat agar tidak ragu dalam memberikan koreksi addisi kepada pasien dengan usia <40 tahun. Diharapkan kajian literatur ini dapat digunakan sebagai prediksi awal dalam penatalaksanaan pemeriksaan mata dasar dilihat dari aktivitas kesehariannya dan pola hidupnya.
Hubungan Kejadian Miopia Dengan Status Refraksi Orang Tua Desi Utami Helisarah; Pindi Ayuni
Sehat MasadaJurnal Vol 15 No 2 (2021): Sehat Masada Journal
Publisher : stikes dharma husada bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38037/jsm.v15i2.228

Abstract

Kelainan refraksi merupakan gangguan mata yang sering terjadi pada seseorang. Di Indonesia, Prevalensi kelainan refraksi menempati urutan pertama pada penyakit mata dan ditemukan jumlah penduduk kelainan refraksi hampir 25% populasi penduduk atau sekitar 55 juta jiwa. Penyebab kelainan refraksi miopia adalah multifaktorial, dapat terjadi dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain usia, jenis kelamin, aktivitas dekat dengan atau tanpa layar, aktivitas diluar ruangan, riwayat genetik, dan lingkungan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu literature review, bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor keturunan dengan kejadian miopia, dengan melakukan proses analisisLiteratur sejumlah 5 jurnal.Hasil dari penelitian ini menunjukan hubungan yang signifikan terhadap faktor genetik yang mempengaruhi kejadian miopia. Meskipun ada perbedaan pada objek penelitian tetapi tidak mengurangi kesimpulan bahwa gen adalahfaktor yang kuat terhadap timbulnya miopia pada anak. Faktor genetik/herediter sangat erat sekali hubungannya terhadap kejadian miopia.
Gambaran Tajam Penglihatan dan Koreksi Kelainan Refraksi pada Pasien Pasca Operasi Katarak di RSUD Arjawinangun Desi Utami Helisarah; Salman Al Farisi
Sehat MasadaJurnal Vol 14 No 1 (2020): Jurnal Sehat Masada
Publisher : stikes dharma husada bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Katarak merupakan kekeruhan pada lensa mata atau hilangnya transparansi lensa, sehingga terjadi gangguan penglihatan. Katarak merupakan peyebab utama gangguan penglihatan dan kebutaan di Indonesia dan di dunia. Katarak dapat menyebabkan kebutaan bila tidak diterapi. Dalam penelitia ini melakukan observasi hasil pascaoperasi katarak pada pasien di RSUD Arjawinangun pada. Pendekatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah pendekatan cross-sectional. Dari 80 pasien pasca operasi katarak dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan dengan koreksi kelainan refraksi pada minggu ke-6. Operasi katarak yang dilakukan di RSUD Arjawinangun pada bulan April sampai bulan Juni tahun 2019 100% berhasil namun dari tujuh diantaranya belum memenuhi standar kriteria keberhasilan WHO, karena ada faktor-faktor penyulit lainnya, contohnya adalah afakia dan sebagainya. Saran dalam penelitian ini adalah Meningkatkan sarana prasarana RSUD Arjawinangun agar menjaga kualitas keberhasilan operasi katarak.
Gambaran Penglihatan Stereopsis pada Anak TK dengan Kelainan Refraksi ataupun Tanpa Kelainan Refraksi di TK Al Fajar Nagreg Tahun 2018 Desi Utami Helisarah; Nurul Fadhilah Zahra
Sehat MasadaJurnal Vol 13 No 1 (2019): Sehat Masada Journal
Publisher : stikes dharma husada bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penglihatan stereopsis atau penglihatan 3D adalah kesanggupan melihat sebuah benda (obyek) dengan kedua mata yang menghasilkan kesan penglihatan tunggal dengan kedalaman akibat perbedaan yang kecil pada proyeksi benda tersebut diretina. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan, anak tk adalah anak yang belum memasuki sekolah dasar. Kelainan refraksi adalah keadaan bayangan tegas tidak dibentuk pada retina. Tujuan Untuk mengetahui gambaran penglihatan stereopsis pada anak tk dengan kelainan refraksi ataupun tanpa kelainan refraksi di TK Al Fajar Nagreg. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan cross sectional (point time approach) dan jenis penelitian ini merupakan observasional. Penelitian ini menggunakan E chart untuk pemeriksaan tajam penglihatan anak dan titmus fly stereotest untuk pemeriksaan penglihatan stereopsis, penelitian ini dilakukan selama 1 hari. Hasil penelitian yang didapat bahwa dari jumlah 34 anak dengan angka penglihatan stereopsis 40º arch yang masih berada dibatas normal yaitu di bawah 60º arch, maka semua anak tidak memiliki gangguan penglihatan stereopsis. Disarankan kepada orang tua anak untuk lebih memperhatikan kondisi kesehatan mata anak dan rutin memeriksakan mata anak setiap 6 bulan sekali. Adapun jika ditemukan kelainan maka harus ditindak lanjuti dan segera ditangani.
HASIL PEMERIKSAAN STEREOSKOPIS PADA ANAK DENGAN BERBAGAI DERAJAT KELAINAN REFRAKSI Desi Utami Helisarah; Ajeng Anggitasari
Sehat MasadaJurnal Vol 16 No 2 (2022): Sehat Masada Journal
Publisher : stikes dharma husada bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penglihatan stereoskopis adalah presepsi penglihatan kedalaman dalam bentuk iga dimensi (Emillo, 2002). Dengan penglihatan tiga dimensi manfaat yang diperoleh yaitu memiliki lapang pandang yang luas, kemampuan untuk mendeteksi objek kecil (Maksus, 2016). Terdapat perbedaan penglihatan stereoskopis pada anak yang memiliki kelaianan refraksi dan anak yang tidak memiliki kelainan refraksi (Setiawan, 2016). Penelitian ini dibuat untuk mengetahui hasil pemeriksaan stereoskopis pada anak dengan berbagai derajat kelainan refraksi. Penelitian ini menggunakan metode literatur riview, dengan mengumpulkan jurnal atau artikel yang berhubungan dengan topik. Dari lima jurnal yang telah dikumpulkan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan penglihatan stereoskopis pada anak yang memiliki kelainan refraksi berupa anisometropia. Semkain besar derajat miopia, dan anisometropia seorang maka akan memperburuk penglihatan stereoskopisnya.
Faktor Risiko Kejadian Presbiopia Dini Hajri Rabbani1, Nur; Utami Helisarah, Desi; Suparni, Suparni; Pamungkas, Motris
Sehat MasadaJurnal Vol 15 No 1 (2021): Sehat Masada Journal
Publisher : stikes dharma husada bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38037/jsm.v15i1.172

Abstract

The most significant risk factor for presbyopia is age. However, when symptoms of presbyopia occur earlier than usual, it is called premature presbyopia. Premature presbyopia is a reduction in the ability to accommodate near-eye vision that is faster than expected. This research is an attempt to find out what are the risk factors that can causes premature presbyopia. To conduct a literature review to determine the age distribution of premature presbyopia and determine risk factors associated with premature presbyopia. This research was conducted by the method of literature review which is a method used to collect data or sources related to the topics raised in a study. Based on the results of literature review from several journals and research results show that the age range of patients with premature presbyopia is at the age range of 36-39 years. The risk factors that affect the incidence of premature presbyopia are: sex (gender), gadget users and near work, smoking and tobacco use, and refractive errors. It is hoped that this literature review can be used as an initial prediction in the management of basic eye examinations seen from their daily activities and lifestyle and it is also hoped that this literature review can be a reference for refractionist opticiant in dealing with patients who have near vision complaints so as not to hesitate in providing correction of additions to patients with age <40 years. It is hoped that this literature review can be used as an initial prediction in the management of basic eye examination seen from their daily activities and lifestyle.
Hubungan Kejadian Miopia Dengan Status Refraksi Orang Tua Utami Helisarah, Desi; Ayuni, Pindi
Sehat MasadaJurnal Vol 15 No 2 (2021): Sehat Masada Journal
Publisher : stikes dharma husada bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38037/jsm.v15i2.228

Abstract

Kelainan refraksi merupakan gangguan mata yang sering terjadi pada seseorang. Di Indonesia, Prevalensi kelainan refraksi menempati urutan pertama pada penyakit mata dan ditemukan jumlah penduduk kelainan refraksi hampir 25% populasi penduduk atau sekitar 55 juta jiwa. Penyebab kelainan refraksi miopia adalah multifaktorial, dapat terjadi dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain usia, jenis kelamin, aktivitas dekat dengan atau tanpa layar, aktivitas diluar ruangan, riwayat genetik, dan lingkungan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu literature review, bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor keturunan dengan kejadian miopia, dengan melakukan proses analisisLiteratur sejumlah 5 jurnal.Hasil dari penelitian ini menunjukan hubungan yang signifikan terhadap faktor genetik yang mempengaruhi kejadian miopia. Meskipun ada perbedaan pada objek penelitian tetapi tidak mengurangi kesimpulan bahwa gen adalahfaktor yang kuat terhadap timbulnya miopia pada anak. Faktor genetik/herediter sangat erat sekali hubungannya terhadap kejadian miopia.
Gambaran Tajam Penglihatan dan Koreksi Kelainan Refraksi pada Pasien Pasca Operasi Katarak di RSUD Arjawinangun Utami Helisarah, Desi; Al Farisi, Salman
Sehat MasadaJurnal Vol 14 No 1 (2020): Jurnal Sehat Masada
Publisher : stikes dharma husada bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Katarak merupakan kekeruhan pada lensa mata atau hilangnya transparansi lensa, sehingga terjadi gangguan penglihatan. Katarak merupakan peyebab utama gangguan penglihatan dan kebutaan di Indonesia dan di dunia. Katarak dapat menyebabkan kebutaan bila tidak diterapi. Dalam penelitia ini melakukan observasi hasil pascaoperasi katarak pada pasien di RSUD Arjawinangun pada. Pendekatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah pendekatan cross-sectional. Dari 80 pasien pasca operasi katarak dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan dengan koreksi kelainan refraksi pada minggu ke-6. Operasi katarak yang dilakukan di RSUD Arjawinangun pada bulan April sampai bulan Juni tahun 2019 100% berhasil namun dari tujuh diantaranya belum memenuhi standar kriteria keberhasilan WHO, karena ada faktor-faktor penyulit lainnya, contohnya adalah afakia dan sebagainya. Saran dalam penelitian ini adalah Meningkatkan sarana prasarana RSUD Arjawinangun agar menjaga kualitas keberhasilan operasi katarak.
HASIL PEMERIKSAAN STEREOSKOPIS PADA ANAK DENGAN BERBAGAI DERAJAT KELAINAN REFRAKSI Utami Helisarah, Desi; Anggitasari, Ajeng
Sehat MasadaJurnal Vol 16 No 2 (2022): Sehat Masada Journal
Publisher : stikes dharma husada bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penglihatan stereoskopis adalah presepsi penglihatan kedalaman dalam bentuk iga dimensi (Emillo, 2002). Dengan penglihatan tiga dimensi manfaat yang diperoleh yaitu memiliki lapang pandang yang luas, kemampuan untuk mendeteksi objek kecil (Maksus, 2016). Terdapat perbedaan penglihatan stereoskopis pada anak yang memiliki kelaianan refraksi dan anak yang tidak memiliki kelainan refraksi (Setiawan, 2016). Penelitian ini dibuat untuk mengetahui hasil pemeriksaan stereoskopis pada anak dengan berbagai derajat kelainan refraksi. Penelitian ini menggunakan metode literatur riview, dengan mengumpulkan jurnal atau artikel yang berhubungan dengan topik. Dari lima jurnal yang telah dikumpulkan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan penglihatan stereoskopis pada anak yang memiliki kelainan refraksi berupa anisometropia. Semkain besar derajat miopia, dan anisometropia seorang maka akan memperburuk penglihatan stereoskopisnya.