Lestari, Julita
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PLURALISME AGAMA DI INDONESIA: Tantangan dan Peluang Bagi Keutuhan Bangsa Lestari, Julita
Al-Adyan: Journal of Religious Studies Vol 1, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/al-adyan.v1i1.1714

Abstract

Diversity of religion on the one hand gave birth to segregate among the religious followers. On the other hand, uniting is driven by mutual respect for differences. This article studies the two side of these plurality in Indonesia as a state which is built from the diversity of religions. In Indonesia, plurality has twu potentials, namely opportunities and challenges for the national integrity. The biggest chllenge of this nation is the tendency of conflict which is derrived by the truth claim of each religious group. While, the opportuniy of plurality of the nation is tolerance of each religious followers for the integrity of the nation.Keberagaman agama di satu sisi cenderung melahirkan perpecahan di kalangan umat beragama. Di sisi lain persatuan yang didorong oleh sikap saling menghargai akan perbedaan yang ada. Artikel ini mengkaji kedua sisi pluralisme di Indonesia sebagai sebagai negara yang terbangun dari keragaman agama. Pluralitas agama di Indonesia memiliki tantangan dan peluang bagi keutuhan bangsa. Tantangan terbesar pluralitas bangsa ini adalah kecenderungan konflik yang bersumber dari truth claim (klaim kebenaran) masing-masing kelompok keagamaan. Sementara peluang pluralitas adalah sikap toleransi masing-masing penganut agama yang menopang keutuhan bangsa.
Cap Go Meh dan Strategi Kebudayaan: Akulturasi Budaya Minang, Tionghoa dan Islam di Kota Padang Susilawati, Susilawati; Folandra, Danil; Aqil, Muhammad; Lestari, Julita; Latifa, Yossi
Jurnal Penelitian Agama Vol. 25 No. 1 (2024)
Publisher : LPPM UIN Saizu Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24090/jpa.v25i1.2024.pp53-68

Abstract

Penggunaan budaya lain menjadi konsekuensi logis dari perjumpaan dua budaya yang berbeda terutama berada dalam posisi minoritas. Oleh sebab itu tulisan ini bertujuan untuk melihat bentuk penggunaan/apropriasi budaya dominan serta menganalisis bagaimana mereka memaknai penggunaan budaya luar dalam konteks kebudayaannya. Penelitian ini dalam bentuk kualitatif yang datanya diperoleh melalui observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Data kemudian dianalisis menggunakan pendekatan etnografi yang diusung oleh James P. Spradley. Temuan studi ini memperlihatkan bentuk apropriasi budaya yang dilakukan oleh etnis Tionghoa kota Padang dalam perayaan Cap Go Meh. Apropriasi budaya ini tergambar dalam bentuk simbol budaya, kesenian seperti tari hingga makanan. Apropriasi yang dilakukan terbentuk secara alamiah, sebab adanya konstruksi identitas menjadi bagian diri dari budaya dominan (Minang) sekaligus memberi corak baru terhadap kebudayaan suatu kelompok yang dianggap kaku dan ekslusif menjadi fleksibel dan adaptif.
Beyond Coexixtence: Intersecting Realms of Faith and Policy in Mentawai, Indonesia Wahyuni, Dwi; Pratama, Fadhiil Novriadi; Lestari, Julita; Sabna, Anjali; Martalia, Martalia
Khazanah Sosial Vol. 6 No. 2 (2024): Khazanah Sosial
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/ks.v6i2.34830

Abstract

This study explores the relationship between the indigenous religion of the Mentawai people, Arat Sabulungan, world religions (Christianity, Catholicism, and Islam), and the state, focusing on intersubjective recognition among these entities. The research employs a qualitative ethnographic approach, conducted in Matotonan village, South Siberut subdistrict, West Sumatra. Primary data were gathered through semi-structured interviews with key informants and observations, while secondary data included literature reviews of relevant journal articles, books, research reports, and news. The findings reveal the complexity and nuances of religious conversion, the socio-cultural dynamics influencing the negotiation process of Arat Sabulungan and world religions, and the role of state policy in shaping the religious landscape and identity of the Mentawai people. This article demonstrates that the socio-cultural life of the Mentawai people, especially in Matotonan village, shows that recognition of Arat Sabulungan extends beyond intercultural relations into the anthropological realm. Followers of Arat Sabulungan (Sikerei), world religions, and government employees have constructed themselves as subjects through intersubjective recognition. This research contributes to understanding the complex dynamics between indigenous religions, world religions, and state policies. It applies Axel Honneth's theory of intersubjective recognition, highlighting the need for inclusive policies, cultural education, and legal recognition to support and preserve indigenous religions like Arat Sabulungan.