Ketuban Pecah Dini (KPD) meningkatkan risiko infeksi, tindakan Sectio Caesarea (SC), serta komplikasi neonatal. Durasi KPD menjadi faktor utama yang memengaruhi keputusan persalinan dan kondisi bayi. Di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya tahun 2022–2024, kasus KPD dan SC dengan indikasi KPD menunjukkan peningkatan, sehingga penting diteliti hubungan durasi KPD dengan keputusan SC dan outcome neonatus. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi distribusi durasi KPD pada ibu bersalin di RSUD dr. Doris Sylvanus selama periode 2022-2024, untuk mengetahui proporsi tindakan persalinan (SC dan Pervaginam) berdasarkan durasi KPD di RSUD dr. Doris Sylvanus selama periode 2022-2024, untuk mengetahui distribusi outcome neonatus berdasarkan durasi KPD di RSUD dr. Doris Sylvanus selama periode 2022-2024, dan untuk menganalisis hubungan antara durasi KPD dan tindakan SC di RSUD dr. Doris Sylvanus selama periode 2022-2024, serta menganalisis hubungan antara durasi KPD dan outcome terhadap neonatus (NICU/Perinatologi atau rawat gabung) di RSUD dr. Doris Sylvanus selama periode 2022-2024. Penelitian ini menggunakan desain studi deskriptif observasional dengan pendekatan cross-sectional (potong lintang). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas ibu dengan KPD mengalami durasi pecah ketuban ≥12 jam, yaitu sebesar 78,7% dari seluruh kasus. Sebagian besar ibu dengan KPD menjalani tindakan Sectio Caesarea (70,0%), terutama pada kelompok dengan durasi KPD ≥12 jam. Neonatus dari ibu dengan KPD mayoritas (77,9%) memerlukan perawatan di unit perinatologi, terutama pada kasus dengan durasi KPD ≥12 jam. Terdapat hubungan signifikan antara durasi KPD dan tindakan SC (χ² = 48,369; p < 0,001), di mana ibu dengan durasi KPD ≥12 jam memiliki peluang hampir 9 kali lebih besar untuk menjalani SC. Durasi KPD juga berhubungan signifikan dengan outcome neonatus (χ² = 44,493; p < 0,001), dengan risiko 8 kali lebih tinggi untuk dirawat di unit perinatologi pada bayi dari ibu dengan KPD ≥12 jam. Maka dapat disimpulkan bahwa durasi KPD ≥12 jam berhubungan erat dengan meningkatnya tindakan SC dan kebutuhan perawatan intensif neonatus. Semakin lama ketuban pecah, semakin tinggi risiko intervensi obstetri dan komplikasi neonatal di RSUD dr. Doris Sylvanus periode 2022–2024.