Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

MEMBUDAYAKAN KEBIASAAN MENCUCI TANGAN ( STUDI KASUS PENANGANAN MASALAH KECACINGAN PADA ANAK DI DUSUN MANYULUH, DESA LAHEI, KECAMATAN MENTANGAI,KABUPATEN KAPUAS, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH) ASTRID TERESA
Journal Ilmu Sosial, Politik, dan Ilmu Pemerintahan Vol. 3 No. 1 (2014): (8)
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (65.205 KB)

Abstract

Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang, tetapi di Indonesia sendiri masih banyak penyakit yang menjadi masalah kesehatan, salah satu di antarnya ialah cacing perut yang ditularkan melalui tanah. Kecacingan ini dapat mengakibatkan menurunnya kondisi kesehatan gizi, kecerdasan dan produktivitas penderitanya, sehingga secara ekonomi banyak menyebabkan kerugian serta mempengaruhi kualitas sumber daya manusia. Prevalensi kecacingan di Indonesia pada umumnya masih sangat tinggi, terutama pada golongan penduduk yang kurang mampu mempunyai resiko tinggi terjangkit penyakit ini. (Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.424/MENKES/SK/V/2006:3). Data WHO menyebutkan lebih dari 1 miliar penduduk dunia menderita kecacingan. Di indonesia, sekitar 40-60% penduduk Indonesia menderita kecacingan. Kecacingan bukan hanya penyakit yang bisa terjangkit pada anak-anak, tapi juga pada orang dewasa. Biasanya seorang siswa yang terinfeksi cacing akan mengalami kekurangan hemoglobin (Hb) hingga 12 g% dan akan berdampak terhadap kemampuan darah membawa oksigen ke berbagai jaringan tubuh termasuk ke otak, akibatnya penderita kecacingan mengalami penurunan daya tahan tubuh serta metabolisme jaringan otak. Bahkan, dalam jangka panjang, penderita akan mengalami kelemahan fisik dan intelektualitas. (www.depkes.go.id diakses tanggal 27 April 2012). Selama ini upaya pencegahan dan pengobatan telah dilakukan oleh pemerintah melalui dinas kesehatan di kegiatan-kegiatan pokok Puskesmas, tetapi masih belum maksimal karena dilihat dari data Profil Kesehatan Indonesia 2008 (ditjen PP-PL, Departemen Kesehatan RI, 2009)  Prevalensi  Nasional  Kecacingan  adalah  Banten  60,7%,  NAD  59,2%,  NTT27,7%, Kalbar 26,2%, Sumbar 10,1%, Jabar 6,7%, Sulut 6,7%, Kalteng5,6%. Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia 2008 tersebut tampak bahwa problem kecacingan pada anak masih memerlukan perhatian, khususnya bagi provinsi Kalimantan Tengah yang berada pada urutan kedelapan. Data tersebut perlu dibuktikan apakah anak-anak di Dusun Manyuluh juga mengalami masalah serupa sehingga perlu dilaksanakan penyuluhan tentang cacing serta pengobatannya dan pencegahan dengan cara mencuci tangandalam rangka peningkatan upaya peningkatan kualitas hidupmasyarakat. Menurut Profil Lokasi Kegiatan Program BioRight-PREKT Dusun Manyuluh, merupakan salah satu dusun yang menjadi wilayah administrasi Desa Lahei, Kecamatan Mantangai, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah. Luas wilayah Desa Tanjung Taruna ± 33 km² atau 0,22% dari luas wilayah Kabupaten Pulang Pisau atau sekitar 0,54% dari luas KecamatanMantangai. Dusun Manyuluh berada diantara jalur Sungai Mangkutub dan Sungai Muroi yang merupakan anak sungai (DAS)Kapuas. Jumlah penduduk di Dusun Manyuluh, Kabupaten Kapuas sebanyak ± 244 jiwa, yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 128 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 96 jiwa. Sedangkan jumlah Kepala Keluarga (KK) di Dusun Manyuluh sebanyak 56 KK, dengan tingkat kepadatan penduduk Dusun Manyuluh sekitar 8jiwa/km².   Keadaan pendidikan penduduk di Dusun Manyuluh dapat dikatakan masih rendah. Hampir 90% penduduk Dusun Mayuluh hanya tamat SD, dan bahkan terdapat beberapa penduduk dewasa yang tidak sekolah dan buta huruf. Pendidikan tertinggi penduduk Dusun Manyuluh hanya tamat SMP yaitu sekitar 0,5%. Sedangkan yang berpendidikan SMA dan berpendidikan tinggi tidak ada. Permukiman masyarakat masih terkonsentrasi atau tidak jauh dari bantaran sungai. Terdapat beberapa rumah masyarakat di bagian atas/daratan, namun masih tampak terpencar- pencar. masyarakat memanfaatkan sungai selain untuk transportasi, juga untuk mendirikan jamban tempat mencuci, mandi, kakus(MCK). Ketersediaan berbagai sarana atau fasilitas layanan kesehatan bagi masyarakat di Dusun Manyuluh masih belum ada. Selain sarana/fasilitas kesehatan yang belum ada, berbagai program ataupun layanan kesehatan baik oleh pemerintah desa/ kecamatan/kabupaten yang masuk ke Dusun Manyuluh hingga sekarang juga tidak pernahada.
TANTANGAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN (BPJS) DALAM RANGKA MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT Jispar, Journal; Astrid Teresa
Journal Ilmu Sosial, Politik, dan Ilmu Pemerintahan Vol. 7 No. 1 (2018): (7)
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (226.325 KB)

Abstract

Upaya Negara Indonesia untuk memberikan jaminan kesehatan yang layak dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011yaitu membentuk BPJS guna tercapainya Universal Healt coverage (UHC) di tahun 2019. BPJS Kesehatan sebagai pelaksana kebijakan sudah berupaya maksimal untuk memberikan sosialisasi dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya untuk jaminan kesehatan, namun memang butuh proses dan waktu untuk mewujudkan keseluruhan warga negara terjamin dalam jaminan kesehatan nasional. Namun tidak dapat dipungkiri masih banyak kendala yang dihadapi baik dari internal maupun eksternal sehingga Pelayanan JKN oleh BPJS masih belum diterima seluruh penduduk Indonesia.
MEMBUDAYAKAN KEBIASAAN MENCUCI TANGAN ( STUDI KASUS PENANGANAN MASALAH KECACINGAN PADA ANAK DI DUSUN MANYULUH, DESA LAHEI, KECAMATAN MENTANGAI,KABUPATEN KAPUAS, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH) ASTRID TERESA
Journal Ilmu Sosial, Politik dan Pemerintahan Vol. 3 No. 1 (2014): JISPAR
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37304/jispar.v3i1.369

Abstract

Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang, tetapi di Indonesia sendiri masih banyak penyakit yang menjadi masalah kesehatan, salah satu di antarnya ialah cacing perut yang ditularkan melalui tanah. Kecacingan ini dapat mengakibatkan menurunnya kondisi kesehatan gizi, kecerdasan dan produktivitas penderitanya, sehingga secara ekonomi banyak menyebabkan kerugian serta mempengaruhi kualitas sumber daya manusia. Prevalensi kecacingan di Indonesia pada umumnya masih sangat tinggi, terutama pada golongan penduduk yang kurang mampu mempunyai resiko tinggi terjangkit penyakit ini. (Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.424/MENKES/SK/V/2006:3). Data WHO menyebutkan lebih dari 1 miliar penduduk dunia menderita kecacingan. Di indonesia, sekitar 40-60% penduduk Indonesia menderita kecacingan. Kecacingan bukan hanya penyakit yang bisa terjangkit pada anak-anak, tapi juga pada orang dewasa. Biasanya seorang siswa yang terinfeksi cacing akan mengalami kekurangan hemoglobin (Hb) hingga 12 g% dan akan berdampak terhadap kemampuan darah membawa oksigen ke berbagai jaringan tubuh termasuk ke otak, akibatnya penderita kecacingan mengalami penurunan daya tahan tubuh serta metabolisme jaringan otak. Bahkan, dalam jangka panjang, penderita akan mengalami kelemahan fisik dan intelektualitas. (www.depkes.go.id diakses tanggal 27 April 2012). Selama ini upaya pencegahan dan pengobatan telah dilakukan oleh pemerintah melalui dinas kesehatan di kegiatan-kegiatan pokok Puskesmas, tetapi masih belum maksimal karena dilihat dari data Profil Kesehatan Indonesia 2008 (ditjen PP-PL, Departemen Kesehatan RI, 2009) Prevalensi Nasional Kecacingan adalah Banten 60,7%, NAD 59,2%, NTT27,7%, Kalbar 26,2%, Sumbar 10,1%, Jabar 6,7%, Sulut 6,7%, Kalteng5,6%. Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia 2008 tersebut tampak bahwa problem kecacingan pada anak masih memerlukan perhatian, khususnya bagi provinsi Kalimantan Tengah yang berada pada urutan kedelapan. Data tersebut perlu dibuktikan apakah anak-anak di Dusun Manyuluh juga mengalami masalah serupa sehingga perlu dilaksanakan penyuluhan tentang cacing serta pengobatannya dan pencegahan dengan cara mencuci tangandalam rangka peningkatan upaya peningkatan kualitas hidupmasyarakat. Menurut Profil Lokasi Kegiatan Program BioRight-PREKT Dusun Manyuluh, merupakan salah satu dusun yang menjadi wilayah administrasi Desa Lahei, Kecamatan Mantangai, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah. Luas wilayah Desa Tanjung Taruna ± 33 km² atau 0,22% dari luas wilayah Kabupaten Pulang Pisau atau sekitar 0,54% dari luas KecamatanMantangai. Dusun Manyuluh berada diantara jalur Sungai Mangkutub dan Sungai Muroi yang merupakan anak sungai (DAS)Kapuas. Jumlah penduduk di Dusun Manyuluh, Kabupaten Kapuas sebanyak ± 244 jiwa, yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 128 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 96 jiwa. Sedangkan jumlah Kepala Keluarga (KK) di Dusun Manyuluh sebanyak 56 KK, dengan tingkat kepadatan penduduk Dusun Manyuluh sekitar 8jiwa/km². Keadaan pendidikan penduduk di Dusun Manyuluh dapat dikatakan masih rendah. Hampir 90% penduduk Dusun Mayuluh hanya tamat SD, dan bahkan terdapat beberapa penduduk dewasa yang tidak sekolah dan buta huruf. Pendidikan tertinggi penduduk Dusun Manyuluh hanya tamat SMP yaitu sekitar 0,5%. Sedangkan yang berpendidikan SMA dan berpendidikan tinggi tidak ada. Permukiman masyarakat masih terkonsentrasi atau tidak jauh dari bantaran sungai. Terdapat beberapa rumah masyarakat di bagian atas/daratan, namun masih tampak terpencar- pencar. masyarakat memanfaatkan sungai selain untuk transportasi, juga untuk mendirikan jamban tempat mencuci, mandi, kakus(MCK). Ketersediaan berbagai sarana atau fasilitas layanan kesehatan bagi masyarakat di Dusun Manyuluh masih belum ada. Selain sarana/fasilitas kesehatan yang belum ada, berbagai program ataupun layanan kesehatan baik oleh pemerintah desa/ kecamatan/kabupaten yang masuk ke Dusun Manyuluh hingga sekarang juga tidak pernahada.
TANTANGAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN (BPJS) DALAM RANGKA MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT Astrid Teresa
Journal Ilmu Sosial, Politik dan Pemerintahan Vol. 7 No. 1 (2018): JISPAR
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37304/jispar.v7i1.423

Abstract

Upaya Negara Indonesia untuk memberikan jaminan kesehatan yang layak dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011yaitu membentuk BPJS guna tercapainya Universal Healt coverage (UHC) di tahun 2019. BPJS Kesehatan sebagai pelaksana kebijakan sudah berupaya maksimal untuk memberikan sosialisasi dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya untuk jaminan kesehatan, namun memang butuh proses dan waktu untuk mewujudkan keseluruhan warga negara terjamin dalam jaminan kesehatan nasional. Namun tidak dapat dipungkiri masih banyak kendala yang dihadapi baik dari internal maupun eksternal sehingga Pelayanan JKN oleh BPJS masih belum diterima seluruh penduduk Indonesia.
Perbedaan tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran, Fakultas Hukum dan Fakultas Ekonomi Universitas Palangka Raya Panjaitan, Gabrielle Angelique; Adnyana, I Gde Hary Eka; Astrid Teresa; Natalia Sri Martani; Dian Mutiasari
Barigas: Jurnal Riset Mahasiswa Vol. 1 No. 2 (2023): Barigas: Jurnal Riset Mahasiswa
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37304/barigas.v1i2.7914

Abstract

Knowledge about sexual and reproductive health such as sexually transmitted infections has a huge influence all over the world. Seeing cases related to reproductive health in indonesia is still relatively high both among men and women. This study was conducted to see how different levels of knowledge in the field of reproductive health in students of the FK, FH and FE. This study uses descriptive Analytical Study type with cross sectional method. Data collection was done by using questionnaires that have been tested for validity and reliability, after that univariate analysis and data processing with computerization. This study obtained the results for, the level of knowledge of students of the FK is good 97.7%, students of the FH is good knowledge of 75.5%, while students of the FE are 55.4%. It can be concluded that there is a difference in the level of knowledge between the students of the FK, FH, and FE, where it can be seen that the best level of knowledge is the students of the FK, followed by students of the FH, and sufficient level of knowledge is the students of the FE.
PENGARUH EKSTRAK ETANOL 96% AKAR SALUANG BELUM TERHADAP VIABILITAS SPERMATOZOA SECARA IN VITRO Permatasari, Silvani; Tangdibali, Annisa Zaskia Alexandra; Indria Augustina; Septi Handayani; Astrid Teresa
Majalah Kesehatan Vol. 12 No. 1 (2025): Majalah Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/majalahkesehatan.2025.012.01.1

Abstract

Kasus infertilitas terbanyak ditemukan karena adanya masalah pada laki-laki. Salah satu pengobatan alternatif pada infertilitas yaitu menggunakan bahan herbal akar Saluang Belum (Luvunga sarmentosa). Tanaman ini ditemukan di Kalimantan Tengah yang diketahui dapat mencegah infertilitas dan dipercaya oleh masyarakat suku Dayak dapat meningkatkan vitalitas pada laki-laki. Senyawa yang terdapat pada akar Saluang Belum dapat mencegah kematian sel sehingga meningkatkan kualitas spermatozoa. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol 96% akar Saluang Belum terhadap viabilitas pada spermatozoa manusia in vitro. Akar Saluang Belum diekstrak dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Setelah didapatkan ekstrak kental kemudian dianalisis kandungan senyawa metabolit sekunder dengan uji fitokimia. Sampel yang digunakan adalah spermatozoa manusia in vitro dari donor nomozoospermia yang diambil sebanyak 15 secara consecutive sampling. Data diuji statistik menggunakan one way variance (ANOVA) dilanjutkan dengan post-hoc LSD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa senyawa yang terdapat di dalam ekstrak etanol 96% akar Saluang Belum adalah terpenoid, flavonoid, steroid, fenolik dan alkaloid. Jumlah viabilitas sperma meningkat secara signifikan dibandingkan kelompok kontrol (p < 0,05), dengan konsentrasi efektif adalah 100 ng/mL. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol 96% akar Saluang Belum (Luvunga Sarmentosa) dapat meningkatkan viabilitas spermatozoa manusia in vitro.