Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Pernikahan "intra-religi": Kristen Protestan dan Katolik Roma Abraham, Jessica Elizabeth
Kharisma: Jurnal Ilmiah Teologi Vol 2, No 1 (2021): JUNI
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kharisma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54553/kharisma.v2i1.53

Abstract

While Christian teaching on marriage between a believer and an unbeliever is clear, the one between couples from different church traditions is not as straightforward. Although sharing several core beliefs, the differences that exist between the Protestant Church and the Roman Catholics are too real to be ignored. Besides, ignoring them may result in complications and conflicts in marriage life later. The research method used in this writing, which is a qualitative literature study, finds that there are several factors to be satisfied to build a strong marriage. This writing hopes to assist Protestant and Roman Catholic couples to assess their decision to get married by raising their awareness of some relevant differences between the two churches tradition. This writing will discuss the pillars of strong marriage, differences and similarities between Protestant and Roman Catholic teachings as well as some underlying conditions to be met to make a strong union between the two. Ajaran Kristen tentang pernikahan antara orang percaya dan orang yang tidak percaya cukuplah jelas. Namun, pandangan Kristen tentang pernikahan pasangan yang berasal dari dua tradisi gereja yang berbeda tidaklah demikian. Meskipun memiliki beberapa kepercayaan inti yang sama, namun perbedaan yang ada di antara gereja Kristen Protestan dan Katolik Roma terlalu nyata untuk diabaikan. Lagipula, apabila diabaikan, perbedaan ini dapat mengakibatkan timbulnya masalah dan konflik di dalam rumah tangga kelak. Penelitian yang digunakan dalam penulisan ini, yaitu metode kualitatif studi pustaka, menemukan bahwa ada faktor yang harus dipenuhi agar sebuah pernikahan dapat dibangun dengan kokoh. Tulisan ini diharapkan dapat membantu pasangan dari latar belakang Kristen Protestan dan Katolik Roma untuk mempertimbangkan keputusan mereka untuk menikah dengan meningkatkan kesadaran mereka akan beberapa perbedaan yang relevan antara kedua tradisi gereja. Tulisan ini akan membahas tentang pilar pernikahan yang kokoh, perbedaan dan persamaan antara ajaran Protestan dan Katolik Roma serta beberapa syarat mendasar yang harus dipenuhi untuk menyatukan keduanya.
Studi Apologetika Tentang Pandangan Rasul Paulus Terhadap Kepemimpinan Wanita Di Gereja Abraham, Jessica Elizabeth
Kharisma: Jurnal Ilmiah Teologi Vol 1, No 1 (2020): JUNI
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kharisma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54553/kharisma.v1i1.6

Abstract

Paul’s theological view on women in church leadership is often misinterpreted if not misunderstood. It is true that at first glance, his prohibitions and policies for women sound degrading the women’s role. Yet, the application of the appropriate hermeneutical approach to his writings such as in 1 Corinths 11:2-16, 1 Corinths 14:34-35 and 1 Timothy 2:9-14 will show that Paul is never against women leading the church. This writing hopes to expand the church’s perspective on women’s leadership so that the church can provide women with the same opportunity as for the men in building up the body of Christ. On the other hand, it hopes to empower more women to take on leadership roles in the church without hesitation.  Pandangan teologis Rasul Paulus terhadap kepemimpinan wanita di gereja seringkali diterjemahkan dengan keliru atau disalah pahami. Jika dilihat secara sekilas, larangan dan aturan yang ia berikan kepada wanita terdengar merendahkan mereka. Namun, penerapan pendekatan hermeneutika yang sesuai dengan tulisan-tulisannya seperti dalam 1 Korintus 11:2-16, 1 Korintus 14:34-35 dan 1 Timotius 2:9-14 akan menunjukkan bahwa Rasul Paulus tidak pernah menentang wanita untuk memegang jabatan kepemimpinan di gereja. Tulisan ini diharapkan dapat memperluas perspektif gereja tentang kepemimpinan wanita sehingga wanita dapat memiliki kesempatan yang sama layaknya pria dalam membangun tubuh Kristus. Di sisi lain, gereja juga diharapkan untuk dapat memberdayakan lebih banyak lagi wanita untuk mengambil peran dalam kepemimpinan gereja tanpa ragu.
PASTORAL CARE BAGI JEMAAT DEWASA MUDA DENGAN GAMOPHOBIA MENUJU PERNIKAHAN KRISTEN Cyntiawati, Dian; Hermanto, Yanto Paulus; Abraham, Jessica Elizabeth
Manna Rafflesia Vol. 9 No. 2 (2023): April
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Arastamar Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38091/man_raf.v9i2.293

Abstract

Today some young adults decide not to marry. Various reasons were put forward, including fear of being committed to their partner ‒how to interact with their partner's family – not to mention the matter of heredity. These things make young adults experience gamophobia and no longer care about married life. Gamophobia, if not overcome, will result in both physical and psychological disturbances to the young adults themselves. It can even impact the people around him, especially those closest to him. This study used a qualitative method by observing the phenomena experienced by young adults, then the researchers conducted interviews with informants who participated gamophobia. A study analysis was carried out through the literature and then the results were explained descriptively. It was found that a lack of understanding of marriage made young adults avoid it. Pastoral care in the youth community and religious counseling services play an essential role in helping young adults with gamophobia experience a full recovery. It is hoped that through these services, young adults will overcome fear and be ready to enter the marriage ladder. In the end, the church will thrive; and become a witness to the world through the life of its congregation.
Kewaspadaan Terhadap Musuh Tersamarkan Dalam Komunitas Kristen: Analisis Alkitabiah Terhadap Ancaman Penyesat Dan Nabi Palsu Gunarto, Rita Oktavia; Herman, Samuel; Abraham, Jessica Elizabeth
REAL DIDACHE: Journal of Christian Education Vol 4, No 2: September 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Real Batam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53547/rdj.v4i2.520

Abstract

True Christians build their faith on personal decisions born from spiritual experiences, particularly their belief in Jesus Christ. However, some individuals may join with impure motives, like yeast hidden in dough, which can negatively influence the community. This group includes deceivers, false prophets, and hypocrites who disguise themselves as fellow believers but are, in fact, hidden enemies. In Matthew 16:5-12, Jesus warns His disciples to be vigilant against the "yeast" representing the teachings of the Pharisees and Sadducees. This study employs a qualitative approach and literature review to explore strategies for being vigilant against such symbolic "yeast." It offers concrete guidelines on how to protect Christian communities from harmful elements. The analysis outlines vigilance strategies based on biblical principles, helping Christians uphold the quality of their faith and bear the fruits of righteousness. By His grace, true Christians are expected to be effective witnesses for Christ and overcome deceptive efforts in the end times. Keywords: christian vigilance; gospel of matthew 16; threats of false teachingAbstrakOrang Kristen sejati membangun iman mereka berdasarkan keputusan pribadi yang lahir dari pengalaman spiritual, khususnya keyakinan kepada Tuhan Yesus. Namun, ada individu yang bergabung dengan motif tidak murni, seperti ragi yang tersembunyi dalam tepung, yang dapat merusak komunitas. Kelompok ini termasuk penyesat, nabi palsu, dan munafik yang menyamar sebagai saudara seiman tetapi sebenarnya adalah musuh terselubung. Dalam Matius 16:5-12, Tuhan Yesus mengingatkan murid-murid-Nya untuk waspada terhadap "ragi" yang melambangkan ajaran orang Farisi dan Saduki. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan studi pustaka untuk mengeksplorasi strategi kewaspadaan terhadap ancaman "ragi" simbolis tersebut. Tulisan ini memberikan panduan konkret tentang bagaimana menjaga komunitas Kristen dari elemen perusak. Analisis ini menawarkan strategi kewaspadaan berdasarkan prinsip Alkitab, membantu orang Kristen menjaga kualitas iman dan menghasilkan buah kebenaran. Dengan anugerah-Nya, diharapkan mereka dapat menjadi saksi Kristus yang kuat dan mengatasi upaya penyesatan di akhir zaman.Kata Kunci: ancaman ajaran sesat; injil matius 16; kewaspadaan kristenTrue Christians build their faith on personal decisions born from spiritual experiences, particularly their belief in Jesus Christ. However, some individuals may join with impure motives, like yeast hidden in dough, which can negatively influence the community. This group includes deceivers, false prophets, and hypocrites who disguise themselves as fellow believers but are, in fact, hidden enemies. In Matthew 16:5-12, Jesus warns His disciples to be vigilant against the "yeast" representing the teachings of the Pharisees and Sadducees. This study employs a qualitative approach and literature review to explore strategies for being vigilant against such symbolic "yeast." It offers concrete guidelines on how to protect Christian communities from harmful elements. The analysis outlines vigilance strategies based on biblical principles, helping Christians uphold the quality of their faith and bear the fruits of righteousness. By His grace, true Christians are expected to be effective witnesses for Christ and overcome deceptive efforts in the end times. Keywords: christian vigilance; gospel of matthew 16; threats of false teaching
Penggembalaan Efektif Digital Natives dalam Transformasi Budaya Teknologi Society 5.0 Justine, Normando; Theofany, Shekinah; Abraham, Jessica Elizabeth
EPIGRAPHE (Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani) Vol 8 No 2: November 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Torsina Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Budaya teknologi di era Society 5.0 menimbulkan efek negatif bagi anggota Tubuh Kristus, khususnya Digital Natives. Jika hal ini dibiarkan, maka Gereja akan kehilangan jiwa-jiwa yang berpotensi. Penelitian ini ditujukan supaya para gembala dapat menggembalakan dengan lebih relevan dan menjadikan mereka agen perubahan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk menyelidiki karakteristik dan fenomena sosial. Data dikumpulkan melalui tinjauan pustaka untuk memberikan landasan teori dalam memecahkan masalah penggembalaan terhadap Digital natives di era Society 5.0. Hasil penelitian ini menghasilkan beberapa strategi efektif dalam membimbing generasi digital. Penelitian ini mengeksplorasi strategi penggembalaan yang relevan serta mendorong partisipasi aktif Digital natives dalam transformasi budaya teknologi. Implementasi nilai-nilai kebenaran Kristen dalam konten dan penggunaan berbagai platform digital seperti media sosial, blog, dan podcast menjadi kunci untuk menjaga relevansi gereja. Dengan demikian, gereja dapat memberikan dukungan dan pemulihan melalui ruang digital, menciptakan generasi terang di tengah dunia modern.
Misteri peristiwa pengangkatan dalam eskatologi berkaitan dengan bangsa Israel Kadir, Martin; Abraham, Jessica Elizabeth
Basileus Eirene: Jurnal Agama dan Pendidikan Vol 3 No 1 (2024)
Publisher : Basilius Eirene Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63436/bejap.v3i1.56

Abstract

Penelitian ini membahas harapan orang percaya terhadap akhir zaman, termasuk pengangkatan umat Allah, yang sering menjadi topik interpretasi dan fenomena. Mengungkap fakta pengangkatan orang percaya yang terdapat dalam 1 Tesalonika 4:17. Ternyata pengangkatan terjadi dengan referensi ganda, baik secara simbolik setelah penulisan surat 1 Tesalonika maupun secara literal sebelum masa seribu tahun. Nubuat Alkitab adalah misteri, bukan rahasia sehingga pemahaman selalu tersedia bagi siapa saja yang meluangkan waktu untuk mempelajarinya. Semua manusia pasti memiliki pertanyaan tentang akhir zaman, tidak peduli agama atau kepercayaan apa yang dia masuki. Bagi kita para pengikut Yesus, ada harapan di tengah kekacauan. Tuhan memegang kendali karena Dia akan melindungi milik-Nya sendiri. Penyingkapan posisi orang percaya yang disesuaikan dengan jadwal waktu Tuhan untuk akhir zaman sangatlah penting. Krisis tak berkesudahan di Timur Tengah mungkin akan mengarah kepada nubuat-nubuat Alkitab yang akan terungkap. Mukjizat yang masih belum terlaksana yaitu penciptaan kembali Negara Israel di tanah air aslinya merupakan mukjizat modern, begitu banyak pertanyaan dari dunia luar Israel berkaitan dengan status kenegaraannya dan bahkan lebih lagi tanah tempat hal itu akan terjadi, “Tanah Perjanjian” itu apakah hanyalah sebuah istilah yang hanya terjadi di masa lampau. Tuhan akan melakukan mukjizat. Tangan Tuhan yang sama akan juga melakukannya. Semua yang tercatat dalam Perjanjian Lama dan bagian-bagian dalam Perjanjian Baru menyatakan kebenaran ini dengan tujuan menjelaskan kehadiran Bangsa Israel adalah mukjizat dan di tahun-tahun mendatang akan terlihat semakin demikian. Dengan harapan akan memberikan manfaat pemahaman yang lebih mendalam tentang pengangkatan dalam konteks teologi Kristen
Model Mentoring Yesus dalam Injil Markus untuk Kepemimpinan Berkelanjutan di Gereja Lokal Wennar, Wennar; Abraham, Jessica Elizabeth; Chandra, Tjahjadi
VISIO DEI: JURNAL TEOLOGI KRISTEN Vol 7 No 1 (2025)
Publisher : SEKOLAH TINGGI TEOLOGI STAR'S LUB LUWUK BANGGAI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35909/visiodei.v7i1.573

Abstract

Sustainable church leadership is a pressing challenge for many local congregations amid rapid social and technological changes. The core issue addressed in this study is the absence of a structured mentoring strategy for nurturing prospective spiritual leaders, resulting in stagnation within the church’s leadership pipeline. The purpose of this study is to develop a leadership mentoring model based on Jesus Christ’s discipleship pattern as depicted in the Gospel of Mark, providing a relevant and applicable framework for local church contexts. The study employs a Research and Development (R&D) approach combined with exegetical analysis of Mark 1:16–20, 3:13–19, 6:7–13, and 16:15–18. The data were collected through a systematic review of biblical texts, and analyzed exegetically to identify the key stages and dynamics of Jesus’ mentoring of the disciples. The results reveal four distinct phases of the mentoring process: a divine call, character formation, active ministry engagement, and commissioning for global mission. In conclusion, these findings form the basis for the LEAD (Locate, Empower, Act, Deploy) mentoring model, offering a structured and practical approach for local churches to cultivate spiritually mature leaders who are both mission-ready and capable of reproducing this discipleship process across generations.
Spiritus Eschaton: Reflections on the Presence of the Holy Spirit as the Guarantee and Fulfillment of God's Plan for the End of Time Karundeng, Ruddy Yanny; Ignatius, Yossy Francsiskus; Abraham, Jessica Elizabeth; Sanjaya, Yusak
Indonesian Journal of Advanced Research Vol. 4 No. 10 (2025): October 2025
Publisher : PT FORMOSA CENDEKIA GLOBAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55927/ijar.v4i10.15613

Abstract

This paper examines the theological role of the Holy Spirit as Spiritus Eschaton—the Spirit who guarantees, seals, and fulfills God’s plan of salvation—in response to renewed eschatological debates sparked by the viral “rapture” rumor of September 2025. Using theological hermeneutics and historical analysis of biblical Greek and Hebrew texts, as well as early church traditions, the study explores the concept of arrabōn tou pneumatos (“the guarantee of the Spirit”) in Ephesians 1:13–14 and 2 Corinthians 1:22. It finds that the Holy Spirit serves as tangible proof of believers living between the age of grace and the age of fulfillment. The paper concludes that the church should not be driven by fear of apocalyptic events but should instead focus on faith and the empowering presence of the Holy Spirit in facing the end times with hope.