p-Index From 2020 - 2025
2.531
P-Index
This Author published in this journals
All Journal PIPER
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

IDENTIFIKASI ROTAN DAN BAMBU SEBAGAI BAHAN BAKU KERAJINAN TANGAN MASYARAKAT DESA ENSAID PANJANG Kamaludin -; Surya Aspita
Publikasi Informasi Pertanian Vol 17, No 1 (2021): JURNAL PIPER
Publisher : Universitas Kapuas Sintang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51826/piper.v17i1.517

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis – jenis Rotan dan Bambu di WilayahHutan Desa Ensaid Panjang di Kawasan Bukit Rentap Kecamatan Kelam Permai KabupatenSintang. Metode penelitian yaitu mengidentifikasi dengan membuat Petak Tunggal sesuai dengankeberadaan objek penelitian yang ditemukan di lapangan, kemudian objek tersebut diidentifikasi,didokumentasikan, serta diambil titik kordinatnya untuk keperluan pemetaan.Keggunaan penelitianini, sebagaisalah satu sumber informasi kepada masyarakat mengenai jenis – jenis Rotan danBambu yang digunakan sebagai bahan baku kerajinan di Desa Ensaid Panjang di (dalam KawasanBukit Rentap). Hasil penelitian, di temukan dan teridentifikasi 8 (Delapan ) jenis Rotan dan 6(Enam) jenis bambu yang terdapat di dalam Wilayah Hutan Desa Ensaid Panjang di KawasanBukit Rentap Kabupaten Sintang, sebagai bahan baku kerajinan di Desa Ensaid Panjang.
Studi Jenis Reptil Pada Kawasan Hutan Adat Rasau Sebaju Kabupaten Melawi Surya Aspita; Nobertus Jimi
Publikasi Informasi Pertanian Vol 16, No 30 (2020): JURNAL PIPER
Publisher : Universitas Kapuas Sintang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51826/piper.v16i30.380

Abstract

Reptil adalah hewan vertebrata berdarah dingin (ektotermal) yang bernafas dengan paru-paru. Hewan ektotermal adalah hewan yang memerlukan sumber panas eksternal untuk melakukan kegiatan metabolismenya, hal itulah yang menyebabkan reptil sering dijumpai berjemur di tempat-tempat yang terkena sinar matahari. Sebagian besar reptil memiliki kulit bersisik yang tidak saling terpisah, dengan warna kulit beragam dari menyerupai lingkungannya hingga berwarna khas. Semua reptil tidak memiliki telinga eksternal (Adler; 2000). Terdapat beberapa ordo dan sub ordo dari kelas reptilia yang tersebar di seluruh dunia kecuali daerah kutub. Indonesia memiliki tiga dari keempat ordo tersebut yaitu Ordo Testudinata, Crocodylia dan Squamata. Sedangkan Tuarata merupakan reptil primitif yang terdiri dari satu jenis dan hanya terdapat di Selandia Baru (Srinivasan; 2008). Jumlah Jenis Reptil yang di temukan selama pengamatan di Kawasan Hutan Adat Rasau Sebaju sebanyak 8 jenis dan 26 individu yaitu Ophidia (bangsa ular) sebanyak (3 jenis dengan 5 individu) yaitu Ular Segitiga Merah (Xenochrophis Trianguligerious) sebanyak 1 individu, Ular Pelangi (Xenopeltis Unicolor) sebanyak 2 individu, Ular Cincin Emas (Boiga Dendrophila) sebanyak 2 individu. Sauria (Kadal) sebanyak (2 jenis dengan 11 individu) yang terdiri dari Bunglon Sisir (Calotes Versicolor) sebanyak 6 individu, Kadal Kebun (Mabouya Multifasciata) sebanyak 11 individu. dan Testudinata (Kura-Kura) sebanyak (3 jenis dengan 4 individu). terdiri dari kura-kura duri (heosemys spinosa) sebanyak 2 individu, labi-labi hutan (dogania subplana) sebanyak 1 individu, kura-kura patok (cuora amboinensis) sebanyak 1 individu. Dari semua jenis Reptil yang ada di Hutan Adat Rasau Sebaju yang terbagi di dalam dua zona yaitu Zona Hijau dan Zona Pemanfaatan. Jenis yang ditemukan karena pakannya yang tersedia, lingkungannya sangat mendukung terhadap tempat tumbuh dan berkembang biaknya hewan Reptil. Reptil banyak ditemukan di habitat teresterial di zona hijau, karena di zona hijau batang-batang pohon masih banyak terdapat dan jarak antara satu pohon kepohon yang lain tidak terlalu jauh, sehingga banyak tempat berlindung atau tempat tinggal. Sebaliknya pada zona pemanfaatan yang didalam zona tersebut jarak antara pohonnya tidak terlalu rapat, karena manusia banyak melakukan aktivitas, sehingga jumlah yang di temukan sedikit.
Pemecahan Dormansi Dan Perkecambahan Keranjik (Dialium indum L.) Secara Mekanis Dan Kimiawi Surya Aspita
Publikasi Informasi Pertanian Vol 15, No 29 (2019): JURNAL PIPER
Publisher : Universitas Kapuas Sintang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51826/piper.v15i29.343

Abstract

Keranjik termasuk tumbuhan penghasil biji bertipe dormansi atau disebut “benih keras” biji ini sulit untuk menyerap air karena kulit bijinya yang keras dengan struktur terdiri dari lapisan sel-sel palisade berdinding tebal terutama di permukaan paling luar dan bagian dalamnya mempunyai lapisan lilin dari bahan kutikula. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan mekanis dan kimiawi terhadap perkecambahan Keranjik dan Perlakuan manakah yang terbaik dalam mempergaruhi kecepatan berkecambah biji Keranjik. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu dan pengetahuan terutama mengenai Pemecahan Dormansi Dan Perkecambahan Keranjik (Dialium indum L.) Secara Mekanis Dan Kimiawi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 (lima) perlakuan dalam penelitian yang meliputi 3 (tiga) perlakuan secara mekanis dan 2 (dua) perlakuan secara kimiawi .Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Analisis yang digunakan adalah analisis sidik ragam, selanjutnya untuk mengetahui perbedaan perlakuan digunakan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf perlakuan 5% dan 1%. Hasil penelitian tentang pemecahan dormansi dan perkecambahan Keranjik (Dialium indum l.) secara mekanis dan kimiawi diketahui bahwa memberikan pengaruh yang sangat singnifikan terhadap waktu berkecambah, persentase perkecambahan dan persentase hidup biji Keranjik. Perlakuan M1 (pengamplasan) adalah yang terbaik untuk mempercepat perkecambahan biji keranjik yaitu 11 kecambah yang hidup dengan rerata hari berkecambah 2,5 hari, persentase berkecambah yang terbaik yaitu perlakuan M1 (pengamplasan) yaitu sebesar 91,67%, sedangkan persentase hidup yang terbaik yaitu perlakuan pengamplasan (M1), sedangkan perlakuan terkecil adalah perlakuan K2 ( perendaman dengan menggunakan Air Infus Otsu-RL) yaitu pada perendaman dengan menggunakan Air Infus Otsu- RL yaitu sebesar 66,67%.
PERAN PEREMPUAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (Studi Kasus di Desa Mekar Mandiri Kabupaten Sintang) Surya Aspita
Publikasi Informasi Pertanian Vol 17, No 2 (2021): JURNAL PIPER
Publisher : Universitas Kapuas Sintang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51826/piper.v17i2.547

Abstract

Melalui program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) maka peluang perempuanuntuk mendapatkan kesetaraan gender semakin terbuka. Kesetaraan gender adalah suatu kondisi dimanaporsi dan siklus sosial perempuan dan laki-laki setara, serasi, seimbang dan harmonis, kondisi ini dapatterwujud apabila terdapat perlakuan adil antara perempuan dan laki-laki. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui penilaian perempuan terhadap pengelolaan hutan dan pelaksanaan PHBM di Desa MekarMandiri melalui analisis terhadap tingkat kehadiran perempuan dalam kegiatan PHBM. Sasaran dalampenelitian ini yaitu rumah tangga Kelompok Tani Hutan (KTH) peserta program PHBM di Desa MekarMandiri. Variabel penelitian yang dikaji adalah penilaian perempuan tentang PHBM, Pelaksanaan,tingkatkehadiran perempuan dalam PHBM. Hasil penelitian menunjukan mayoritas perempuan telah memilikipenilaian yang sedang atau cukup terhadap keberadaan tentang PHBM sebanyak 93,33% respondendan pelaksanaan PHBM dengan persentase 63,33%. kegiatan pelaksaan PHBM mayoritas beradapada tingkat sedang dan tinggi, dengan persentase berurutan sebesar 40,00% dan 43,33%.
Keanekaragaman Jenis Kupu-Kupu Di Kawasan Hutan Beluan Kecamatan Hulu Gurung Kabupaten Kapuas Hulu Surya Aspita
Publikasi Informasi Pertanian Vol 16, No 31 (2020): JURNAL PIPER
Publisher : Universitas Kapuas Sintang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51826/piper.v16i31.438

Abstract

Kupu-kupu adalah salah satu jenis serangga yang berordo Lepidoptera yang berperan penting dalam proses penyerbukan di alam. Keberadaan kupu-kupu tidak dapat dipisahkan dari kondisi habitatnya. Kawasan Hutan Beluan Yang Berada Di Desa Nanga Tepuai Kecamatan Hulu Gurung Kabupaten Kapuas Hulu merupakan salah satu kawasan hutan wisata dengan berbagai tipe ketinggian yang dapat mendukung kelangsungan hidup kupu-kupu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jens kupu-kupu berdasarkan beda tempat ketinggian yang berada di Kawsan Hutan Beluan Desa Nanga Tepuai Kecamatan Hulu Gurung Kabupaten Kapuas Hulu.Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode eksplorasi. Pengumpulan data dilaksanakan pada Bulan Juli 2020 di Kawasan Hutan Beluan Desa Nanga Tepuai Kecamatan Hulu Gurung Kabupaten Kapuas Hulu. Pengamatan dilakukan dengan cara menyusuri jalan setapak pada jalur pendakian berdasarkan perbedaan ketinggian tempat dengan dilakukan pendokumentasian pada setiap jenis kupu-kupu. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan rumus indeks keanekaragaman Shannon-Weinner.Pada hasil penelitian menunjukan bahwa indeks keanekaragaman kupu-kupu yang terdapat di kawasan Hutan Beluan Kecamatan Hulu Gurung Kabupaten Kapuas Hulu terdiri dari 24 spesies yang tergong kedalam 22 genus dan 6 famili, yaitu Papilionidae dengan 2 genus dan 2 spesies, Pieridae 2 genus 2 spesies, Nymphalidae dengan 15 genus dan 16 spesies, Hesperiidae 1 genus 1 spesies, Riodinidae 1 genus 2 spesies, Lycanidae 1 genus 1 spesies. Indeks keanekaragam kupu-kupu yang terdapat di Kawasan Hutan Beluan Kecamatan Hulu Gurung Kabupaten Kapuas Hulu tergolong tinggi dengan nilai H’ 3.02462651. Spesies yang paling banyak ditemukan adalah Charaxes bernardus. Kata Kunci: Keanekaragaman Jenis, Kupu-Kupu, Hutan Beluan Kecamatan Hulu Gurung
KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN HUTAN DI DESA NANGA MAU KECAMATAN KAYAN HILIR KABUPATEN SINTANG Surya Aspita
Publikasi Informasi Pertanian Vol 18, No 1 (2022): JURNAL PIPER
Publisher : Universitas Kapuas Sintang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51826/piper.v18i1.632

Abstract

Pengelolaan sumberdaya hutan sangat dipengaruhi oleh kearifan lokal yang dimiliki masyarakatuntuk mencegah berbagai pengaruh buruk terhadap hutan. Penelitian dilakukan untuk menginventarisasikearifan lokal yang terkait dengan kepercayaan atau/dan pantangan, etika dan aturan, teknik danteknologi, serta praktek dan tradisi pengelolaan hutan/lahan yang dilakukan oleh masyarakat dalammembangun dan mengelola hutan di Desa Nanga Mau. Bentuk-bentuk kearifan lokal yang masih terdapatdi Desa Nanga Mau yang dapat mendukung pengelolaan hutan seperti kepercayaan dan/atau pantanganadat berupa pelaksanaan upacara adat seperti upacara rebu-rebu dan upacara kerja tahun, kepercayaanmengenai penjaga Desa model Bias yang di sebut dengan “Gana/Gano”. Etika dan aturan berupalarangan untuk melakukan penebangan dari hutan lindung, larangan menangkap ikan dengan meggunakanracun dan bom, larangan perburuan hewan yang dilindungi. Teknik dan teknologi berupa pembuatansekat bakar, memperhatikan arah angin sebelum melakukan pembakaran, tidak melakukan pembakaranpada saat musim kemarau, menggunakan bambu sebagai bahan pembuat keranjang , penggunaan bambusabagi penopang tanaman. Praktek dan tradisi pengelolaan lahan berupa pembagian suatu areal menjadibeberapa luasan lahan untuk ditanami dengan komoditi pertanian yang berbeda, menerapkan tekniktumpang sari, penggunaan pupuk kompos serta humus, pengetahuan mengenai siklus tanaman, pemilihankomoditi pertanian yang sesuai, serta memanfaatkan tumbuhan hutan sebagai tanaman obat.
KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DESA BUNUT HULU DALAM PENGELOLAAN MADU TIKUNG Surya Aspita; Margaretha Icha
Publikasi Informasi Pertanian Vol 18, No 2 (2022): JURNAL PIPER
Publisher : Universitas Kapuas Sintang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51826/piper.v18i2.683

Abstract

Kebijaksanaan lokal adalah salah satu karakteristik budaya nasional yang layak untukdieksplorasikan dan dikembangkan dimasa depan. Pembuatan madu dilakukan dengan cara memeliharapembuatan sarang tradisional yang menggunakan bahan alam. Penelitian ini dapat menambah ilmu danpengetahuan terutama mengenai kearifan lokal masyarakat dalam pengelolaan madu tikung. Metodeyang digunakan survei dengan teknik wawancara, dan pemilihan responden. Kearifan lokal masyarakatdalam melestarikan lebah madu alam dengan teknik tikung di Kawasan Danau Sentarum Desa BunutHulu yaitu diantaranya: tikung, pembuatan tikung, pemilihan pohon untuk pemasangan tikung, kesepakatanpembagian wilayah di danau (suak), sanksi perusak pohon, sanksi pencuri sarang lebah madu tikung,upacara sebelum pemanenan, syarat pemanenan lebah madu alam, proses panen lebah madu alam,pengolahan madu alam, proses-proses pengolahan madu alam. Pelestarian pohon pakan lebah madualam diantaranya: penetapan kawasan Danau dalam pengelolaan madu tikung, jenis pakan untuk lebahApis dorsata. Pemasaran juga dapat mempengaruhi pengolahan hasil panen yang memaksa petanimadu tikung untuk mengolah usahanya menjadi lebih baik agar diterima oleh konsumen atau pasar.Pemasaran yang dilakukan oleh petani madu tikung di desa Bunut Hulu yaitu dengan cara menjualproduk madunya, pedagang pengumpul di Kecamatan dan pedagang di Kabupaten atau kota sehinggadiperlukan akses komunikasi agar mempermudah dalam pemasaran.
STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN LIANA PADA KAWASAN HUTAN ADAT DESA PAMPANG DUA KABUPATEN SINTANG Surya Aspita; Novi Avendi
Publikasi Informasi Pertanian Vol 19, No 1 (2023): PIPER
Publisher : Universitas Kapuas Sintang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51826/piper.v19i1.783

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis tumbuhan liana yang terdapatdi Hutan Adat Desa Pampang. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode jalur dengan teknikeksplorasi, inventarisasi, identifikasi dan dokumentasi. Jalur diletakkan secara purposive, sebanyak 1(satu) buah dengan membagi wilayah Hutan Adat menjadi dua, selanjutnya dilakukan eksplorasi,inventarisasi dan identifikasidi kiri dan kanan sepanjang pada jalur tersebut. Hasil penelitian ditemukan13 (tiga belas) jenis berasal dari 12 genus dan 9 famili. Jenis jenis Liana yaitu Akar Amplas (Cayratiasp), Akar Beluru (Entada sp), Akar Jangkit (Ampelocissus sp), Akar Kacam (Parameria sp), AkarKelait/Bajakah (Uncaria nervosa),Akar Kubal (Wilughbeia angustifolia), Akar Lanjar (Tetrastigmasp), Akar Melantar (Piper sp), Akar Tuba (Derris elliptica Benth), Entuyut (Nepenthes sp), Kerarak/Beringin (Ficus annulata), Kerarak Rembat (Ficus sp) dan Wi Upak/Rotan Umbut (Calamus sp).Jenis Liana yang ditemukan terdiri atas 6 jenis tipe Perambat (Akar Beluru, Akar Jangkit, Akar Kelait/Bajakah, Akar Kubal, Akar Tuba dan Kerakat Rembat), 4 jenis tipe Pembelit (Akar Amplas, AkarKacam, Akar Lanjar danKerakak/Beringin) , 2 jenis tipe Bersulur (Akar Melantar dan Entuyut) dan 1jenis tipe Berduri (Wi Upak/Rotan Umbut). Hutan Adat Desa Pampang Dua adalah sebagai bentukkearifan lokal dan menyimpan potensi keanekaragaman jenis Liana bernilai ekonomis dan ekologis.
STUDI POTENSI TUMBUHAN OBAT DI TEMBAWANG DUSUN BINGKULUI DESA TAUK KECAMATAN DEDAI KABUPATEN SINTANG Aspita, Surya; Apriani, Neni; Candra, Muhammad Kurniawan
Publikasi Informasi Pertanian Vol 19 No 2 (2023): PIPER
Publisher : Universitas Kapuas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51826/piper.v19i2.930

Abstract

Tembawang adalah suatu hamparan baik di dataran rendah maupun dataran tinggi yang ditumbuhi oleh bermacam-macam jenis tumbuhan obat yang sudah lama dimanfaatkan oleh masyarakat suku Dayak Lebang bertempat di Dusun Bingkului Desa Tauk Kecamatan Dedai Kabupaten Sintang. Potensi tumbuhan obat yang ada di hutan Tembawang Patah Tanggok dengan luasan 5 Ha, dimanfaatkannya sebagai penyedia bahan baku obat. Tujuan penelitian ini untuk mendiskripsikan potensi tumbuhan obat di hutan tembawang. Metode eksplorasi yaitu metode jelajah menentukan letak jalur pengamatan disekitar tempat penelitian sedangkan wawancara untuk mengumpulkan informasi mengenai jenis tumbuhan obat. Informasi didapatkan dari masyarakat yang menggunakan tumbuhan obat mencakup nama lokal, nama indonesia, nama ilmiah, nama famili, bagian serta kegunaan dan habitus tumbuhan obat. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat di Hutan Tembawang Dusun Bingkului ada 19 (sembilan belas) jenis tumbuhan obat. Jenis tumbuhan obat yang teridentifikasi 3 (tiga) jenis termasuk kedalam tumbuhan herba, 2 (dua) jenis termasuk kedalam tumbuhan liana, 4 (empat) jenis termasuk kedalam tumbuhan perdu, 3 (tiga) jenis termasuk kedalam tumbuhan pohon dan 7 (tujuh) jenis termasuk kedalam tumbuhan semak.
PENGARUH PUPUK ORGANIK TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT TERHADAP PERTUMBUHAN ANAKAN CEMPEDAK (Artocarpus integer) DI PERSEMAIAN Aspita, Surya; Candra, Muhammad Kurniawan; Kusnadi, Tri
Publikasi Informasi Pertanian Vol 20 No 1 (2024): PIPER
Publisher : Universitas Kapuas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51826/piper.v20i1.1106

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan dosis pemberian pupuk organik tandan kosong Kelapa Sawit yang terbaik dalam pertumbuhan anakan Cempedak (Artocarpus integer) di persemaian. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK). Perlakuan dalam penelitian ini adalah pemberian pupuk organik Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS), yang terdiri atas 4 (empat) perlakuan. Adapun perlakuan dalam penelitian ini adalah Tanpa Pupuk Organik Tandan Kosong Kelapa Sawit (S0), Pupuk Organik Tandan Kosong Kelapa Sawit 100 gram per anakan (S1), Pupuk Organik Tandan Kososng Kelapa Sawit 200 gram per anakan (S2) dan Pupuk Organik Tandan Kosong Kelapa Sawit 300 gram per anakan (S3). Rancangan Acak Kelompok digunakan karena tinggi anakan Cempedak yang tidak seragam. Kelompok I (pertama) tinggi anakan 45-52 cm, Kelompok II (kedua) tinggi anakan 53-60 cm, Kelompok III (ketiga) tinggi anakan 61-68 cm dan Kelompok IV (keempat) tinggi anakan 69-76 cm. Hasil penelitian diketahui bahwa pemberian pupuk organik tandan kosong Kelapa Sawit memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap pertumbuhan anakan Cempedak di persemaianPerlakuan S3 (Pupuk organik tandan kosong Kelapa Sawit 300 gram per anakan) adalah perlakuan terbaik dalam mempengaruhi pertumbuhan anakan Cempedak di persemaian dengan rerata pertambahan tinggi sebesar 2,38 cm dan rerata pertambahan jumlah daun sebanyak 2,75 helai.