Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Management, Exploitation and Contract Labor of the Pine Merkusi Forest in Tanah Gayo during the Dutch Colonial Period Iswanto, Sufandi; Nurasiah, Nurasiah; Kusnafizal, Teuku; Haikal, Muhammad; Zulfan, Zulfan; Azis, Abdul; Ramazan, Ramazan
Forest and Society Vol. 6 No. 2 (2022): NOVEMBER
Publisher : Forestry Faculty, Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24259/fs.v6i2.20138

Abstract

This article examined the history of the merkus pine forest in the Dutch colonial era in Tanah Gayo, Aceh Province, Indonesia. The researcher focused on finding facts about (1) forest management and exploitation; and (2) the life of the contract labor. In this study, we employed the historical method using primary sources, which consisted of documents or archives, reports, pictures, and records of the Dutch people’s journey to Tanah Gayo. In addition, the secondary sources were books, newspapers, thesis, and relevant articles. The author found three very basic problems. First, before the arrival of the Dutch colonials, most of the merkus pine forest was part of ulayat lands and customary forests. The forest itself was regulated by custom and maight not be owned by individuals. In addition, the community was traditionally given the right to use the resources in the forest. During the Dutch colonial period, the forest management system adopted many systems and rules from Java, but these rules were interpreted by the Dutch according to the purpose of exploitation so that it seemed unclear. Second, the contract labor were Javanese, but these workers were actually part of human exploitation.
Pelatihan Budidaya Ikan Lele dalam Ember (Budidamber) sebagai Ketahanan Pangan bagi Masyarakat Ramazan, Ramazan; Anis, Madhan; Setyoko, Setyoko
Jurnal Pengabdian Masyarakat Bakti Parahita Vol. 4 No. 02 (2023): Jurnal Pengabdian Masyarakat Bakti Parahita
Publisher : Universitas Binawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54771/jpmbp.v4i02.1173

Abstract

Pandemi Covid 19 memberi dampak yang luas terhadap perekonomian masyarakat, sehingga masyarakat berupaya untuk menstabilkan pendapatan keluarga. Upaya yang dapat dilakukan untuk pemenuhan  kebutuhan masyarakat dengan memanfaatkan usaha swadaya masyarakat yaitu budidaya ikan lele dalam ember. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PKM) yang dilaksanakan melakukan budidaya ikan lele dalam ember sebagai upaya ketahanan pangan keluarga selama pandemi covid 19 bagi masyarakat Meurandeh Teungoh, Kecamatan Langsa Lama, Kota Langsa. Tujuan kegiatan ini memberikan pelatihan budidaya ikan lele dalam ember dengan sistem akuaponik tanaman kangkung bagi masyarakat di dusun Bahagia 1, serta sebagai upaya ketahanan pangan keluarga dimasa pandemi covid 19 mengingat menurunnya pendapatan ekonomi masyarakat. Kegiatan ini dilaksanakan pada 29 November - 7 Desember 2020. Metode pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Dusun Bahagian 1 menjadi 4 tahapan kegiatan: sosialiasi kegiatan, persiapan alat dan bahan, pelatihan budidaya ikan lele dalam ember sistem akuaponik tanaman kangkung, dan pendampingan kegiatan. Hasil kegiatan diperoleh 3 drum budidaya ikan lele dengan sistem akuaponik tanaman kangkung, yang dikelola secara besama dan terpadu oleh masyarakat.
PERAN KOTA JUANG DALAM PERTEMPURAN MEDAN AREA TAHUN 1947 Fatdrizal, Rahmadan; Hanafiah, Hanafiah; Ramazan, Ramazan
SEUNEUBOK LADA: Jurnal ilmu-ilmu Sejarah, Sosial, Budaya dan Kependidikan Vol 8 No 02 (2021): JURNAL SEUNEUBOK LADA
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah - Universitas Samudra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (261.438 KB) | DOI: 10.33059/jsnbl.v8i02.4046

Abstract

Bireuen kota Juang memiliki peran besar selama pertempuran Medan Area tahun 1947 dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Peran Bireuen pada masa revolusi kemerdekaan tidak hanya sebatas wilayah Aceh saj a tapi juga berpengaruh hingga nasional, antara lain, yaitu: (a) Bireuen sebagai markas besar Devisi X Komandemen Sumatera, Langkat dan Tanah Karo (b) Setelah prolamasikan kemerdekaan Indonesia langkah selanjutnya yaitu pelucutan senjata Jepang dengan cara perundingan dan perebutan (c) Bireuen sebagai sumber persenjataan (d) Bireuen sebagai studio penyiaran Radio Rimba Raya milik Devisi X Sumatera (e) Bireuen sebagai basis militer dalam menggempur tentara Belanda di Medan Area. Pasukan perang, alat perang, kendaraan perang serta rapat kemiliteran pun diadakan di Bireuen. Kelompok masyarakat seperti Ulama, Saudagar, orang Tionghoa dan rakyat biasa yang saling bahu membahu dalam menyalurkan bantuan menuju Medan Area.
Identifikasi Bangunan-Bangunan Peninggalan Sejarah Masa Kolonial Belanda di Pesisir Timur Aceh Anis, Madhan; Ramazan, Ramazan; Prasetyo, Okhaifi; Nuryanti, Reni; Safitri, Intan; Mauladi, Wiwin; Puspita, Maya; Rahayu, Mutiara
Fajar Historia: Jurnal Ilmu Sejarah dan Pendidikan Vol 7 No 2 (2023): Desember
Publisher : Universitas Hamzanwadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29408/fhs.v7i2.19747

Abstract

The Dutch colonial presence in the eastern coastal region of Aceh had a significant influence on infrastructure development and cultural changes in the area. The buildings left over from the Dutch Colonial period on the East Coast of Aceh are physical evidence of the interaction between the Dutch and the people of Aceh at that time. Therefore, these relics must be protected and preserved. A lack of public understanding of the importance of preserving cultural heritage can result in neglect and lack of support for the preservation of these buildings. For this reason, the aim of this research is to identify buildings left over from the Dutch Colonial period in the cities on the East coast of Aceh, such as East Aceh, Langsa City, and Aceh Tamiang. The research used in this research is historical or historical research methods. The steps in historical research are heuristics, verification, interpretation, and historiography. As a result of the research that has been carried out, a number of locations of historical heritage building objects were found scattered at several points in East Aceh, Langsa City, and Aceh Tamiang. In East Aceh, the East Aceh Regent's Hall and the Water Storage Reservoir are historical heritage sites. Langsa City also has several historical heritage buildings, such as the Balee Juang Building, SD Negeri 1 Langsa, PDAM, Hall, Satpol PP and WH Building, and Langsa Post Office. Apart from that, in Aceh Tamiang, there is a Regent's pavilion building and a Dutch rubber plantation industrial building, which are important historical relics. These historical remains provide an overview of the cultural and historical heritage of the area.Kehadiran Kolonial Belanda di wilayah pesisir Timur Aceh membawa pengaruh yang signifikan dalam pembangunan infrastruktur dan perubahan budaya di daerah tersebut. Bangunan-bangunan peninggalan masa Kolonial Belanda di Pesisir Timur Aceh menjadi bukti fisik dari interaksi antara Belanda dan masyarakat Aceh pada masa itu. Oleh karena itu, peninggalan tersebut harus dilindungi dan dilestarikan. Kurangnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya melestarikan warisan budaya dapat mengakibatkan penelantaran dan kurangnya dukungan untuk pelestarian bangunan-bangunan tersebut. Untuk itu tujuan penelitian ini yakni mengindetifikasi bangunan-bangunan peninggalan masa Kolonial Belanda di Kota pesisir Timur Aceh seperti di Aceh Timur, Kota Langsa dan Aceh Tamiang. Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah atau historis. Langkah-langkah penelitian sejarah yaitu, heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian yang telah dilakukan, ditemukan sejumlah lokasi objek bangunan peninggalan sejarah yang tersebar di beberapa titik di Aceh Timur, Kota Langsa, dan Aceh Tamiang. Di Aceh Timur, terdapat Pendopo Bupati Aceh Timur dan Waduk Penampung Air sebagai peninggalan bersejarah. Kota Langsa juga memiliki beberapa bangunan peninggalan sejarah seperti Gedung Balee Juang, SD Negeri 1 Langsa, PDAM, Pendopo, Gedung Satpol PP dan WH, dan Kantor Pos Langsa. Selain itu, di Aceh Tamiang terdapat gedung pendopo Bupati dan  bangunan industri perkebunan karet Belanda yang menjadi peninggalan sejarah yang penting. Peninggalan sejarah tersebut memberikan gambaran tentang warisan budaya dan sejarah daerah tersebut.