Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA TANJUNG BARU WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS TANJUNG BARU TAHUN 2019 Yustati, Eva
Masker Medika Vol 8 No 1 (2020): Masker Medika
Publisher : IKesT Muhammadiyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52523/maskermedika.v8i1.385

Abstract

Latar belakang : Kasus kejadian diare pada balita di Wilayah kerja UPTD puskesmas tanjung baru tahun 2017 terdapat 705 balita dengan diare sebanyak 35 (4,00%) tahun 2018 terjadi peningkatan yaitu terdapat 864 balita dengan diare 41 (4,74%). Tujuan Penelitian yaitu untuk mengetahui hubungan sanitasi dasar dengan kejadian diare pada balita di desa tanjung baru wilayah kerja UPTD puskesmas tanjung baru tahun 2019. Metode penelitian: jenis penelitian menggunakan pendekatan cross sectional, pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner danchecklist. Sampel dalam penelitian ini yaitu berdasarkan hasil perhitungan besar sampel sebanyak 180 sampel. Hasil penelitian : Hasil penelitian diperoleh 37,8% responden yang menderita diare, Responden 48,3% ketersediaan sarana air bersih tidak memenuhi syarat kesehatan, 40,0% ketersediaan jamban tidak memenuhi syarat kesehatan, 42,2% ketersediaan SPAL tidak memenuhi syarat kesehatan. Kesimpulan :Dari hasil penelitian menunjukan bahwa proporsi responden yang ketersediaan air bersih mememenuhi syarat yang balitanya mengalami kejadian diare lebih kecil sebanyak 5,4 % dibandingkan dengan responden yang ketersediaan air bersih tidak mememenuhi syarat kesehatan yang balitanya mengalami kejadian diare sebanyak 72,4 %. setelah dilakukan Uji statistik Chi-square didapat p value 0,000 maka hasil tersebut menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara ketersediaan air bersih dengan kejadian diare. kejadian diare sebanyak 13,0% lebih kecil dibandingkan dengan responden yang ketersediaan jamban tidak tersedia mengalami kejadian diare sebanyak 75,0%, setelah dilakukan Uji statistik Chi-square didapat p value 0,000 maka hasil tersebut menunjukan ada hubungan yang bermakna antara ketersediaan jamban dengan kejadian diare.ada hubungan yang bermakna antara ketersediaan air bersih dengan kejadian diarepada balita dengan p value 0,000, ada hubungan bermakna antara ketersediaan jamban dengan kejadian diare pada balita dengan p value 0,000, ada hubungan yang bermakna antara ketersediaan SPAL dengan kejadian diare pada balita dengan p value 0,000. Background: Cases of diarrhea in infants in the working area of the UPTD of the new tanjung puskesmas in 2017 there were 705 infants with diarrhea as many as 35 (4.00%) in 2018 there was an increase namely there were 864 children with 41 diarrhea (4.74%). The purpose of this study was to determine the relationship of basic sanitation with the incidence of diarrhea in infants in tanjung baru village, the working area of the new Tanjung Puskesmas UPTD 2019. Research methods: this type of research uses a cross sectional approach, data collection is done by observation and direct interviews using a questionnaire and checklist. The sample in this study is based on the results of the calculation of the sample size of 180 samples. The results of the study: The results obtained 37.8% of respondents suffering from diarrhea, Respondents 48.3% availability of clean water facilities did not meet health requirements, 40.0% availability of latrines did not meet health requirements, 42.2% availability of SPAL did not meet health requirements. Conclusion: The results of the study showed that the proportion of respondents whose availability of clean water fulfilled the requirements of toddlers experiencing diarrhea events was smaller by 5.4% compared to respondents whose availability of clean water did not meet health requirements whose toddlers experienced diarrhea as much as 72.4%. After Chi-square statistical tests obtained p value 0,000, these results indicate a significant relationship between the availability of clean water and the incidence of diarrhea. the incidence of diarrhea was 13.0% smaller than that of respondents whose availability of latrines was not available. The incidence of diarrhea was 75.0%, after a Chi-square statistical test obtained p value of 0,000, the results showed a significant relationship between availability of latrines and the incidence diarrhea. Thereis a significant relationship between the availability of clean water and the incidence of diarrhea in infants with a p value of 0,000, there is a significant relationship between the availability of latrines with the incidence of diarrhea in infants with a p value of 0,000, there is a significant relationship between the availability of SPAL with the incidence of diarrhea in infants with a p value 0,000.
HUBUNGAN KONDISI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA SIMPANG PANCUR WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PULAU BERINGIN TAHUN 2021 Eva Yustati
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Nasional Vol 3, No 2 (2021): Volume 3, Nomor 2 Tahun 2021
Publisher : Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (637.073 KB)

Abstract

Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Salah satu penyebabnya, di pengaruhi oleh faktor lingkungan seperti Ketersediaan sarana airbersih, ketersediaan jamban keluarga dan ketersediaan air bersih.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi lingkungan yang berhubungan dengan kejadian diare yang merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional, dengan sampel penelitian 117 responden dan teknik pengambilan sampel yang digunakan Simple random sampling. Teknik analisa dengan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara ketersediaan saran air bersih (p value = 0,000). Ketersediaan jamban keluarga (p value = 0,000). Dan Ketersediaan Spal (p value = 0,000). dengan kejadian diare. Disarankan agar responden lebih memperhatikan ketersediaan sarana air bersih untuk kebutuhan sehari hari terutama MCK. Responden tidak BAB di  Got dan perlunya lintas sector untuk penyediaan Spal untuk masyarakat.
Faktor Resiko Dermatitis Pada Anak Yang Datang Berobat Ke Puskesmas Eva Yustati; Arda Suryadinata
Cendekia Medika: Jurnal Stikes Al-Ma`arif Baturaja Vol. 7 No. 1 (2022): Cendekia Medika : Jurnal STIKes Al-Ma'arif Baturaja
Publisher : LPPM STIKES Al-Ma'arif Baturaja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (250.585 KB) | DOI: 10.52235/cendekiamedika.v7i1.102

Abstract

Dermatitis merupakan penyakit kulit kronis, residif yang sering terjadi pada bayi, anak dan dewasa. Berbagai penelitian menyatakan bahwa prevalensi dermatitis makin meningkat setiap tahun sehingga menjadi masalah kesehatan besar. Berdasarkan data 10 penyakit terbanyak yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten OKU, proporsi penyakit dermatitis pada tahun 2020 sebesar 2.992 kasus (17,9%).UPTD Puskesmas Penyandingan, pada tahun 2020 proporsi penyakit dermatitis yaitu sebesar 227 kasus (14,4%). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor resiko dermatitis pada anak yang datang berobat ke UPTD Puskesmas Penyandingan Kabupaten OKU Tahun 2021. Desain penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional. Populasi adalah seluruh pasien anak yang berobat ke UPTD Puskesmas Penyandingan Kabupaten OKU, berdasarkan data kunjungan bulan Januari – Maret 2021 berjumlah 246 anak, jadi rata-rata kunjungan perbulan sebanyak 82 anak.Uji statistik yang digunakan adalah uji chi square. Berdasarkan analisis univariat terdapat terdapat sebanyak 29 (35,4%) anak menderita Dermatitis, sebanyak 54 (65,9%) responden dengan kualitas air bersih memenuhi syarat, responden sebanyak 56 (68,3%) responden dengan personal hygiene baik dan sebanyak 50 (61%) responden dengan sanitasi lingkungan bersih. Hasil analisis bivariat menunjukkan  bahwa, hubungan yang bermakna antara kualitas air bersih dengan kejadian dermatitis pada anakdengan pvalue 0,001,  ada hubungan yang bermakna antara personal hygiene dengan kejadian Dermatitis pada anak dengan p value 0,002 dan ada hubungan yang bermakna antara sanitasi lingkungan dengan kejadian Dermatitis pada anak p value 0,001. Ada hubungan yang bermakna antara kualitas air bersih, personal hygiene dan sanitasi lingkungan dengan kejadian dermatitis pada anak.
HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA TANJUNG BARU WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS TANJUNG BARU TAHUN 2019 Eva Yustati
Masker Medika Vol 8 No 1 (2020): Masker Medika
Publisher : IKesT Muhammadiyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52523/maskermedika.v8i1.385

Abstract

Latar belakang : Kasus kejadian diare pada balita di Wilayah kerja UPTD puskesmas tanjung baru tahun 2017 terdapat 705 balita dengan diare sebanyak 35 (4,00%) tahun 2018 terjadi peningkatan yaitu terdapat 864 balita dengan diare 41 (4,74%). Tujuan Penelitian yaitu untuk mengetahui hubungan sanitasi dasar dengan kejadian diare pada balita di desa tanjung baru wilayah kerja UPTD puskesmas tanjung baru tahun 2019. Metode penelitian: jenis penelitian menggunakan pendekatan cross sectional, pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner danchecklist. Sampel dalam penelitian ini yaitu berdasarkan hasil perhitungan besar sampel sebanyak 180 sampel. Hasil penelitian : Hasil penelitian diperoleh 37,8% responden yang menderita diare, Responden 48,3% ketersediaan sarana air bersih tidak memenuhi syarat kesehatan, 40,0% ketersediaan jamban tidak memenuhi syarat kesehatan, 42,2% ketersediaan SPAL tidak memenuhi syarat kesehatan. Kesimpulan :Dari hasil penelitian menunjukan bahwa proporsi responden yang ketersediaan air bersih mememenuhi syarat yang balitanya mengalami kejadian diare lebih kecil sebanyak 5,4 % dibandingkan dengan responden yang ketersediaan air bersih tidak mememenuhi syarat kesehatan yang balitanya mengalami kejadian diare sebanyak 72,4 %. setelah dilakukan Uji statistik Chi-square didapat p value 0,000 maka hasil tersebut menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara ketersediaan air bersih dengan kejadian diare. kejadian diare sebanyak 13,0% lebih kecil dibandingkan dengan responden yang ketersediaan jamban tidak tersedia mengalami kejadian diare sebanyak 75,0%, setelah dilakukan Uji statistik Chi-square didapat p value 0,000 maka hasil tersebut menunjukan ada hubungan yang bermakna antara ketersediaan jamban dengan kejadian diare.ada hubungan yang bermakna antara ketersediaan air bersih dengan kejadian diarepada balita dengan p value 0,000, ada hubungan bermakna antara ketersediaan jamban dengan kejadian diare pada balita dengan p value 0,000, ada hubungan yang bermakna antara ketersediaan SPAL dengan kejadian diare pada balita dengan p value 0,000. Background: Cases of diarrhea in infants in the working area of the UPTD of the new tanjung puskesmas in 2017 there were 705 infants with diarrhea as many as 35 (4.00%) in 2018 there was an increase namely there were 864 children with 41 diarrhea (4.74%). The purpose of this study was to determine the relationship of basic sanitation with the incidence of diarrhea in infants in tanjung baru village, the working area of the new Tanjung Puskesmas UPTD 2019. Research methods: this type of research uses a cross sectional approach, data collection is done by observation and direct interviews using a questionnaire and checklist. The sample in this study is based on the results of the calculation of the sample size of 180 samples. The results of the study: The results obtained 37.8% of respondents suffering from diarrhea, Respondents 48.3% availability of clean water facilities did not meet health requirements, 40.0% availability of latrines did not meet health requirements, 42.2% availability of SPAL did not meet health requirements. Conclusion: The results of the study showed that the proportion of respondents whose availability of clean water fulfilled the requirements of toddlers experiencing diarrhea events was smaller by 5.4% compared to respondents whose availability of clean water did not meet health requirements whose toddlers experienced diarrhea as much as 72.4%. After Chi-square statistical tests obtained p value 0,000, these results indicate a significant relationship between the availability of clean water and the incidence of diarrhea. the incidence of diarrhea was 13.0% smaller than that of respondents whose availability of latrines was not available. The incidence of diarrhea was 75.0%, after a Chi-square statistical test obtained p value of 0,000, the results showed a significant relationship between availability of latrines and the incidence diarrhea. Thereis a significant relationship between the availability of clean water and the incidence of diarrhea in infants with a p value of 0,000, there is a significant relationship between the availability of latrines with the incidence of diarrhea in infants with a p value of 0,000, there is a significant relationship between the availability of SPAL with the incidence of diarrhea in infants with a p value 0,000.
Risk Factors of Events Stunting in Toddlers Aged 1-5 Years Eva Yustati; Maya Sartika; Arda Suryadinata
Indonesian Journal of Global Health Research Vol 5 No 2 (2023): Indonesian Journal of Global Health Research
Publisher : GLOBAL HEALTH SCIENCE GROUP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37287/ijghr.v5i2.1894

Abstract

Stunting is one of the nutritional problems faced by the world, especially in poor and developing countries Stunting become a health problem because it is associated with the risk of morbidity and mortality, suboptimal brain development, resulting in delayed motor development and retarded mental growth. Building Village Pakuon is suffering from environmental conditions around the toddler's house stunting. there is still a physical quality of clean water that does not meet health requirements. There are still mothers of toddlers aged 1-5 years who pay little attention to personal hygiene, especially washing hands before and after eating. Objective to analyze the risk factors for events Stunting in toddlers aged 1-5 years in the village Pakuon Building Working Area of ​​UPTD Tanjung Lengkayap Public Health Center, OKU Regency The type of research used was a research design Cross Sectional The population of all mothers aged 1-5 years in Gedung Pakoun Village is 152 toddlers, the sample in this study is 110 samples. Bivariate analysis shows that mother's knowledge is valuep value 0.000 means that statistically there is a significant relationship between mother's knowledge and events stunting. While the parents' income valuep value 0.000 means that statistically there is a significant relationship between parental income and incidence stunting. Physical quality of water valuesp value 0,000. This means that there is a significant relationship between the physical quality of water and the occurrence stunting. Then the value of hand washing habitsp value 0,002. meaning that statistically there is a significant relationship between the habit of washing hands with the incident stunting. There is a significant relationship between mother's knowledge, parents' income, physical quality of water and hand washing habits stunting in toddlers 1-5 years.
ANALISIS FAKTOR PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN DEMAM THYPOID DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEMALARAJA KABUPATEN OKU Yustati, Eva; Dinata, Arda Surya
Jurnal Kesehatan Abdurrahman Vol 12 No 2 (2023): Jurnal Kesehatan Abdurahman
Publisher : STIKES Abdurahman. Pusat Informasi dan Manajemen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55045/jkab.v12i2.180

Abstract

Disease, in an area depends on the presence of humans who understand the environmental conditions suitable for the life of disease-causing microorganisms. environmental hygiene, sanitation and poor personal hygiene are factors that can increase the spread of diseases, especially typhoid. Factors related to the incidence of typhoid fever are related to clean and healthy living behavior, such as the quality of personal hygiene and environmental sanitation and the lack of public knowledge that does not support a healthy life. The research method uses a cross sectional design. Data are analyzed using the Chi-square test. The population of the entire Kemalaraja Village community is 389 people. The sample taken is simple random sampling. based on the formula contained in Iwan Ariawan's book (2011). amounting to 193 samples. The results of Univariate analysis of bad hand washing habits were 24.9% of respondents, 75.1% of respondents in the category of good hand washing. The unavailability of landfills was 43 (22.3%) of respondents, 77.7% of respondents had available landfills, 23.3% of respondents had bad knowledge, 76.7% of respondents had good knowledge. The results of the chi square test obtained a p value of 0.000 < (0.05) meaning that there is a significant relationship between hand washing habits and the incidence of typhoid fever, p value 0.000 < (0.05) meaning that there is a significant relationship between landfills and the incidence of fever. typhoid, p-value 0.001 < (0.05). This means that there is a significant relationship between knowledge and the incidence of typhoid. Conclusion: There is a significant relationship between hand washing habits, trash bins and knowledge with the incidence of typhoid fever
ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) Yustati, Eva; Astriana, Willy; Haryanti, Ita
Jurnal 'Aisyiyah Medika Vol 9, No 1: Februari 2024 Jurnal 'Aisyiyah Medika
Publisher : stikes 'aisyiyah palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36729/jam.v9i1.1157

Abstract

Latar Belakang: Demam berdarah dengue, yaitu penyakit endemis dengan angka kematiannya tergolong tinggi. World Health Organization (WHO) memaparkan bahwasanya kasus demam berdarah yang terlaporkan mengalami peningkatan delapan kali lipat selama empat tahun terakhir. Rendahnya tingkat pendidikan, pendapatan dan informasi petugas mengenai demam berdarah dengue merupakan faktor penyebab DBD. Tujuan: untuk mengetahui hubungan pendidikan, pendapatan dan informasi petugas dengan demam berdarah dengue. Metode:  penelitian menggunakan desain cross cetional dengan populasi masyarakat Desa Gunung Mas yang berusia diatas 15 tahun, sampel dalam penelitian ini diambil secara accidental sampling sebanyak 91 responden dan analisa data dengan uji chi-square. Hasil:  analisa Univariat Demam Berdarah Dengue DBD sebanyak 42,9 % dan tidak DBD sebanyak 57,1 %, Pendidikan Rendah 45,1 % Tinggi 54,9 %, Pendapatan Rendah 45,1%  Tinggi 54,9 % Informasi Petugas Kesehatan Tidak Pernah 35,2 %  Pernah 64,8%.Analisa  Bivariat hasil uji chis quare pendidikan , 0.000 artinya terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan demam berdarah dengue, Pendapatan 0,000 artinya terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan dengan demam berdarah dengue, Informasi Petugas Kesehatan 0.000 artinya terdapat hubungan yang siknifikan antara informasi petugas dengan demam berdarah dengue. Saran: Sebaiknya dilakukan penyuluhan oleh tenaga kesehatan kepada masyarakat dalam melakukan perilaku hidup bersih dan sehat serta  dan pencegahan  demam berdarah dengan menguras tempat penampungan air, mengubur barang bekas, dan menutup tempat penampungan air. Kata Kunci : Informasi petugas,pendapatan, Pendidikan, DBD
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT Yustati, Eva; Sartika, Maya; Sarwoko, Sabtian Cindry
Jurnal 'Aisyiyah Medika Vol 9, No 2: Agustus 2024 Jurnal 'Aisyiyah Medika
Publisher : stikes 'aisyiyah palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36729/jam.v9i2.1241

Abstract

Latar Belakang: Kebiasaan siswa berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di sekolah sangat penting dilaksanakan. PHBS sekolah merupakan sekumpulan perilaku yang dilakukan siswa untuk terwujudnya sekolah sehat. Anak usia dini juga sangat peka terhadap berbagai rangsangan dari luar, sehingga sangat mudah untuk membimbing dan memberikan pemahaman tentang kebiasaan positif, termasuk kebiasaan hidup bersih dan sehat. Penerapan perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan sekolah akan menciptakan lingkungan yang bersih, sehat, nyaman, serta mampu untuk menciptakan pendidikan kesehatan dan bermanfaat besar dalam peningkatan kesejahteraan siswa. Tujuan: Diketahuinya hubungan cuci tangan, jajanan sehat dengan tindakan PHBS di SD 13 OKU tahun 2024. Metode: Desain penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah anak sekolah di wilayah kerja Puskesmas Sekarjaya sebanyak 81 orang penelitian ini dilakukan bulan Maret- Mei Tahun 2024 dengan jumlah sampel 93 orang. Teknik pengambilan sampel secara total sampling. Analisa data menggunakan uji statistik chi square kriteria inklusi semua responden yang datang dijadikan  sampel. Hasil: Uji statistik Chi Square Cuci tangan dengan p value 0,000. yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara cuci tangan dengan tindakan PHBS di jajanan sehat Nilai p value 0,000 terdapat hubungan yang bermakna jajanan sehat dengan tindakan PHBS. Saran Diharapkan kepada petugas kesehatan agar dapat melakukan penyuluhan tentang PHBS di sekolah secara rutin terjadwal Kata Kunci : Lingkungan Sekolah, PHBS, Anak Sekolah
FAKTOR HYGIENE SANITASI PADA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG (DAMIU) Candra, Tri; Meliyanti, Fera; Yustati, Eva
Jurnal 'Aisyiyah Medika Vol 9, No 1: Februari 2024 Jurnal 'Aisyiyah Medika
Publisher : stikes 'aisyiyah palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36729/jam.v9i1.1189

Abstract

Latar Belakang: Depot air minum ialah industri yang mengelola air baku agar dapat langsung di konsumsi dan dijual kepada konsumen. Air minum isi ulang biasanya melalui proses pemurnian baik secara penyinaran ultraviolet, ozonisasi, ataupun keduanya sehingga dapat diminum secara langsung. Tujuan: Diketahuinya faktor hygiene sanitasi terhadap depot air minum isi ulang (DAMIU). Metode Penelitian: Desain penelitian ini deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Populasi penelitian ini dilakukan di 44 Depot Air Minum Isi Ulang yang ada di Muara Enim. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Agustus 2023. Data yang digunakan adalah data primer dari observasi checklist meliputi data sanitasi tempat, sanitasi peralatan produksi, penjamah dan sumber air baku, dan data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Muara Enim dan beberapa literatur penelitian terdahulu. Hasil: Dari analisa didapat ada hubungan pengetahuan (P Value = 0,002), sikap (P Value 0,002), inspeksi kesehatan lingkungan (P Value = 0,002) dengan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum di Muara Enim Tahun 2023. Saran: Diharapkan kepada petugas memberikan edukasi sesering mungkin kepada penjamah dan pengelola depot air minum berupa penyuluhan secara rutin serta mengadakan pelatihan, dan pemberian buku saku tentang depot air minum isi ulang. Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, inspeksi kesehatan lingkungan, Depot Air Minum Isi Ulang
HUBUNGAN KEPADATAN HUNIAN VENTILASI DAN PENCAHAYAAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU DI KELURAHAN SUKARAYA UPTD PUSKESMAS SUKARAYA TAHUN 2022 Yustati, Eva
Jurnal Kesehatan Bina Husada Vol 14 No 04 (2022): Jurnal Kesehatan Bina Husada
Publisher : Stikes Bina Husada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58231/jkbh.v14i04.114

Abstract

Latar Belakang : Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Berdasarkan Data 10 penyakit terbesar dinak kesehatan Kab OKU Puskesmas Sukaraya merupakan salah satu Puskesmas di kabupaten OKU dengan penemuan kejadian TB paru nomor urut ke 2 di pada tahun 2022.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kepadatan hunian ventilasi dan pencahayaan dengan kejadian Tuberkulosis Paru di Kelurahan Sukaraya UPTD Puskesmas Sukaraya Kab Oku tahun 2022. Metode : Desain penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Dalam menentukan sampel menggunakan simple random sampling. Jumlah sampel sebanyak 222 sampel. Variabel yang diteliti adalah ventilasi, kepadatan hunian, Tipe Lantai, dan Pencahayaan. Hasil : Hasil analisis univariat jumlah kasus tuberkulosis paru 12.6% yang menderita tuberkulosis paru tidak menderita (87.4%). Kepadatan hunian tidak memenuhi syarat (32.0%) kepadatan hunian memenuhi syarat (68.0%).ventilasi tidak memenuhi Syarat (32.2%) memenuhi Syarat (69.8%).pencahayaan tidak baik pencahayaan baik (33.8%) dan pencahayaan alami yang baik (66.2%). Berdasarkan analisis bivariat menggunakan uji statistik Chi-Square, variabel yang berhubungan dengan kejadian tuberkulosis di UPTD Puskesmas Sukaraya adalah Kepadatan Hunian, p value sebesar 0,000. ventilasi p value 0,000. Pencahayaan p value 0,000. yang berarti ada hubungan yang signifikan antara ventilasi dengan kepadatan hunian pencahayaan. Simpulan : bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kepadatan ventilasi, dan pencahayaan dengan kejadian tuberkulosis paru di Desa Sukaraya UPTD Puskesmas Sukaraya Kabupaten OKU Tahun 2022.