Larasati, Stefanie Jessica Henny
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Identifikasi Molekuler Kapang Asosiasi Spons menggunakan Metode DNA Barcoding Larasati, Stefanie Jessica Henny; Sabdono, Agus; Sibero, Mada Triandala
977-2407769
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v10i1.28334

Abstract

Spons merupakan organisme yang memiliki pori-pori dan termasuk kedalam filum Porifera. Hewan ini merupakan filter feeders dimana spons menyaring makanannya masuk kedalam rongga tubuhnya, sehingga spons dapan memakan partikel organik algae, dan mikroba, termasuk kapang. Kapang merupakan mikroorganisme eukariotik dari kingdom fungi, multiseluler, menghasilkan miselium tanpa pembentukan badan buah. Kapang dapat berfungsi sebagai penjaga keseimbangan ekosistem di perairan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi dua isolat kapang yang telah diisolasi dari inang spons di ekosistem mangrove dengan menggunakan DNA barcoding. Metode dalam penelitian ini yaitu peremajaan isolat, karakterisasi morfologi yaitu warna koloni, tekstur, reverse, exudates, sclerotia, bentuk konidia, konidiofor, spora, dan septa. Identifikasi molekuler dari ekstraksi DNA, amplifikasi, elektroforesis, visualisasi DNA, sekuens dan BLAST. Optimasi suhu annealing dilakukan pada amplifikasi DNA. Berdasarkan identifikasi molekuler dengan menggunakan primer universal ITS1 5' TCCGTAGGTGAACCTGCGG 3' dan ITS4 5' TCCTCCGCTTATTGATATGC 3' dan persamaan homologi, isolat MKMS 2.1 merupakan Trichoderma reesei (100%) dan PKMS 2.2 merupakan spesies Fusarium solani (99,81%). A sponge is an organism that has pores and belongs to the Porifera phylum. These animals are filter feeders where the sponge filters its food into the body cavity, so the sponge can eat organic algae particles, and microbes, including fungi. Mold is a eukaryotic microorganism from Fungi kingdom, multicellular, that forms mycelium without fruiting body formation. Mold has an important role in balancing the environmental quality in an ecosystem. The purpose of this study was to identify two molds that had been isolated from sponge in the mangrove ecosystem using DNA barcoding. The study was conducted in April-October 2019 in Laboratory of Tropical Marine Biotechnology using the experimental laboratory method. The methods in this research were isolation refreshment, morphological characterization which were consisted of colony color, texture, reverse, exudates, sclerotia, conidia, conidiophores, spores, and septa. Molecular identification consisted of DNA extraction, amplification, electrophoresis, DNA visualization, sequences and BLAST. Annealing temperature optimization is carried out on DNA amplification. Based on molecular identification using universal primers ITS1 5 'TCCGTAGGTGAACCTGCGG 3' and ITS4 5 'TCCTCCGCTTATTGATATGC 3' and homological equations, MKMS 2.1 isolates were identified as Trichoderma reesei (100%) and PKMS 2.2 were identified as Fusarium solani (99.81%).
Metabolit Sargassum sp. sebagai Agen Antioksidan dan Fotoprotektif Radiasi Ultraviolet Sedjati, Sri; Trianto, Agus; Larasati, Stefanie Jessica Henny; Haqqu, Alir Adn
Jurnal Kelautan Tropis Vol 27, No 3 (2024): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkt.v27i3.23999

Abstract

Ultraviolet radiation (UVR) from sunlight can damage human skin. The formation of free radicals in skin tissue, sunburn, erythema, and skin tanning are effects that often occur due to exposure to high intensity. Sunscreen cosmetics are commonly used to protect human skin, some use seaweed extract in their formulations. This study was conducted to search for metabolites from Sargassum sp. which have activity as antioxidants and ultraviolet radiation (UVR) photoprotective.  Graded maceration with hexane, ethyl acetate, and ethanol solvents was done to extract all metabolites according to their polarity. The content of pigments (chlorophyll & carotenoids), total phenolic content (TPC), antioxidant activity, and UVR photoprotective are determined by spectrophotometry. Antioxidant activity was analyzed based on the value of inhibition percentage (IC50) against 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH) and  UVR photoprotective was based on the value of sun protection factor (SPF), a percentage of erythema transmission (%Te), and pigmentation transmission (% Tp). The results of the research showed that of the three, hexane extract (H), ethyl acetate extract (Ea), and ethanol extract (Et) all contain carotenoids, but one of them, namely H, did not contain chlorophyll. The largest TPC was found in Et i.e. 15.79 mg of GAE/g. The highest antioxidant activity was achieved by H, followed by Ea with a slight difference in IC50, respectively at 198.61 and 204.12 μg/mL. The highest UVR photoprotective activity was achieved by Ea with an SPF value of 13,480, %Te 4,037, and %Tp 24,316 (at 200 μg/mL). Ethyl acetate extract from Sargassum sp. has been tested as the best antioxidant and UVR photoprotective agent and can be used in sunscreen cosmetic formulations.  Radiasi ultraviolet (UVR) yang bersumber dari cahaya matahari dapat memicu kerusakan kulit manusia. Terbentuknya radikal bebas dalam jaringan kulit, kulit terbakar, kulit memerah, maupun penggelapan kulit merupakan efek yang sering terjadi akibat paparan UVR dalam intensitas tinggi. Kosmetik tabir surya biasa digunakan untuk melindungi kulit manusia dan beberapa di antaranya menggunakan ekstrak rumput laut dalam formulasinya. Penelitian ini dilakukan untuk mencari metabolit dari Sargassum sp. yang memiliki aktivitas sebagai antioksidan dan fotoprotektif UVR. Maserasi bertingkat dengan pelarut heksana, etil asetat, dan etanol dilakukan untuk mengekstrak semua metabolit sesuai dengan polaritasnya. Kandungan pigmen (klorofil & karotenoid), fenolik total, aktivitas antioksidan, maupun fotoprotektif UVR ditentukan dengan metode spektrofotometri. Aktivitas antioksidan dianalisis berdasarkan nilai persentase inhibisisi (IC50) terhadap 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH), sedangkan fotoprotektif UVR berdasarkan nilai sun protection factor (SPF), persentase transmisi eritema (%Te), dan transmisi pigmentasi (% Tp). Hasil peneltian menunjukkan bahwa dari ketiganya, ekstrak heksana (H), ekstrak etil asetat (Ea), dan ekstrak etanol (Et) semuanya mengandung karotenoid, tetapi salah satunya, yaitu H tidak mengandung klorofil. Kandungan fenolik total paling besar terdapat pada Et, yaitu sebesar 15,79 mg GAE/g. Aktivitas antioksidan tertinggi dicapai oleh H, diikuti oleh Ea dengan sedikit perbedaan nilai IC50, secara berurutan yaitu sebesar 198,61 dan 204,12 µg/mL. Aktivitas fotoprotektif UVR paling tinggi dicapai oleh Ea, yaitu dengan nilai SPF sebesar 13,480, %Te 4,037, dan %Tp 24,316 (pada konsentrasi 200 µg/mL).  Ekstrak etil asetat dari Sargassum sp. teruji sebagai agen antioksidan dan fotoprotektif UVR terbaik dan bisa dimanfaatkan dalam formulasi kosmetik tabir surya. 
Aplikasi Lactococcus lactis sebagai probiotik pada budidaya udang Vanamei skala Laboratorium : analisis status kesehatan udang berbasis pertambahan berat dan performa sistem imunitas seluler Subagiyo, Subagiyo; Triyanto, Triyanto; Larasati, Stefanie Jessica Henny; Agus, Elsa Lusia
Jurnal Kelautan Tropis Vol 27, No 3 (2024): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkt.v27i3.20737

Abstract

This research aims to prove the effectiveness of the application of Lc lactis as a probiotic in laboratory-scale cultivation of P. vanamei shrimp based on its effect on weight gain and cellular immunity performance. Experiments were carried out on 3 Lc lactis isolates, namely U.181, P.32 and W-331 as well as a mixture of these three isolates. Lc. lactis were applied orally through feed (pellets) at a dose of 108 cells/gram of feed. At 7 day intervals during the 35 days of the experiment, the weight of the shrimp was weighed and the hemolymph was taken to then calculate the total number of hemocytes and phagocytic activity. The experimental results showed that the average weight gain was between 106.8 ± 9.78%-138.2 ± 1.68%, while in controls it was 100.7 ± 3.72%. So the treatment effect of adding Lclactis on shrimp weight gain was between 6.0 ± 5.8% - 37.3 ± 3.4%. In this study the average total number of hemocytes in the treatment was between 154.9 ± 4.8 x 105 – 176.2 ± 15 x 105) cells/mL and in the control it was 128.9 ± 1.9 x 105. So the effect size was treatment with the addition of Lc lactis to the total number of hemocytes was 20.1 ± 2.0% to 36.6 ± 9.6%. The average phagocytic activity in the treatment was 42.1 ± 0.8% - 48.3 ± 1.0% while in the control it was 30.4 ± 0.8%. So the magnitude of the treatment effect on phagocytic activity was between 38.1 ± 1.08% - 58.7 ± 1.05%. Based on this research, it can be concluded that Lc Lactis U.181, P.32 and W-331 can be developed as probiotics in shrimp cultivation either singly or in a mixture, because they are able to provide the effect of increasing body weight and increasing the performance of cellular immunity. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti efektivitas aplikasi Lc lactis sebagai  probiotik  pada  budidaya  udang  P. vanamei  skala  laboratorium  berdasarkan efeknya terhadap pertambahan berat dan performa imunitas seluler. Percobaan dilakukan terhadap 3 isolat Lc lactis yaitu U.181, P.32 dan W-331 serta campuran dari ketiga isolat tersebut. Lc. Lactis diaplikasikan secara oral melalui pakan (pellet)  dengan dosis 108sel/gram pakan. Pada interval waktu 7 hari selama 35 hari waktu percobaan dilakukan penimbangan berat udang dan pengambilan hemolimfe untuk selanjutnya dilakukan penghitungan jumlah total hemosit dan aktivitas fagositosis. Hasil percobaan menunjukkan rata-rata pertambahan berat antara 106,8 ± 9,78%-138,2±1,68%, sedangkan pada kontrol sebesar 100,7±3,72%. Sehingga besarnya efek perlakuan penambahan Lc lactis terhadap pertambahan berat udang antara  6,0 ±5,8 % - 37,3 ±3,4%. Pada penelitian ini rata-rata jumlah total hemosit pada perlakuan antara 154,9 ± 4,8 x 105 – 176,2  ± 15 x 105) sel/mL dan pada kontrol sebanyak 128,9 ± 1,9 x 105. Sehingga besarnya efek perlakuan penambahan Lc lactis terhadap jumlah total hemosit adalah 20,1 ± 2,0 % hingga 36,6 ± 9,6 %. Rata-rata aktivitas fagositosis pada perlakuan adalah 42,1 ± 0,8% - 48,3 ± 1,0% sedangkan pada kontrol sebesar 30,4 ± 0,8%. Sehingga besarnya efek perlakuan terhadap aktivitas fagositosis adalah antara 38,1 ± 1,08% - 58,7± 1,05%. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Lc lactis U.181, P.32 dan W-331 dapat dikembangkan sebagai probiotik pada budidaya udang baik secara tunggal maupun secara campuran, karena mampu memberikan efek peningkatan berat badan dan peningkatan performa imunitas seluler.
Potensi Rhodophyta dari Perairan Tropis Indonesia sebagai Antioksidan Alami fatmawati, fatmawati; Larasati, Stefanie Jessica Henny; Aryanti, Chairun Annisa; Amir, Fitriah
ACROPORA: Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan Papua Vol 8 No 1 (2025): ACROPORA: Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan Papua Edisi Mei 2025
Publisher : Cenderawasih University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31957/acr.v8i1.4686

Abstract

Rumput laut merah (Rhodophyta) termasuk dalam kelompok sumber daya laut yang melimpah di perairan tropis Indonesia dan memiliki potensi yang tinggi sebagai agen antioksidan alami. Beragam kandungan senyawa bioktif seperti fenolik, flavonoid, karotenoid dan alkaloid telah banyak dilaporkan mampu menangkal radikal bebas dan menghambat proses stres oksidatif yang menjadi pemicu berbagai penyakit degeneratif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengulas potensi kandungan senyawa antioksidan yang dimiliki oleh berbagai spesies rumput laut merah yang tumbuh di wilayah pesisir Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode Systematic literature review (SLR) dengan pendekatan kualitatif-deskriptif yang dilakukan secara sistematis untuk mengidentifikasi, menelaah, dan menganalisis hasil-hasil penelitian yang sudah ada yang diperoleh secara daring melalui database ilmiah seperti Scopus, Google Scholar, SpringerLink, dan Science Direct. Hasil studi menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan sangat bervariasi antar spesies dan dipengaruhi oleh metode ekstraksi, jenis pelarut, dan lokasi pengambilan sampel. Gelidium sp. menunjukkan aktivitas antioksidan tertinggi dengan nilai IC50 3,9154 (DPPH) dan 9,1178 ppm (ABTS) yang dikategorikan sangat kuat, diikuti oleh Gracilaria sp. asal Serang Banten dengan nilai IC50 22,15 ppm dan Eucheuma spinosum dengan nilai IC50 42,010 ppm dengan kategori sangat kuat. Halymenia durvillei dan Hypnea sp. menunjukkan potensi antioksidan kategori sedang dengan nilai IC50 secara berturut-turut 101,22 ppm dan 138,42 ppm. Sementara itu,Acanthophora muscoides memiliki aktivitas antioksidan yang sangat lemah dengan nilai IC50 325,47 ppm (ekstrak metanol) dan 351,27 ppm (ekstrak n-heksan). Acanthophora sp., Kappaphycus alvarezii, Eucheuma cottonii dan Gracilaria sp. asal Pantai Santolo Garut juga memiliki aktivitas antioksidan yang tergolong sangat lemah dengan nilai IC50 masing-masing adalah 367,473 ppm, 961,83 ppm, dan 2.521,2 ppm. Temuan ini mengindikasikan bahwa beberapa spesies rumput laut merah berpotensi menjadi sumber antioksidan alami  yang signifikan.