Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

KAJIAN ORGANISASI RUANG PADA BANGUNAN RUMAH TJONG A FIE BERDASARKAN KAIDAH ARSITEKTUR CINA Nurhaiza, Nurhaiza
Arsitekno Vol 5, No 5 (2015): Jurnal Arsitekno
Publisher : Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/arj.v5i5.1233

Abstract

Rumah Tjong A Fie adalah salah satu bangunan yang dilindungi sebagai artefak warisan sejarah Kota Medan yang memperlihatkan nilai-nilai historis, budaya, dan pengetahuan. Tujuan dari penelitian ini adalah menemukan organisasi ruang pada bangunan Rumah Tjong A Fie berdasarkan filosofi arsitektur tradisional Cina. Hasil kajian ini akan memberikan gambaran potensi dan keunikan yang dimiliki oleh Rumah Tjong A Fie sebagai salah satu arsitektur hunian peninggalan etnis Tionghoa pada zamannya. Metode penelitian arsitektur yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif interpretive-historical, yaitu meneliti suatu fenomena fisik/sosial yang berada di antara konteks yang komplek, melalui penjelasan dalam bentuk naratif dan menyeluruh.Penelitian akan melalui beberapa tahapan, yaitu; 1) Pengumpulan dan klasifikasi data primer dan sekunder; 2) Evaluasi data melalui analisis danpenilaian berupa interpretasi terhadap data; dan 3) Kesimpulan berupa penjelasan dalam bentuk narasi. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa Rumah Tjong A Fie menerapkan konsep arsitektur tradisional Cina pada organisasi ruangnya berdasarkan filosofi tradisional Cina, yaitu: 1) Dao; 2) Kongfusianisme; dan 3) Feng-shui. Konsep arsitektur tradisional Cina direfleksikan pada elemen-elemen arsitektur 1) dinding pembatas; 2) Jian; 3) Aksis; 4) Orientasi ruang; dan 5) Courtyard.
Optimalisasi Pencahayaan Alami pada Ruang Nurhaiza, Nurhaiza; Lisa, Nova Purnama
Arsitekno Vol 7, No 7 (2016): Jurnal Arsitekno
Publisher : Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/arj.v7i7.1234

Abstract

Abstract Natural lighting is the lighting obtained from direct sunlight, where the light is obtained in the morninguntil late afternoon. According to SNI 03-2396-200, natural lighting during the day can be good in a span of solarorientation starting at 8:00 pm until 16: 00 pm with equitable distribution of incoming light in the room and didnot leave annoying glare effects in the use of lighting natural, regardless of the quality and distribution of lightthat enters the building through a window and orientation of openings. The wider the aperture, the more light thatenters the room. It is necessary to control the amount of light coming into the room. The research used isquantitative method by using mathematical models, with the measurement process, using a formula to obtainaccurate data. The object of research and observations in Architecture Program Faculty Building University ofMalikussaleh, Lhokseumawe Aceh. Observation is by direct observation to see the condition of natural lighting inclassrooms, measurements the extent of the classroom. Then collect some measurement data among other things,measure the light intensity at the lecture hall by using Luxmeter, calculate the intensity of light at the lecture hallby factors sky with measuring point main and the measuring point side and the comparative results of themeasurement of light intensity of the lighting level the average recommended. The results show, a lecture hall inthe building Prodi architecture has three floors, which have 4 lecture room on floors 1 and 2, 2 room studioregular on floors 1, 2 lab computer room on the floor and 2 studio design room on the 2nd floor. also of coursethe building also has other equipment such as administration room, warehouse and other supporting facilities.But for the third floor untapped dikarenaka still in the process of renovation. The results of observations obtainedintensity of natural light on the 1st floor and 2nd floor Architecture Program building University of Malikussalehbased on the measurement of light intensity using the luxmeter, the obtained data is that the rooms was not inaccordance with the standards of an average lighting is recommended by ISO 2000 for classrooms -03 250 luxand 700 lux.Key word: Natural Lighting, Light Intensity, Lux meters, ISO 2000, SNI 03-2396-200
Transformasi Bangunan Berdasarkan Aktifitas dan Kebutuhan Pengguna Pada Rumah Tradisional Aceh [Studi Kasus: Desa Barat Lanyan Kecamatan Jangka, Bireuen] Fatjraini, Fatjraini; Mirsa, Rinaldi; Nurhaiza, Nurhaiza
Jurnal Rekayasa Teknik dan Teknologi Vol 7 No 2: Jurnal Rekayasa Teknik dan Teknologi (Rekatek), Juli, 2023
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Almuslim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51179/rkt.v7i2.2030

Abstract

Penelitian ini berupaya menemukan dan mengidentifikasi keberlanjutan arsitektur rumoh Aceh pada perkembangan rumah tinggal Di kabupaten Bireun, aceh dalam kurun waktu 1980-2016, serta faktor yang mempengaruhinya. Keberlanjutan dikaji melalui massa dan artikulasi, detail arsitektur, bukaan, material, prinsip susunan fasade, serta nilai sosiokulturalnya. Observasi langsung pada rumah-rumah tinggal dilakukan dengan mengambil Kecamatan Jangka,bireun sebagai kawasan studi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif-deskriptif karena memaparkan dan    mendeskripsikan  sesuatu  seperti  apa  adanya  secara  mendalam. Wawancara terhadap narasumber yang terdiri dari pemilik rumah dan narasumber yang telah tinggal di Gampong Barat Lanyan selama lebih dari 50 tahun juga dilakukan untuk mengumpulkan persepsi dan opini dalam menemukan faktor yang mempengaruhi keberlanjutan komponen arsitektur rumoh Aceh pada rumah tinggal. Dari penelitian yang telah dilakukan ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar komponen mengalami keberlanjutan (diatas 50%), yang berupa keberlanjutan prinsip dan bentuk. Arsitektur rumoh Aceh yang mengalami keberlanjutan pada rumah tinggal dari tahun 1980 hingga saat ini diantaranya: artikulasi bidang, bukaan dan posisi jendela, material kayu pada kusen, sistem atap (pelana), pengulangan (bentuk dasar jendela), orientasi bangunan, nilai sosiokultural (adanya seuramoe Keu (dalam bentuk ruang tamu), seuramoe likeut (dalam bentuk ruang keluarga dan berdekatan dengan dapur), dan kamar khusus anak perempuan), serta ornamen (hanya motif flora, motif geometris, dan motif benda khas Aceh). Faktor yang berpengaruh terhadap keberlanjutan komponen-komponen arsitektur tradisional Aceh adalah kesesuaian terhadap syariat agama Islam dan kesesuaian terhadap budaya masyarakat Aceh sendiri. Keberlanjutan terjadi sejauh elemen arsitektur tersebut masih mendukung kehidupan secara kultural, estetika, dan klimatika. Faktor lainnya yang cukup berperan adalah kemampuan finansial.
Analisis Tingkat Kenyamanan Termal pada Ruang Publik Stasiun Binjai Safyan, Adi; Olivia, Sisca; Nurhaiza, Nurhaiza; Sidiq, Habib Achmad
Mintakat: Jurnal Arsitektur Vol. 25 No. 1 (2024): Maret 2024
Publisher : Architecture Department University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jam.v25i1.10930

Abstract

Manusia beradaptasi dengan kenyamanan fisik berupa kenyamanan termal, baik dalam perubahan temperatur. Kenyamanan pengguna menjadi hal penting dalam perancangan ruang, khususnya ruang publik. Ruang publik Stasiun Binjai salah satu area publik transit di mana banyak orang akan melakukan perjalanan. Studi ini menganalisis tingkat kenyamanan termal pada ruang publik Stasiun Binjai (zona A dan zona B) dengan menggunakan teknik observasi dan pengukuran lapangan dengan memperhitungkan Predicted Mean Vote (PMV) dan Predicted Percentage of Dissatisfied (PPD), dengan sampel kuestioner pada 178 responden pada enam waktu yang berbeda. Pengukuran yang dilakukan berada pada “nyaman optimal ambang batas” berdasarkan standar ASHRAE 55-2017. Pengolahan data pada studi ini menggunakan software CBE Thermal Comfort Tool, menghasilkan nilai rata-rata PMV zona A -0,09 dan nilai PPD 5% dan zona B dengan PMV -0,01. Nilai PMV dan PPD pada zona A dan B menunjukkan bahwa belum mampu mencapai kondisi ruang termal yang optimal pada pengguna, karena berada pada kategori +1 dengan sensasi slighty warm.