The expansion of Yogyakarta City has extended beyond its administrative boundaries, leading to increasingly dense and irregular residential development in peri-urban areas. This unplanned growth presents challenges in settlement organization and infrastructure provision. This study aims to analyze the role and effectiveness of land consolidation as a planning instrument to improve the structure of residential areas in peri-urban Yogyakarta. A desk research method was applied, utilizing secondary data sourced from scientific journals, official reports, Google Earth imagery, and BHUMI.atrbpn interactive maps. The analysis compares two residential areas with similar initial conditions—former rice fields with scattered housing—one of which implemented land consolidation, while the other did not. The findings indicate significant differences in spatial development patterns. In areas with land consolidation, residential plots are systematically arranged, and each has access to a road network, enabling more organized growth. In contrast, areas without land consolidation exhibit irregular, clustered development primarily along main roads, with limited internal access. These results suggest that land consolidation contributes positively to residential planning by ensuring orderly land parceling and improved infrastructure access. The study concludes that land consolidation is an effective tool for guiding spatial development in peri-urban settlements. Perluasan Kota Yogyakarta telah melampaui batas administratifnya, yang menyebabkan semakin padatnya dan tidak teraturnya pembangunan permukiman di kawasan pinggiran kota (peri-urban). Pertumbuhan yang tidak terencana ini menimbulkan tantangan dalam penataan permukiman dan penyediaan infrastruktur. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran dan efektivitas konsolidasi lahan sebagai instrumen perencanaan untuk memperbaiki struktur kawasan permukiman di kawasan pinggiran kota Yogyakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah metode desk research dengan memanfaatkan data sekunder yang bersumber dari jurnal ilmiah, laporan resmi, citra Google Earth, dan peta interaktif BHUMI.atrbpn. Analisis ini membandingkan dua kawasan permukiman dengan kondisi awal yang serupa—bekas persawahan dengan perumahan yang tersebar—salah satunya menerapkan konsolidasi lahan, sedangkan yang lainnya tidak. Temuan penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dalam pola pengembangan spasial. Di kawasan dengan konsolidasi lahan, petak permukiman tersusun secara sistematis, dan masing-masing memiliki akses ke jaringan jalan, sehingga memungkinkan pertumbuhan yang lebih teratur. Sebaliknya, kawasan tanpa konsolidasi lahan menunjukkan pembangunan yang tidak teratur dan berkelompok terutama di sepanjang jalan utama, dengan akses internal yang terbatas. Temuan ini menunjukkan bahwa konsolidasi lahan meningkatkan desain perumahan dengan mengatur pembagian lahan dan akses infrastruktur. Studi ini menemukan bahwa konsolidasi lahan membantu permukiman pinggiran kota berkembang secara spasial.